HIDUPKATOLIK.COM – Sosok Santo ini telah cukup lama kukenal, terlebih setelah membaca buku kecil Seri Kisah-Kasih Santo-Santa terbitan Obor berjudul “Santo Antonius Padua”.
Santo ini dikenal sering membantu orang-orang yang kehilangan barang. Aku sendiri sering mengalami. Salah satunya saat kehilangan tas pinggang di salah satu stasiun kereta di Tokyo.
Aku begitu panik karena semua paspor dan berbagai dokumen penting termasuk uang tersimpan di tas tersebut. Hampir dua jam aku keliling stasiun untuk mencari, namun tak ketemu. Malamnya di hotel, aku dan istri berdoa mohon kepada Tuhan serta mohon bantuan juga kepada St Antonius Padua, agar diberi kemudahan menemukan tas ini.
Puji Tuhan keesokan harinya, tas dapat ditemukan, tersimpan di bagian “Lost n Found” stasiun dengan isi utuh.
Kehilangan Buku
Dalam hidupnya, saat berkarya di Perancis, Antonius pernah kehilangan sebuah buku yang begitu berarti baginya. Buku pada abad 12 tentu berbeda dengan buku jaman sekarang.
Saat itu buku juga bukan barang murah apalagi ini berisi catatan mazmur untuk keperluan dia mengajar. Dia sangat sedih. Terlebih saat itu seorang novisiat muda juga menghilang dari biara. Antonius berdoa mohon kepada Tuhan, semoga anak tersebut dan buku catatannya boleh kembali.
Selang beberapa jam, saat malam tiba, terdengar ketukan di pintu kamar. Ketika pintu dibuka, berdiri di sana seorang anak laki-laki tertunduk dengan tangan gemetar memegang buku Antonius. Rupanya anak ini merasa diri tak suci bila dibandingkan dengan teman-temannya sehingga memutuskan untuk kabur. Karena tak memiliki uang, dia membawa buku milik Antonius dengan maksud untuk dijual.
Antonius menyambut anak ini dengan suka cita dan berkat nasihat Antonius, anak ini kembali menjalani hidup di biara.
Menarik mengikuti kisah hidup sosok santo ini. Biasa kita mengenal asal seorang kudus dari nama belakangnya. Misal Fransiskus Asisi atau Ignatius Loyola. Sedangkan Antonius Padua tidak berasal dari Padua. Ia lahir di Lisbon, Portugal pada 15 Agustus 1195 dari pasutri Martin dan Maria, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.
Ia diberi nama Fernando, mengikuti nama pamannya yang adalah seorang imam. Sang paman rupanya sangat menginpirasi Fernando kecil. Sehingga pada ulang tahun ke lima belas, Fernando minta ijin untuk mengikuti jejak pamannya. Ia ingin menjadi imam, maka ia masuk Kongregasi Regula Kanon St Agustinus di Lisbon, yakni Biara Santo Vincent de Fora.
Namun kehidupan dalam biara yang tenang dan nyaman, justru membuatnya resah. Ia mohon dapat dipindahkan ke biara lain yang jauh, maka ia dipindahkan ke biara Salib Suci di Coimbra, sekitar 200 km sebelah utara Lisbon. Di biara ini Fernando banyak belajar Kitab Suci dan spritulitas St Agustinus.
Mengubah Jalan Hidup
Pada tahun 1220 terjadi peristiwa penting yang mengubah jalan hidup Fernando. Suatu malam, lima orang Fransiskan datang ke biara mohon diberi tumpangan. Mereka sedang dalam perjalanan misi menuju Maroko, Afrika. Fernando yang takjub dengan kesederhanaan para Fransiskan, menyambut dan menjamu mereka. Tentunya sambil asyik berbincang karena Fernando sangat tertarik dengan rencana misi mereka. Sesungguhnya inilah yang selama ini ia dambakan, mewartakan kasih Kristus kepada dunia. Bukan hidup nyaman dalam biara. Batinnya kembali resah.
Beberapa minggu kemudian, biara Salib Suci gempar. Datang berita bahwa para Fransiskan yang pernah menumpang telah menjadi martir. Tidak hanya itu, jasad mereka berhasil diselundupkan dengan kapal kembali ke Coimbra. Reliqui berupa tulang belulang disemayamkan di biara.
Alih-alih takut, Fernando malah berniat mengikuti jejak mereka. Kala beberapa Fransiskan datang untuk berdoa dan menghormat reliqui saudara martir mereka, Fernando memutuskan bergabung dengan Saudara Dina. Ia mengganti jubah putih halusnya dengan jubah kasar khas para pengikut Fransiskus Asisi. Saat inilah ia diberi nama Antonius.
Lalu kenapa ada nama Padua di belakang namanya? Padua atau Padova adalah nama daerah di Italia. Koq dari Portugal bisa beralih ke Italia? Kisahnya sangat menarik.
Tak lama setelah diterima sebagai Fransiskan, sesuai cita-citanya Antonius mengikuti misi ke Maroko, namun dalam perjalanan di kapal ia jatuh sakit berat. Satu tahun ia dirawat dan tetap tak sembuh, akhirnya ia dikirim pulang.
Tuhan punya rencana lain. Kapal yang ditumpangi karam dan ia terdampar di pantai Sisilia, Italia. Antonius selamat dan sesuai perintah Fransiskus Asisi, ia melanjutkan karya pewartaan di Italia serta Perancis.
Tapi seumur hidupnya ia tidak bisa sepenuhnya sembuh. Pada tanggal 13 Juni 1231, belum genap 36 tahun ia meninggal karena sakitnya dan sesuai permintaannya, ia dimakamkan di Padua. Sebuah kota yang sangat dicintainya. Untuk menghormati Antonius, dibangunlah sebuah basilika yang kini dikenal sebagai Basilika St Antonius. Tempat ia dimakamkan.
Pandai Berkhotbah
Selama hidupnya, Antonius berkeliling untuk mengajar. Ia dikenal pandai berkhotbah sehingga banyak orang bertobat. Konon ia pernah berkotbah kepada ikan-ikan yang sangat antusias mendengarkan sambil berlompatan.
Kejadian ini disaksikan banyak orang yang akhirnya ikut bertobat. Ia pun sering mengalami pengalaman mistik. Pengalaman bersama Allah. Pernah tanpa sengaja, seseorang menyaksikan Antonius dalam kamar doanya sedang mengendong bayi dengan sinar cemerlang. Saksi ini meyakini Antonius sedang bersama bayi Yesus.
Beberapa mukjizat juga terjadi. Bahkan begitu banyak mukjizat terjadi setelah kematiannya. Sehingga dalam kurun hanya setahun setelah meninggal, pada Minggu Pantekosta 30 Mei 1232 ia menerima kanonisasi dari Paus Gregorius IX. Gereja memperingati setiap tanggal 13 Juni.
Mukjizat dengan perantaraan St Antonius Padua terus terjadi hingga saat ini. Ada Novena St Antonius Padua yang setiap tahun diselenggarakan oleh beberapa gereja yang dikelola OFM. Pesertanya sangat banyak.
Bila kita sedang berbeban, baik juga kita melakukan novena pribadi setiap hari Selasa. Hari Selasa adalah hari istimewa untuk kita memohon dengan perantaraan St Antonius Padua.
Santo Antonius Padua, doakanlah kami. Amin.
Fidensius Gunawan, Kontributor, Alumni KPKS St. Paulus, Tangerang
Santo Antonius Padua, Doakanlah kami.