HIDUPKATOLIK.COM – Pastor, anak saya akan menerima Komuni Pertama, lalu dia tanya, doa apa yang seharusnya diucapkan ketika hosti dan piala diangkat imam? Bagaimana saya harus menjelaskan? Mohon bantuannya, terima kasih. (Elisabeth Ida Ayu, Mataram, Nusa Tenggara Barat)
IBU Elisabeth, selamat ya, karena telah mengantar anak ke Komuni Pertama. Inilah salah satu tugas orang tua sebagai seminari pertama, untuk membawa hati anak dekat pada Yesus. Pertanyaan polos mereka seringkali mengundang orang dewasa untuk sendiri berefleksi tentang iman. Benarlah kata Mazmur 8: dari mulut kanak-kanak dan bayi terungkap kekuatan untuk membungkam musuh dan lawanMu.
Menjawab pertanyaan itu, baiklah kita ingat keutuhan seluruh Doa Syukur Agung. Doa ini dimulai dengan Dialog Prefasi saat umat diajak untuk mengarahkan hati pada Tuhan. Ajakan ini dilanjutkan dengan syukur yang diucapkan imam atas nama seluruh umat Allah. Prefasi ditutup dengan seruan Kudus, umat bersama imam bergabung dengan para malaikat dan kuasa surgawi dalam doa pujian besama. Selanjutnya kita masuk dalam doa epiklesis, mohon Roh Kudus menguduskan persembahan roti anggur sehingga menjadi Tubuh dan Darah Kristus serta menjadi korban sempurna yang menyelamatkan.
Bagian berikutnya adalah kata-kata institusi dan konsekrasi. Kata-kata Yesus diucapkan oleh imam dalam nama-Nya seraya mengangkat roti (Inilah TubuhKu) dan piala berisi anggur (Inilah piala darah-Ku). Dengannya kurban Kristus terjadi lagi sebagaimana di salib. Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya untuk kita secara nyata dan baru.
Sesudahnya doa anamnesis, kita memenuhi perintah Kristus untuk mengenang misteri iman: yaitu sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, sambil menantikan kedatangan-Nya kembali. Anamnesis membuat tradisi ekaristis dari Yesus yang kita terima melalui tradisi para Rasul tidak terputus.
Tiga bagian berikutnya adalah persembahan (oblation), doa permohonan (intercessio) dan Doxologi. Dengan oblatio, Gereja memohon agar dengan ambil bagian dalam kurban Kristus, Gereja juga dijadikan persembahan sejati, menjadi Tubuh Kristus, dan disatukan dalam cinta kasih. Dalam permohonan, Gereja mengingat para gembalanya, dan seluruh anggotanya, baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup. Gereja memohon agar semuanya bisa berbahagia dalam kehidupan abadi di surga. Akhirnya Doa Syukur Agung ditutup dengan Doxologi (Dengan perantaran Dia, bersama Dia… dan seterusnya) yang memperjelas arah doa: kepada Bapa melalui dan di dalam Kristus dalam persekutuan Roh Kudus.
Sikap kita dalam Doa Syukur ini adalah kontemplatif. Kontemplasi berarti memasang telinga, mengarahkan pandangan pada Imam yang berkata-kata dan bertindak atas nama Kristus. Kontemplasi juga berarti mendengarkan penuh perhatian seraya menyatukan diri dengan imam dalam seluruh doa syukur keselamatan. Kita tidak berdoa lain kecuali diam tetapi aktif: kontemplatif.
Saat kata-kata institusi sikap kita juga begitu: (Terimalah dan makanlah … serta Terimalah dan minumlah…). Ketiadaan doa khusus umat pada saat itu, justru karena sifat kontemplatif tadi yang membuat kita terlibat penuh pada tindakan imam. Namun, untuk membantu, beberapa orang sering menambahkan kata-kata “Ya Tuhan dan Allahku” seraya memandang Tubuh dan Darah Kristus di tangan imam. Meskipun tidak disebut dalam Pedoman Missale Romanum, banyak orang terbantu dengan kata-kata Santo Thomas ini.
Nah, Ibu Elisabeth, Anda juga boleh mengajari sang buah hati untuk menatap hosti dan piala yang diangkat seraya mengucapkan doa dalam hati: “Ya Tuhanku dan Allahku” ini. Ungkapan iman kebangkitan itu kiranya dapat membangkitan kerinduan, rasa sukacita dan syukur atas Yesus yang akan menjadi santapan rohaninya. Tuhan memberkati.
HIDUP NO. 23, 5 Juni 2022
Pastor Gregorius Hertanto, MSC
(Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara)
Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.