HIDUPKATOLIK.COM – Tiga tahun? Durasi inilah yang membuat beberapa kali saya mundur dari niat ikut Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS). Terbayang waktu yang begitu lama, harus hadir di kelas, mendengar pengajaran, mengerjakan tugas, membaca buku-buku, belajar, dan ikut ujian. Haduh rasanya tak akan kuat.
Namun pada tahun 2016, ada dorongan yang begitu kuat dan akhirnya saya dan istri mendaftar. Puji Tuhan kami diterima.
Selama tiga tahun, saya dan istri mengikuti semua proses dan akhirnya lulus. Ternyata tiga tahun tak terlampau berat dan semua proses dapat dilalui.
Bahkan ketika tiba di hari akhir, ada rasa koq sudah selesai dan harus berpisah.
Sebenarnya kurang pantas membandingkan perjalanan kami menempuh KPKS dengan pengalaman para Rasul mengikuti Yesus. Tapi menarik juga.
Waktunya sama tiga tahun. Kami mendapat pengajaran tentang Kitab Suci dengan Yesus sebagai tokoh utama dan puncak kabar sukacita.
Para Rasul pun sama, bedanya guru mereka adalah Yesus sendiri, sedangkan kami diajar oleh para ahli Kitab Suci dan beberapa romo. Yang membedakan lagi, kami dalam tiga tahun hanya bertemu selama beberapa jam pada hari Sabtu.
Sedangkan para Rasul bertemu dan bersama Yesus 24/7 alias sepanjang waktu. Tentu saja kecuali saat Yesus naik ke gunung untuk menyendiri berdoa.
Sama seperti para Rasul diutus, kami juga diutus ke lingkungan dan paroki kami masing-masing. Tentu saja meneladani dan belajar dari para Rasul akan sangat menginspirasi tugas perutusan kami. Ada dua belas Rasul, kali ini kita akan coba mengenal dua orang rasul yang sangat jarang disebut baik dalam Injil maupun dalam kitab Kisah Para Rasul, yakni Rasul Tadeus dan Rasul Simon Zelot.
Rasul Tadeus atau lengkapnya Yudas Tadeus. Secara tradisi dia diakui sebagai penulis Surat Yudas. Surat ini bagian dari Perjanjian Baru dan ditempatkan di akhir sebelum Kitab Wahyu. Surat yang sangat pendek, hanya terdiri dari 25 ayat, tanpa pembagian bab.
Dalam suratnya ini, ia memperkenalkan diri sebagai hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus. Surat ini ditujukan kepada kalangan Yahudi-Kristen dari komunitas Yakobus. Dalam suratnya, Yudas mengingatkan bahaya pengajar sesat yang menyusup ke dalam komunitas. Mereka menyalahgunakan anugerah Tuhan untuk melampiaskan hawa nafsu dan menyangkal Tuhan Yesus.
Nama Tadeus disebut dalam Injil Matius (Mat. 10:4) dan Injil Markus (Mrk. 3:18). Tapi ia juga memiliki beberapa nama. Penginjil Lukas memperkenalkan Tadeus sebagai Yudas anak Yakobus (Luk. 6:16) atau Yudas bin Yakobus (Kis. 1:13). Yudas adalah nama dalam Bahasa Yunani. Dalam Bahasa Ibrani, ia dikenal sebagai Yudah atau Yehuda. Ada nama lain yang dapat ditemukan dalam Injil Matius berbahasa Inggris versi King James, yakni nama belakang atau nama keluarga, Lebbaeus.
Menurut beberapa ahli, Yudas lahir dari keluarga Yahudi Galiliea, di kota Kaisarea, Filipi. Orang tua Yudas adalah Klopas dan Maria yang adalah sepupu dari Bunda Maria. Artinya Yudas adalah sepupu Yesus.
Hubungan kekeluargaan yang dekat ini tidak membuat Yudas merasa perlu diistimewakan. Yudas bahkan memilih tidak ingin menonjol. Injil hanya sekali mencatat percakapan langsung antara Yudas dan Yesus, yakni ketika Yudas bertanya kepada Yesus: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” (Yoh. 14:22).
Yesus menjawab pertanyaan sepupu-Nya ini dengan penjelasan cukup panjang dan pada akhir jawaban, Yesus menjanjikan akan mengutus Roh Penghibur kepada para murid.
Tradisi Gereja mencatat, Yudas bersama Rasul Bartolomeus menjadi pewarta Injil pertama di wilayah Armenia, sehingga Gereja Apostolik Armenia mengakui mereka sebagai orang kudus. Sedangkan berbagai catatan kuno memperkirakan Yudas juga mewartakan Injil mulai dari Jerusalem dan sekitarnya, lalu ke Samaria, Idumaea, sampai ke Syria kuno.
Yudas bersama Simon orang Zelot menjadi martir pada tahun 65M di kota Beirut, Syria kuno atau saat ini Lebanon. Waktu itu Beirut berada di bawah kuasa Romawi. Ada gambar Rasul Yudas dengan satu lengan memegang kitab yang terbuka dan lengan satunya memegang kapak bertangkai panjang terjuntai menyentuh lantai.
Rupanya gambar ini ingin mengisahkan bahwa dengan kapak lah Yudas dibunuh. Kisah kematian Yudas dan Simon dicatat dalam “Act of Simon and Yude” karya seorang Uskup Babylon bernama Abdias yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh muridnya Tropaeus Africanus.
Kemudian hari, jasad kedua Rasul ini dibawa dari Beirut ke Roma dan kini tulang belulang mereka disemayamkan di bawah Altar St. Yoseph Basilika St Petrus Vatikan.
Setelah secara singkat kita telah mengenal Rasul Yudas Tadeus, kini kita coba menggali dan mengenali sahabat sehidup semati Yudas.
Simon orang Zelot lahir di kota Kana, Galilea. Maka Simon juga dikenal sebagai Simon Kananaios atau Simon Kanani. Zelot sendiri punya arti kota Kana atau daerah Kanaan. Zelot (Yunani) berarti orang yang rajin, tekun. Sedangkan dalam Bahasa Ibrani, zelot adalah qana.
Zelot juga dikenal sebagai pemberontak yang menentang pemerintahan Romawi. Kelompok ini konon dipimpin oleh seorang bernama Yudas dari Gamala Galilea yang dikisahkan dalam Kis. 5:37.
Mereka sangat religius dan fanatik. Serta berani mati demi memperjuangkan kemerdekaan negara dan agama Yahudi. Tentu mereka juga percaya akan nubuat para nabi dan menantikan kedatangan sang Mesias. Simon orang Zelot dipercaya berasal dari kelompok ini sebelum menjadi murid Yesus.
Tidak banyak bahkan tidak ada cerita tentang Simon orang Zelot dalam Injil maupun Kisah Para Rasul. Termasuk tak dikisahkan bagaimana dan kapan, Yesus pertama kali merekrut Simon orang Zelot ini.
Tapi tradisi mengisahkan ia dan Tadeus menjadi murid bersamaan dengan Andreas, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, ketika mereka dipanggil oleh Yesus saat membersihkan jala di pantai danau Galilea.
Sama seperti semua Rasul lainnya, setelah beberapa waktu menetap dan hanya berkarya di Jerusalem, Simon juga akhirnya pergi kemana-mana untuk memberitakan Injil. Tradisi Gereja Koptik Mesir dan Nicephorus dari Konstatinopel (abad 7 M) mencatat, Simon pernah ke Mesir, Afrika, Britania, dan Persia.
Yudas Tadeus dan Simon Zelot dua sahabat Yesus yang membaktikan hidup demi perwartaan Injil bahkan menjadi martir, namun tidak hendak menonjolkan diri. Sungguh teladan unggul.
Fidensius Gunawan, Kontributor, Alumni KPKS Tangerang