Berumah megah bermobil mewah
Itu tujuan banyak manusia
Uang berlimpah pakaian indah
Itu tujuan banyak manusia
Tapi ingatlah gunakan pikir
Bahwa pesta pasti ‘kan berakhir
(“Pesta Pasti Berakhir” – Lagu dan Lirik : Rhoma Irama)
Lebaran hari ke-5, rumah kami panen tamu. Sepuluh sahabat hadir tiba-tiba. Meriah suasananya. Gara-gara pendemi lama tak bersua. Tujuan mereka berlebaran, dapatnya ya, ketawa-ketiwi sepuasnya.
Semboyannya sederhana, namun menggelitik.
“Guyon sak lawase, nganti bosen dewe”
(Bercanda selama-lamanya, sampai bosan sendiri).
Ngobrol ke sana kemari sampai pukul 6 sore. Masih tersisa 2 teman sampai pukul 8 malam.
Saat waktu sholat tiba, tamu Muslim menghadap Sang Khalik. Yang tak sholat meneruskan makan-minum hingga njembling.
Pucuk dicinta ulam tiba. Setelah 2 Lebaran tak leluasa; perjumpaan dibatasi, bepergian dikurangi, berkata-kata dihambat ( masker). Kini tirai penghalang itu dibuka. Meledaklah kegembiraan Pesta Lebaran, Idul Fitri 1443 Hijriah. Berbau euforia, tapi tak mengapa.
Hidangan tak terlalu berarti, karena bersuka-ria lebih disukai.
Kembali ke soal tamu Lebaran di rumah kami.
Ini bukan rombongan yang pertama dan terakhir.
Dimulai hari pertama. Bakda sholat Ied, tetangga dan sahabat terus berdatangan.
Memenuhi halaman dan gang depan rumah.
Hanya sebentar. Saling bersalaman, tertawa sejenak. Kemudian, berputar lagi. Bergilir ke seantero kampung, sambil pamer baju dan sepatu baru.
Hari kedua giliran kerabat dan keluarga dekat. Puluhan tamu berputar seperti gasing di dalam rumah dan pekarangan. Tua-muda berbaur gembira. Seakan lupa kalau tak punya dana, himpitan derita, lara-lapa dan nestapa. Yang ada hanya tertawa dan terus ceria.
Singkat cerita, Lebaran tahun ini membuat kami sekeluarga sangat bersuka-cita, karena tamu datang membawa karunia. Mereka “tamu-tamu Ilahi”.
Bagi kami, menerima dan melayani tamu adalah nadah berkat dan nyadong keberuntungan.
Seorang sahabat lama memberi tahu tentang siapa yang harus mendapat predikat istimewa dalam proses kehidupan kita setelah keluarga.
Ada 3, tetangga, tamu dan mereka yang sedang dalam perjalanan (musafir?). Saya tak tahu dia kutip dari mana. Tapi saya mengangguk-angguk tanda setuju.
Kebetulan ingat juga cerita tentang kisah seorang istri yang mengeluh pada Rasulullah karena suaminya sering menerima tamu di rumah mereka. (https://muslim.okezone.com/read/2019/08/05/614/2088107/kisah-istri-yang-mengeluh-pada-rasulullah-karena-suaminya-sering-dapat-tamu)
“Pada masa itu, ada seorang istri yang mengeluh pada Rasulullah karena suaminya sering membawa dan menerima tamu ke rumahnya.
Semakin banyak tamu yang datang, perempuan itu semakin banyak menjamu, sehingga menjadi lelah.
Dia tak mendapat jawaban apapun dari Rasulullah.
Selang beberapa waktu Rasulullah pun mengunjungi rumah perempuan itu.
Ketika Rasulullah bertamu, suami dan khususnya istrinya sangat bahagia, karena berharap mendapatkan berkah ketika menjamu kekasih Allah.
Setelah sebentar mengunjungi mereka, lalu Rasulullah pun keluar rumah, seraya bersabda:
“Ketika aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil istrimu dan minta dia untuk melihat ke pintu tempat aku keluar”.
Istri pun keluar. Betapa terkejutnya dia ketika melihat binatang-binatang menjijikan ikut keluar. Perempuan itu diikuti oleh hewan-hewan, seperti kalajengking, ulat dan lainnya.
Saya percaya, persis seperti itu yang minggu lalu terjadi di rumah kami. Tamu-tamu tak hanya menabur berkat saat masuk ke dalam, tapi juga “membawa” keluar rumah banyak kejelekan, bahaya, penyakit, dan musibah. Tamu membuangnya dari rumah yang baru saja dikunjunginya.
Masih ada cerita lain. Tak hanya bagi kami, Lebaran tahun ini begitu istimewa.
Hampir 2 juta kendaraan meninggalkan Jobodetabek.
Sementara 85 juta manusia (31% dari Warga Negara Indonesia) tercatat sebagai pemudik. Rekor tertinggi sepanjang sejarah mudik di Indonesia. (https://ekonomi.bisnis.com/read/20220428/98/1528098/lebaran-2022-menhub-jumlah-pemudik-bakal-tembus-85-juta-orang).
Penarikan uang tunai sepanjang Ramadhan dan Lebaran tahun ini mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun-tahun lalu.
Bank Indonesia (BI) mencatat, realisasi mencapai Rp 180,2 triliun. (https://money.kompas.com/read/2022/05/09/163000926/bi–penarikan-uang-tunai-pada-periode-ramadhan-dan-lebaran-2022-tembus-rp-180).
Hebat, gemebyar perputaran manusia dan dana tak menimbulkan halangan berarti. Terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya untuk seluruh persiapan yang dilakukan Pemerintah dalam mengelola mudik. Semua relatif lancar.
Aneh kalau ada yang menyebut Negara sedang mengalami kesulitan ekonomi dan sosial. Fakta menunjukkan sebaliknya.
Hari ini pesta itu telah usai. Liburan sudah berakhir. Hidup seperti biasa terbayang di depan mata. Jangan larut dengan kegembiraan yang berkepanjangan. Tak ada pesta tanpa akhir. Mari kita bergandeng tangan menyongsong masa depan.
Ini ada sebuah pantun, khusus untuk anda. Moga-moga anda bisa menikmatinya.
Ketupat opor enak rasanya
Bunyi petasan memekakkan telinga
Lebaran tahun ini sungguh istimewa
Semua berasa riang gembira
P.M. Susbandono, Kontributor