Menjelaskan Trinitas kepada Non-Katolik

509
Ilustrasi

HIDUPKATOLIK.COM Saya kerap ditanya oleh beberapa teman non-Katolik, karena saya sekolah di sekolah negeri. Kenapa dalam agama Katolik ada tiga Tuhan. Bagaimana menjelaskannya, Romo? (Tabitha, Jakarta)

PERTANYAAN klasik yang sering kali dilontarkan oleh mereka yang non-Katolik adalah persoalan penghayatan iman Kristiani bahwa Allah itu “Trinitas”.

Memang, bagi mereka keyakinan orang Kristiani sulit dicerna karena Allah itu seharusnya tunggal atau monoteis tetapi mengapa harus ada “Bapa, Putera, dan Roh Kudus”. Apalagi, ada pemahaman yang salah di balik pemikiran mereka adalah Yesus hanya manusia, tidak mungkin Dia adalah Allah. Maka, “Bagaimana harus memberikan penjelasan kepada orang yang bertanya berkaitan dengan iman Trinitaris ini?”

Pertama, orang perlu diajak terlebih dahulu menyadari bahwa ajaran Trinitas adalah misteri iman yang hendak menegaskan bahwa “Allah itu misteri” seperti kata Santo Agustinus: “Kalau engkau memahaminya maka Ia bukan lagi Allah” (Serm 52, 6, 16). Pernyataan ini seolah-olah “give up” atau tidak mampu memberikan jawaban tentang hal tersebut.

Akan tetapi, perlu dipahami bahwa penyadaran ini bukan bermaksud bahwa orang Katolik tidak bisa memberikan penjelasan akan Allah Tritunggal ini. Sebaliknya, pencerahan ini hendak menegaskan bahwa manusia perlu rendah hati bahwa dia tidak bisa memahami segala sesuatu apalagi Allah yang adalah “Misteri”.

Kemudian, “Bagaimana orang dapat memberikan penjelasan kepada mereka yang non-Katolik?” “Trinitas” memang suatu misteri yang tidak bisa dijelaskan secara gamblang. Santo Agustinus (354-430 M) diceritakan bahwa dia ditegur oleh seorang anak kecil ketika berusaha mencoba menemukan penjelasan akan misteri Trinitas ini.

Dikatakan bahwa Santo Agustinus menegur seorang anak kecil yang sedang membuat lobang di pasir dan mencoba memasukan air ke dalamnya. Santo Agustinus pun ditegur oleh anak kecil tersebut dengan mengatakan: “Anda tidak akan mampu juga memasukan Tritunggal dalam pikiran Anda”.

Perkataan anak kecil ini mau menyatakan bahwa misteri Trinitas tidak bisa dimengerti secara menyeluruh tetapi tetapi tetap bisa dipahami karena iman selalu mencari pemahaman (Fides quaerens intellectum).

Dengan demikian, Trinitas itu bisa didekati dengan cara membuat analogi atasnya, yaitu suatu cara pemahaman yang dapat dimengerti oleh akal budi. Namun, harus dikatakan di sini bahwa pembuatan analogi tidak bisa serampangan.

Suatu analogi pada Trinitas harus selalu berhati-hati supaya tidak salah ditangkap karena ada banyak orang mencoba memberikan penjelasan tetapi membawa pada pemahaman yang salah, contohnya penggambaran Trinitas seperti “kopi susu” (Bapa adalah kopi, Putera adalah Susu, dan Roh Kudus adalah gula).

Lalu, “Analogi apa yang bisa dipakai untuk memberikan penjelasan secara sederhana?”

Sebenarnya, ada beberapa analogi yang bisa dipakai untuk menjelaskan. Misalnya, Santo Agustinus dalam bukunya, De Trinitate, memberikan gambaran bahwa Trinitas itu seperti relasi kasih: seorang yang mengasihi, dia yang dikasihi, dan kasih itu sendiri. Ia juga memberikan analogi lain tentang kemampuan manusia menggunakan akal budinya untuk menangkap peristiwa tertentu: mengingat, memahami, dan menghendaki dari suatu peristiwa tertentu.

Selain Santo Agustinus yang mencoba memberikan analogi, Katekismus Gereja Katolik (KGK) pun telah dengan apik menggambarkan bahwa keluarga itu seperti “Trinitas” dengan menyatakan: “Keluarga Kristen adalah persekutuan pribadi- pribadi, satu tanda dan citra persekutuan Bapa dan Putera dalam Roh Kudus” (KGK 2205).

Analogi ini sesuai dengan Trinitas karena keluarga itu dibangun dengan relasi kasih dan kesatuan yang tak terpisahkan antara suami-istri dan anak-anak seperti yang dikatakan oleh Paus Pius XII (1876-1958) ketika memberikan pesan kepada para pasangan pada bulan Juni 1940: “Sebagaimana kesatuan hakiki dari kodrat Ilahi ada dalam tiga Pribadi yang berbeda, konsubstansial dan abadi, maka kesatuan keluarga itu disadari dalam trinitas bapa, ibu dan anak-anak, yang hidup bersama dalam kesatuan kasih yang berbuah”.

HIDUP NO.17, 24 April 2022

 

Romo Yohanes Benny Suwito Pr 
(Dosen Teologi Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda. 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini