Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC: Umatku, Ini Uskup Anda

668
Mgr. Seno Inno Ngutra

HIDUPKATOLIK.COM – Seperti seorang bapak yang meninggalkan kesan-kesan yang baik untuk anaknya, demikian pula saya ingin memberi yang terbaik untuk Mgr. Inno.

SELAMA 27 tahun, Mgr.  Petrus Canisius Mandagi, MSC menjadi gembala di Keuskupan Amboina. Selama itu pula, banyak karya yang dibuat. Karyanya tidak saja fokus pada aspek fisik, tetapi juga pembangunan spiritual. Kini, Mgr. Mandagi diangkat Paus Fransiskus sebagai Uskup Agung Merauke. Sementara Keuskupan Amboina digembalakan Mgr. Seno Inno Ngutra. Bagaimana harapan Mgr. Mandagi untuk Mgr. Inno? Berikut wawancara HIDUP dengan Mgr. Mandagi, Selasa, 22/3/2022.

Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC (kiri) berjalan bersama Mgr. Seno Inno Ngutra

Apa saja mimpi Monsinyur yang belum terealisasi di Keuskupan Amboina?

      Selama 27 tahun pengabdian saya, ada dua hal yang menjadi perhatian saya tetapi belum terealisasi. Pertama, saya ingin mendirikan Universitas Katolik di Maluku dan saya ingin membuka sebuah kolese di Pulau Buru dari SD-SMA. Dua hal ini saya rasa sangat penting untuk membantu mencerdaskan anak-anak Maluku. Tetapi harus diakui ada banyak kebutuhan di Keuskupan Amboina yang mendesak untuk dikerjakan sehingga dua mimpi saya ini belum terealisasi sampai sekarang.

Berarti ada harapan Mgr. Inno akan meneruskan dua rencana yang tertunda ini?

      Saya sangat yakin bahwa Mgr. Inno akan menyelesaikannya. Tentu hal utama yang menjadi pertimbangan adalah kebutuhan pastoral umat yang mendesak. Kalau pada akhirnya Keuskupan Amboina merasa bahwa pendidikan adalah hal yang mendesak, maka saya yakin dua rencana ini akan terwujud. Kita lihat akhir-akhir ini juga Mgr. Inno sudah membangun komunikasi erat dengan umat dan pemerintah di Pulau Buru. Uskup Inno juga sering berkunjung ke paroki dan stasi di Pulau Buru. Ia tinggal dan merasakan kehidupan umat di sana, dan saya percaya program ini akan berjalan dengan baik. Tetapi harus disadari yang paling penting adalah apa kebutuhan umat yang paling mendesak untuk dibuat. Soal ini saya serahkan kepada Mgr. Inno.

Apakah Mgr. Inno adalah salah satu calon yang direkomendasikan?

      Soal siapa yang menjadi uskup, itu rahasia Tuhan. Sebagai uskup, saya hanya sebatas memberi kesempatan kepada banyak pastor untuk makin berkembang. Tentu dari Keuskupan Amboina maupun dari Tarekat MSC, ada banyak pastor yang memiliki kualitas baik dari segi intelektual, kepribadian, maupun pengalamannya akan wilayah Amboina. Tetapi kita tidak bisa mengatakan semuanya layak menjadi uskup. Perkara menjadi uskup ini adalah karya Roh Kudus. Saya sangat yakin bahwa Mgr. Inno sebagai uskup adalah karya Roh Kudus bukan utama rekomendasi dari Mgr. Mandagi atau rekomendasi dari siapapun.

Apa pesan untuk Mgr. Inno?

      Mgr. Inno adalah orang yang dewasa dalam iman dan pengetahuan, memiliki kepribadian yang sesuai dengan kriteria sehingga terpilih sebagai uskup. Pesan saya adalah dinamika umat di Keuskupan Amboina itu beragam. Ada umat dengan kultur fanatik Katolik garis keras, ada juga yang sekuler. Tetapi semuanya harus dirangkul, diterima, dan digembalakan dalam semangat kasih. Seperti pesan Paus Fransiskus kepada para imam dan uskup, bahwa seorang gembala harus dekat dengan umatnya dan mengalami kehidupan konkret umat. Gembala itu tidak bisa berbicara tentang realitas umat kalau tidak mengenal dekat dengan umatnya. Maka pesan saya Mgr. Inno harus terlibat dalam kehidupan umat khususnya mereka yang kecil, miskin, dan terlantar. Dengan begitu, visi keberpihakan Gereja dirasakan umat Amboina.

Kepada umat Amboina, apa harapan Monsinyur?

      Saya merasakan betul bahwa umat Keuskupan Amboina sangat menghargai gembalanya. Saya tidak bisa berbuat banyak kalau tidak mendapat dukungan doa dari mereka. Cara umat Keuskupan Amboina mencintai membuat saya sungguh dikuatkan hingga 27 tahun bisa bertahan di Amboina. Maka umat Keuskupan Amboina hendaknya tidak bosan-bosannya mendoakan dan mendukung Mgr. Inno serta para imamnya. Akan ada banyak tantangan yang mereka hadapi di kemudian hari, tetapi bersama umat segala sesuatu akan berjalan dengan baik.Uskup Inno perlu mendengarkan umatnya, begitu juga umatnya terus mendoakan para gembala. Sebab panggilan untuk saling mendoakan adalah salah satu sifat khas dari Gereja Katolik. Umatku, inilah uskup kalian. Doakan dia, terima dan rangkul dia agar dia bisa menjadi gembala yang setia.

Dengan terpilihnya Mgr. Inno, apakah karya Monsinyur sudah selesai?

      Saya akan melepaskan Keuskupan Amboina setelah penahbisan Mgr. Inno tangal 23 April 2022. Saya tidak ingin menjadi gembala yang “cuci tangan” dan tidak peduli pada keuskupan. Saya akan terlibat dan mendorong pemerintah kabupaten hingga provinsi untuk mendukung proses penahbisan Mgr. Inno. Pemerintah beberapa kabupaten akan menyumbang dan Gubernur Maluku akan menyumbang dari kantong pribadi, serta dari Pemerintah Provinsi. Artinya saya mau memperkenalkan Mgr. Inno kepada seluruh pemerintah dan tokoh-tokoh agama agar bisa diterima dengan baik. Saya mau dia melanjutkan karya-karya saya dalam perasaan sukacita dan bahagia. Seperti seorang bapak yang meninggalkan kesan-kesan yang baik untuk anaknya, demikian pula saya ingin memberi yang terbaik untuk Mgr. Inno.

Apakah ada perpisahan dengan Monsinyur di Keuskupan Amboina?

      Banyak sekali dari paroki dan pemerintah ingin membuat perpisahan dengan saya. Tetapi saya mengatakan lupakan dulu perpisahan, kita fokus pada perayaan penahbisan Mgr. Inno. Saya meninggalkan Keuskupan Amboina bukan berarti nanti tidak ke situ lagi. Dalam kesempatan lain saya akan berjumpah dengan umat, tentu tidak lagi sebagai Uskup Amboina tetapi Uskup Agung Merauke. Kita harus menyukseskan penahbisan ini agar tidak membiarkan Mgr. Inno berjalan sendiri, tetapi merangkulnya, mengajaknya, dan berjalan bersama-sama dengan dia agar Keuskupan Amboina semakin hari semakin mandiri.

Adakah refleksi perpindahan Monsinyur dari Amboina ke Merauke?

      Ini rahasia Tuhan. Saya berpikir mungkin Tuhan melihat saya terlalu nyaman di Keuskupan Amboina dan terlalu menikmati pekerjaan saya, sehingga saya pindah. Saya diajarkan untuk berpikir bahwa ini bukan semata-mata kekuatan saya, tetapi utuh karya Roh Kudus. Saya diajarkan untuk harus melihat masa penggembalaan selama 27 tahun itu sebagai batu loncatan untuk semakin rendah hati. Roh Kudus semata-mata bekerja, Dia yang memanggil dan memutuskan saya untuk berpindah tempat ke Merauke. Seperti St. Yusuf yang dipanggil dari status kemanusiaannya menjadi ayah dari Yesus, demikian juga saya dipanggil dari rasa nyaman ke tempat baru untuk melebarkan sayap pelayanan. Atau mungkin juga Tuhan berpikir saya belum banyak bekerja di Keuskupan Amboina sehingga mendapatkan kesempatan di Merauke dengan banyak pekerjaan. Apapun refleksinya, inti dari perpindahan saya ini juga adalah karya Roh Kudus.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP, Edisi No. 14, Tahun ke-76, Minggu, 3 Agustus 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini