Paulus Pandji Wisaksana (1925-2022): Filantrop Sejati

232

HIDUPKATOLIK.COM – AKU telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku  telah memelihara iman.” (2 Tim 4:7). Demikian penutup berita lelayu Paulus Pandji Wisaksana mengutip satu ayat pesan dan nasihat Rasul Paulus (2 Timotius 4:7). Panji Wisaksana meninggal tanggal 24 Februari yang lalu.

Almahum sepanjang hidupnya selama 97 tahun (lahir 27 Juni 1925) setia menghidupi tiga nasihat Santo Paulus, “curhat” pada murid kesayangannya Timotius dari penjara dan merasa hidupnya sudah dekat. Ia mengakhiri pertandingan yang baik dengan berbuat baik bagi sesama, mencapai garis akhir dan memelihara imannya.

Tiga kata kunci pesan Rasul Paulus: mengakhiri pertandingan dengan baik, mencapai garis akhir dan memelihara iman menyatu dalan pribadi Pandji. Anugerah usia panjang merupakan berkah karena semakin panjang kesempatan berbuat baik bagi sesama dan semakin panjang perjalanan merepresentasikan imannya.

Menurut Ignatius Kardinal Suharyo saat khotbah tutup peti, Pandji adalah orang baik hati bagi sesama dan murah hati. Kemurahan hatinya terpelihara dan dihidupi sebagai inspirasi, dan sebagai orang beriman menjadi sempurna sebagai motivasi spiritual. “Seperti yang saya tahu dari banyak, semangat filantropi dalam dirinya sudah ia hayati sejak usia dini,” ujarnya.

Sejak SD di Bandung sebagai anggota Pandu, ia terbina berbuat baik bagi sesama. Sewaktu remaja, ke mana-mana membawa tas berisi peralatan P3K untuk membantu pejuang yang terluka karena perjuangan Bandung Lautan Api. Ketika sebagai pengusaha, dengan berbagai kelebihan yang dianugerahkan Tuhan, ia menghidupinya untuk berbuat baik dan berbagi bagi sesama, lewat yayasan-yayasan pendidikan dan organisasi kemanusiaan. Ketika sudah tidak lagi memimpin perusahaan, kesempatan berbuat baik itu meluas yang disemangati motivasi pribadi dan inspirasi iman.

Salah satu tebaran kebaikan hati bagi sesama yang miskin adalah gerakan MATAHATI Peduli Lingkungan. Ia memprakarsasi, mendirikan, mendampingi untuk terselenggaranya kegiatan sosial ini. Karena itu, sampai saat meninggalnya, ia aktif menginspirasi dan mengajak siapa pun, termasuk para dokter mata, rumah sakit dan intansi Kementerian Kesehatan ikut terlibat dalam operasi gratis MATAHATI Peduli Lingkungan.

Lahir tahun 2008, MATAHATI sampai saat ini mengoperasi gratis 26.000 pasien operasi katarak. Selama tahun 2008 dioperasi 5.000 pasien katarak. Agak melambat karena ada program BPJS pemerintah. Semakin melambat dua tahun belakangan karena pandemi Covid-19. Kegiatan tersebar di berbagai kota dan sangat terbantu karena para dokter mata pun bekerja dengan sukarela.

Mengapa operasi katarak bagi orang miskin? Katarak, menurut para dokter mata, di Indonesia ada sekitar 210.000 penderita dan menurut WHO sebesar 1,5 persen populasi dunia.

Pandji terinspirasi awal dari penderitaan ayahnya yang menderita tidak melihat karena lingkungan pekerjaan di pertambangan timah Bangka-Belitung beberapa puluh tahun lalu. Hidup dalam kondisi prihatin, setelah ayah dan ibunya pindah ke Bandung, ia jatuh bangun berusaha hingga terberkati dalam usahanya. Memimpin organisasi kemanusiaan para pebisnis Lions Club selama bertahun-rahun, kesempatan berbuat baik bagi sesama semakin luas. Mata itu jendela dunia, begitu dia sering katakan.

Meninggalkan empat putra dan tujuh cucu, menyusul Trijuani Pandji, istrinya yang meninggal 26 Mei 2021 dalam usia 92 tahun, Pandji adalah filantrop sejati yang menghidupi berbuat baik bagi sesama sebagai jatidiri dengan inspirasi yang disempurnakan oleh motivasi spiritualnya.

St. Sularto

 HIDUP, Edisi No. 11, Tahun ke-76, Minggu, 13 Maret 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini