Rusia Invasi Ukraina, Kita Harus Berbuat Apa

297
Ini adalah lukisan Suster Bene Xavier, MSsR berjudul: "Peace on Earth."

HIDUPKATOLIK.COM – Dunia belum selesai dengan keprihatinan terhadap pandemi dan mutasi virus corona, kini dikejutkan dengan situasi perang antara Russia dan Ukraina yang dalam waktu singkat semakin memanas.

Ketika dunia dilanda pandemi, orang dibuat sadar akan pentingnya kesehatan. Begitu pula ketika perang terjadi, orang semakin sadar akan pentingnya perdamaian. Kesehatan atau perdamaian memang bukanlah segala-galanya dalam kehidupan, namun tanpa kesehatan atau rasa damai, segala yang kita miliki pun terasa berkurang nilainya.

Memikirkan situasi perang yang terjadi antara Russia dan Ukraina, mungkin membuat kita sejenak berpikir apa yang menjadi dasar penyebab, apa akibat yang timbul dan apa yang dapat saya lakukan.
Perang terjadi ketika sudah ada serangan militer. Sebelum itu pasti telah terjadi konflik, yang disebabkan adanya perbedaan antara kedua belah pihak. Konflik yang dibakar keegoisan tidak dapat menemukan solusi. Sebaliknya, perlu keterbukaan, kerendahan hati untuk menyelesaikan konflik.
Tidak ada yang diuntungkan dari konflik, apalagi perang. Yang terjadi hanyalah dua rasa, marah, sedih atau keduanya bersamaan. Pihak yang menyerang semakin marah, pihak yang diserang semakin sedih dan bisa juga menjadi marah. Kematian, kehilangan masa depan, kehancuran, semuanya tidak kita inginkan.
Apa yang dapat saya lakukan? Mencari perlindungan, mencari seseorang yang bisa mendukung saya. Dan bagi kita pihak yang berada di luar konflik, sebisa mungkin kita memberi dukungan solidaritas berupa aksi atau dukungan spiritual lewat doa.
Mulai dari Diri Sendiri
Memikirkan situasi perang antara Russia dan Ukraina barangkali terlalu jauh bagi kita untuk berkontribusi mewujudkan perdamaian.
Namun dari perang yang terjadi saat ini, baiklah kita bertanya pada diri sendiri. Sudahkah damai ada di hati saya?
Apakah ada “peperangan” antara saya dan seseorang di sekitar saya? Barangkali masih ada suatu “perang dingin” antara saya dan saudara saya yang menyebabkan hilangnya komunikasi.
Sebelum memikirkan terlalu jauh soal perdamaian seluruh dunia, kita bisa memulainya dengan diri sendiri.
Berdamai dengan diri sendiri juga merupakan tantangan besar dalam hidup.
Keiklasan menerima masa lalu, memaafkan diri sendiri merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk berdamai dengan diri sendiri.
Mulailah membuka diri terhadap setiap perbedaan yang terjadi. Berlatih untuk menganggap perbedaan sebagai suatu keindahan dan kekayaan, bukan sumber konflik. Mulailah menyapa sesama, berikan suatu perhatian kecil.
Dunia tidak akan berubah kalau perubahan itu tidak dimulai dari diri sendiri. Mari kita berdamai dengan diri sendiri, dengan orang-orang di sekitar.
Semoga alunan damai yang syahdu di hati setiap orang, bisa menjadi sebuah gong perdamaian yang menggema di seluruh dunia.
Perdamaian memang bukan segalanya. Tapi tanpa perdamaian, kita bisa kehilangan segalanya.
Sr. Bene Xavier, MSsR, dari Wina, Austria

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini