Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap: Syarat Menjadi Murid Sejati

219
Uskup Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung OFM.Cao/Dok. Kapusin Medan

HIDUPKATOLIK.COMMinggu, 27 Februari 2022 Minggu Biasa VIII, Sir.27:4-7; Mzm.92:2-3, 13-14, 15-16; 1Kor.15:54-58; Luk.6:39-45

INJIL hari ini dikutip dari pengajaran Yesus tentang bagaimana menjadi murid yang sejati. Menjadi murid yang sejati itu meliputi belajar yang terus-menerus, refleksi pribadi, dan melakukan perbuatan baik sebagai buah dari benih sabda yang Yesus tanamkan.

Misi kita sebagai murid Yesus adalah menolong dan mengarahkan banyak orang untuk datang kepada Yesus. Yesus mengutus murid berdua-dua ke kampung-kampung yang akan dikunjungi-Nya untuk mempersiapkan kedatangan Yesus. Maka tugas murid adalah mempersiapakan hati orang untuk menerima Yesus. Inilah tugas perutusan murid.

Hal pertama yang disampaian Yesus adalah agar para murid tidak pernah berhenti belajar dari Yesus. Untuk mempersiapkan dan mengarahkan orang kepada perjumpaan dengan Yesus, Yesus sendiri mengatakan bahwa kita harus mempersipakan diri dengan belajar.

Sebagaimana seorang guru harus mempersiapkan diri dengan mendalami sendiri atau belajar dari orang lain tentang pokok pelajaran agar dapat mengajar dengan baik, demikian juga para murid harus belajar. Yesus menasihatkan dan mengajarkan pokok-pokok penting yang harus kita miliki agar dapat menolong orang dan mengajar mereka tentang keberadaan dan visi Yesus datang ke dunia.

Murid-murid akan menjadi sama dengan Sang Guru setelah mereka banyak hidup bersama Yesus. Dalam hidup bersama Yesus, para murid mendengar perkataan dan menyaksikan perbuatan Yesus. Pengajaran Yesus dapat didengar lewat khotbah, perumpamaan, dialog, dan debat Yesus dengan tokoh agama, kelompok sosial yang ada di kalangan orang Yahudi.

Tidak hanya itu, ini dapat disaksikan saat Yesus mengadakan mukjizat, penyembuhkan orang sakit, pergaulannya dengan semua lapisan masyarakat termasuk dengan orang yang dianggap berdosa, dan terutama menyaksikan sengsara wafat dan kebangkitan-Nya. Lewat itu semua para murid menangkap dan memahami visi Yesus.

Hal kedua yang diketengahkan Yesus agar dapat menjadi murid yang sejati adalah refleksi pribadi yang terus-menerus. Sejauh mana perkataan dan perbuatan kita sesuai dengan ajaran dan jalan-jalan yang diperintahkan oleh Yesus. Jika kita tidak pernah berefleksi maka kita sangat gampang jatuh pada sikap menghakimi yang lain. Sementara sikap menghakimi sangat jauh dari harapan Yesus sebagai murid yang sejati.

Satu sikap yang perlu dihindarkan dan dijauhi agar kita dapat menjadi anak Allah yang baik dan seorang murid sejati adalah sikap munafik. Yesus mengingatkan agar kita jangan berperilaku seperti seorang munafik. Siapa itu seorang munafik? Seorang munafik itu adalah seorang aktor sandiwara yang memperanankan watak dan karakter yang berbeda dari kepribadian yang ia miliki. Kemunafikan lahir dari absennya refleksi pribadi.

Untuk ini Yesus mengatakan, “Kalau orang buta memimpin orang buta yang lain, pasti kedua-duanya akan jatuh ke dalam selokan. Tidak ada murid yang lebih besar dari pada gurunya. Tetapi murid yang sudah selesai belajar, akan menjadi sama seperti gurunya.”

Menjadi buta secara fisik adalah memang tidak menguntungkan. Tetapi ada hal yang lebih buruk dari kebutaan fisik. Dan inilah yang sedang dikatakan Yesus kepada kita: “Mengapa kalian melihat secuil kayu dalam mata sudaramu, sedangkan balok di matamu sendiri tidak kalian perhatikan”.

Mereka yang tidak pernah berefleksi, artinya tidak pernah melihat balok dalam mata sendiri, demikian menganggap diri sebagai orang saleh dan menganggap diri lebih beriman.  Dari sinilah lahir dan berkembang sikap dan perilaku munafik dan menghakimi.

Hal ketiga adalah aksi kemanusiaan. Yesus mengajar kita bahwa sebagai murid-Nya yang sejati kita harus melakukan aksi baik dan pertolongan kepada orang lain. Dalam rangka melakukan hal baik dan pelayanan kepada orang lain, kita harus memiiki integritas dan hati yang baik.

Kita menjadi orang buta yang memimpin orang buta dan akhirnya sama-sama terperosok ke selokan jika kita mencoba menolong dan memengaruhi yang lain sementara kita kita mengenal siapa itu Yesus, memahami ajaran-Nya, dan mengerti maksud dari segala aksi-Nya.

Aksi baik dan pertolongan yang kita berikan kepada orang lain akan sangat bernilai dan berhaga jika motivasinya berasal dari pengajaran Yesus. Untuk inilah kita belajar menjadi murid yang sejati.

Jika kita tidak pernah berefleksi

maka kita sangat gampang jatuh

pada sikap menghakimi yang lain.

HIDUP, Edisi No.09, Tahun ke-76, Minggu, 27 Februari 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini