Menghadapi Keadaan yang Tak Dapat Diubah

836

HIDUPKATOLIK.COM – SAYA mempunyai seorang sahabat. Pada suatu hari, sahabat saya itu menghadapi masalah yang berat. Ia tidak mampu menyelesaikannya sendiri. Ia sangat tertekan dengan persoalan itu. Ia berusaha mengubah keadaan tersebut dengan meminta bantuan dari berbagai pihak, tetapi ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

Ia meminta bantuan dari saya dan teman-teman lainnya, tapi tidak ada satupun yang dapat menolongnya. Karena apa yang ia inginkan tidak kunjung terjadi, ia akhirnya menarik kesimpulan: “Saya harus menjaga diri saya sendiri. Kalau bukan saya sendiri, siapa yang akan melindungi diri saya?”

Pendek kata, sahabat saya itu telah kehilangan kepercayaan terhadap orang lain karena semua orang mengecewakannya.

Akar dari kehilangan kepercayaan terhadap orang lain adalah ketakutan bahwa apa yang kita inginkan daripadanya tidak akan kita dapatkan. Orang lain tidak mau dan tidak akan dapat membantu kita untuk mewujudkan harapan kita.

Orang lain tidak mungkin menolong kita untuk mengubah keadaan yang sedang kita hadapi. Ketakutan tersebut akan membuat kita tidak lagi dapat percaya dengan sepenuhnya kepada orang lain.

Dalam kehidupan kita, kita sering menghadapi situasi yang tak mungkin kita ubah. Berbagai macam usaha sudah kita lakukan, tetapi keadaan itu tetap sama. Segala perjuangan untuk mengubah keadaan tersebut nampak sia-sia dan justru memperparah luka kita. Semua itu telah menggerogoti kedamaian dalam batin kita.

Jalan satu-satunya dalam menghadapi keadaan yang tak dapat kita ubah adalah mempercayakannya kepada Allah. Mempercayakan hidup kita kepada Allah bukan jaminan bahwa semua yang kita inginkan akan terwujud.

Mempercayakan hidup kita kepada Allah berarti meyakini bahwa rencana Allah bagi kita adalah jauh lebih baik daripada rencana kita. Kita mungkin saat ini belum melihat rencana Allah itu terjadi, tetapi rencana Allah tersebut pada waktu-Nya pasti akan menjadi kenyataan.

Banyak dari antara kita pasti telah mengalami bahwa apa yang Allah berikan kepada kita jauh lebih baik daripada apa yang kita inginkan dan harapkan.

Ketika kita mengikuti kehendak Allah dan bukan keinginan kita sendiri, kita akan mendapatkan kedamaian batin di dalam setiap Keadaan.

Yesus adalah contoh yang sempurna dalam menghadapi keadaan yang tak dapat kita ubah. Sikap Yesus tersebut terjadi ketika Ia berdoa di Taman Getasmani menjelang kematian-Nya.

Ia bergumul apakah ia akan mengikuti keinginan-Nya sendiri, yaitu mengubah keadaan yang berat itu, atau mengikuti kehendak Bapa-Nya. Ia memenangkan pergumulan itu dengan mengikuti kehendak Bapa : “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42).

Menyerahkan keadaan kita kepada Allah berarti kita mempercayakan seluruh situasi kita pada kebaikan dan kemahakuasaaan-Nya.

Semakin kita mengizinkan Allah mengatur kehidupan kita, kita semakin dapat menikmati kedamaian batin.

“Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan ….” (Yesaya 9:6)

 

Romo Felix Supranto, SS.CC, Pastor Paroki Santa Odilia, Tengerang

1 KOMENTAR

  1. Saya sungguh menakjub membaca tulisan ini,tentu semua insan yg mempercayakan Tuhan Yesus bersama Bunda Maria menyakinkan seluruh hidupnya diatur oleh sang Ilahi akan menemukan kegembiraan dan kedamaian bathin dalam usaha dan karyanya semoga Aku dan kita semua menjadikan Tuhan Yesus sebagai nakoda dalam siarah hidup kita …profisiat Tuhan memberkati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini