HIDUPKATOLIK.COM – Perjuangan lebih dari 40 tahun, akhirnya berbuah manis. Namun, tugas perutusan belum berakhir.
TIDAK ada atribut keagamaan ketika memasuki wilayah Gereja Damai Kristus, Kampung Duri, Tambora, Jakarta Barat. Bahkan tidak ada papan nama. Gereja ini seakan beradaptasi dengan masyarakat setempat. Bangunan yang tampak depannya tidak seperti gereja ini menjadi saksi bisu perjuangan umatnya kala keberadaannya kerap diprotes pihak-pihak tertentu.
Pemekaran Kemakmuran
Gereja terletak di dalam kompleks Sekolah Damai. Berawal dari tahun 1963, umat Katolik yang berdomisili di derah Kampung Duri cukup kesulitan pergi ke Gereja Kemakmuran. Atas inisiatif umat, diusahakanlah suatu tempat sebagai tempat ibadah sementara. Seorang umat, Lim Pit Min merelakan rumahnya digunakan sebagai tempat ibadah sementara. Namun akhirnya rumah tersebut tidak dapat lagi menampung umat yang datang.
Tahun 1967, umat Kampung Duri membeli lahan empang di daerah Jamblang (Duri Selatan V) No.29 Jakarta Barat, yang akan dijadikan lokasi pembangunan gereja dan sekolah sebagai pusat kegiatan sekolah dan ibadah dibawah penggembalaan Romo Jacques Alkemade, MSC.
Tahun 1969, lahan tersebut diuruk dan dibangun sekolah, juga gedung pertemuan untuk pendidikan agama, budi pekerti dan beribadah, dan untuk ibadah umat Katolik setempat.
Sekretaris 1 PGDP Paroki Kampung Duri Periode 2016-2022, Victor Petrus Andulin Lembitaman Felnditi menuturkan bahwa pada tahun 1975 Stasi Kampung Duri sudah mendapatkan izin dari RT, RW, Lurah Duri Selatan dan Camat Tambora. “Mereka memberikan keterangan tidak keberatan pembangunan Rumah Ibadah Gereja Damai Kristus. Nah sejak itu, memang dari masyarakat setempat dan sampai saat ini beberapa ada yang keberatan jika ada Gereja Katolik di wilayah tersebut,” terang Viktor.
Pada tanggal 22 November 1987 umat Kampung Duri yang tadinya berstatus stasi dan beriduk pada Paroki Kemakmuran secara formal berubah menjadi Paroki Kampung Duri dan diresmikan Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo Soekoto, SJ. Pada saat itu Paroki Kampung Duri dipimpin Romo Julius A. Palit, MSC.
Kerap Ditolak
Berdasarkan data dari pihak Paroki Kampung Duri memasuki bulan Agustus 2007, pada masa penggembalaan Romo Matheus Widyo Lestari MSC, pihak paroki mengajukan Permohonan Ijin Pembangunan Gereja kepada Gubernur DKI Jakarta. Hal ini ternyata tidak disambut baik beberapa pihak.
Tanggal 23 November 2007 menjelang Perayaan HUT Paroki ke-20 terjadi aksi penolakan dari Forum Komunikasi Masjid, Mushola dan Majelis Taqlim (FKM3T) setempat. Menyikapi aksi itu, ibadah dialihkan ke Aula Provinsialat MSC di Kemakmuran sampai situasi kembali kondusif. “Tanggal 16 Desember 2007, umat kami memberanikan diri kembali mengadakan peribadatan di gereja,” ungkap Viktor.
Penolakan tidak berhenti di tahun 2007. Pada hari Jumat tanggal 15 Februari 2013, sekitar pukul 13.30 WIB dengan mengendarai mini bus, satu mobil pik-up terbuka dan beberapa sepeda motor serta pejalan kaki, sekelompok orang melakukan unjuk rasa di depan pintu gerbang gereja. Unjuk rasa itu terus berlanjut dalam setahun. “Setelah itu, tahun 2019, ketika ada pemasangan kanopi, kami sempat diprotes FKM3T dan dilaporkan ke FKUB DKI,” tambah Viktor.
Bukan Sekadar Hadiah
Ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menyerahkan IMB dan bersama Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo melakukan peletakan batu pertama hari Senen, 20/12/2021, momentum itu menjadi sukacita yang tak terlukiskan bagi umat Paroki Kampung Duri.
“Kalau dihitung dari tahun 1969, itu berarti sudah 52 tahun. Kami pastinya sangat bersyukur karena berkat uluran tangan-Nya semua ini terjadi. Tentu kami juga berterima kasih kepada Pemprov DKI Jakarta dan KAJ yang memperhatikan kami sebagai salah satu warganya. Kami juga berterima kasih kepada pendahulu kami. Kami tahu persis dari awal mereka tidak putus-putusnya berjuang. Sehingga semangat berjuang dan terus berusaha itu diwariskan kepada kami,” ungkap Viktor ketika ditelepon, Kamis, 23/12/2021.
Dalam sambutannya, Anies mengungkapkan bahwa pemberian IMB ini merupakan babak baru bagi satu-satunya gereja di wilayah Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. “Di balik sebuah perizinan, di situ ada sebuah tanggung jawab. Kami berharap masyarakat merasakan adanya ketenangan, keteduhan karena saling sapa dang saling menghargai,” pesan Anies.
Rasa syukur turut diungkapkan Kardinal Suharyo. IMB diserahkan menjelang perayaan Natal tahun 2021 lalu. Sungguh kado yang paling indah. “Oleh karena itu, umat Kampung Duri yang terkasih, kalau Bapak Gurbernur hari ini menyerahkan IMB, harap ditangkap juga sebagai pemberian tugas. Tugas umat dengan peranan yang berbeda-beda untuk terus membuat gerakan persaudaraan. Ini bukan sekadar memberikan hadiah, tapi memberikan tanggung ajwab kepada umat Katolik untuk terus persaudaraan sejati,” tutur Kardinal.
Perutusan Baru
Berbekal wejangan Kardinal Suharyo, Viktor sadar apa yang harus dilakukan umat Kampung Duri ke depan. “Selama ini kami tidak pernah menyerah dalam membangun komunikasi. Gereja adalah institusi sosial. Sehingga bukan karena momentum ini saja, tapi ke depannya kami bisa mendapatkan hubungan yang baik dengan masyarakat setempat serta turut berpartisipasi. Itu tanggung jawab dan perutusan umat Paroki Kampung Duri,” tuturnya.
Kepala Paroki Kampung Duri, Romo Hironimus Ronny Dahua, MSC menerangkan, konsep pembangunan gereja yang akan dimulai tahun 2022 ini. Gereja ini akan berkonsep gereja ramah lingkungan, artinya tidak membedakan dirinya dengan masyarakat sekitar. “Kami tidak akan memberikan simbol-simbol khusus seperti lonceng, salib, dan sebagainya pada bangunan depan dan hanya satu lantai saja. Selama pembangunan, kami akan pindah ibadah di sekolah. Gubernur juga menyampaikan hal yang sama ya, yakni tiga on, on schedule, on budget, on quality. Kami berharap bisa menyelesaikan dengan tepat waktu,” pungkas Romo Ronny.
Karina Chrisyantia Felicia/Permata Hanggu
HIDUP, Edisi No.2, Tahun ke-76, Minggu, 9 Januari 2022