Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia Romo Markus Nur Widipranto: Misi, Bagaikan Gaya Hidup

447
Romo Markus Nur Widipranoto

HIDUPKATOLIK.COM – MINGGU, 21 November 2021 merupakan hari yang istimewa untuk Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia (BN KKI). Bersamaan dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, BN KKI menyelanggarakan Misa Syukur Perayaan Pesta Emas 50 tahun di Kapel Santa Ursula, Jakarta Pusat. Misa konselebrasi dipimpin oleh Ketua Konferensi Waligereja Indonesia  (KWI), Ignatius Kardinal Suharyo, didampingi oleh Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia (KKI), Romo Markus Nur Widipranoto dan Direktur Diosesan (Dirdios) KKI  Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Romo Yohanes Radityo Wisnu Wicaksono.

Dengan bertambahnya usia KKI, Romo Widipranoto mengungkapkan rasa syukur dan sukacitanya. Imam diosesan ini berharap KKI dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal untuk Gereja Indonesia. Bagaimana refleksinya? Berikut petikan wawancaranya ketika HIDUP mengunjungi Kantor KKI di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 15/12/2021.

Bagaimana Romo memaknai kehadiran  KKI yang kini berusia 50 tahun ?

Karya Kepausan Indonesia (Pontifical Mission Societies of Indonesi) masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 1919 dibawah Karya Kepausan Negeri Belanda.  Seiring berjalannya waktu, dalam Sidang Majelis Agung Waligereja Indonesia (Sekarang KWI) tanggal 22 November 1971 – 04 Desember 1971, Karya Kepausan diterima menjadi bagian integral Gereja Indonesia.

Memang yang menjadi inti adalah menggerakan karya misi atau karya evangelisasi Gereja. Melalui karya misi dan evangelisasi, sebagai mana kita tahu Gereja Indonesia di negara berkembang tapi cukup kuat pertambahan umatnya, penguatan kualitas hidup umat, maupun religius imam-imamnya.  Bahkan sekarang Indonesia bisa menyumbangkan memberikan misionaris-misionarisnya (kaum religius). Tentu hal ini bukan yang pertama-tama hasil dari KKI, tapi karya misi Indonesia berkembang. Ini sangat menggembirakan sesuai dengan karya kepausan yang bergerak dalam karya misi.

Jambore SEKAMI Keuskupan Agung Palembang

Hal ini menjadi tantangan untuk merawat apa yang sudah ada, juga mengembangkan.  KKI terdiri dari empat serikat. Yang selama ini lebih dikenal atau di antara empat serikat itu adalah SEKAMI. Di usia 50, KKI harus semakin menguatkan, mengakarkan, mengembangkan serikat-serikat yang lain.

Bagaimana caranya? Mengoptimalkan hari-hari misi yang sudah ditentukan oleh Gereja Universal seperti Hari Anak Misioner, Hari Minggu Panggilan, Hari Minggu Misi dan lainnya. Kesadaran misioner umat Katolik masih terbatas, dalam pengertian sebagian besar umat memahami kalau yang bermisi lebih-lebih untuk kaum religius. Tapi kesadaran harus bermisi mewartakan Injil dengan kata-kata dan tindakan masih lemah atau masih kurang. Selain itu, umat merasa sudah cukup kalau sudah Misa atau berdoa. Masih memandang misi sebagai tugas dari luar.

KKI di usia yang tidak muda lagi, ditantang untuk mengembangakan ini agar membangkitkan kesadaran misioner, bahwa setiap orang yang dibaptis mengemban perutusan. Hal ini yang perlu disadari dan digerakkan, bahw misi bukan sebagai tugas dari luar tetapi sebagai gaya hidup sehari-hari. Artinya misi menjadi panggilan dan dorongan internal setiap individu.

Apakah ada hubungannya dengan makna Sakramen Pembaptisan?  

Menjadi makna pembastisan! Orang yang menerima Sakramen Baptis mendapatkan rahmat yang digabungkan sebagai anak-anak Allah, sebagai warta Gereja. Tapi di samping itu, mendapatkan rahmat perutusan. Nah, rahmat itu digabungkan sebagai anak-anak Allah semakin dikukuhkan dalam Sakramen Ekaristi. Sementara rahmat perutusan dikukuhkan dalam Sakramen Krisma. Karena itu, tiga sakramen ini dijadikan satu rumpun yaitu inisiasi.

Kerap kali umat menghayati Sakramen Baptis adalah aku menjadi anak Allah. Lupa bahwa Ia menambah rahmat perutusan. Pada setiap akhir Perayaan Ekaristi, imam selalu mengatakan “marilah kita pergi, kita diutus”. Kesadaran ini yang perlu dibangkitkan.

Bagaimana Romo memandang fenomena anak muda Katolik merambah dunia digital, mereka menggali dunia digital sebagai visi misoner ?

Dalam Pesta Emas ini, KKI juga mempersembahkan aplikasi pendampingan iman anak berbasis keluarga yakni Digi SEKAMI.  Nah, anak-anak muda adalah generasi digital. Inilah ladang mereka.

Perkembangan teknologi menjadi sarana untuk mewartakan. Yang mempunyai kuncinya adalah orang muda. Kalau orang muda ini semakin menyadari tugas perutusannya maka mereka bisa menggunakan teknologi untuk mewartakan sukacita Injil. Banyak anak muda yang sudah bergerak seperti membuat E-Katolik dan sebagainya.  Intinya marilah dan silahkan orang muda menggunakan segala lini media sosial sebagai medan dan alat mewartakan Injil. Mari kita banjiri lini-lini itu dengan sabda Tuhan dengan kabar gembira.

Apa harapan Romo dengan adanya Digi SEKAMI ?

Pertama, terjadi komunikas iman, percakapan rohani dalam keluarga khususnya orang tua dan anak, dalam hal ini anak-anak usia SEKAMI karena aplikasi ini berbasis keluarga. Kita lihat masih cukup banyak keluarga Katolik, khususnya anak-anak kebingungan untuk menemukan itu dan komunikasi rohani masih belum terjadi dengan baik.

Kedua, aplikasi ini mendorong dan memotivasi anak-anak sejak dini menerapkan semangat 2D (Doa, Dharma) 2K (Kurban, Kesaksian).

Ketiga,  selain membantu percakapan rohani, aplikasi ini juga membantu orang tua mendampingi anak-anaknya.

Keempat, tidak hanya membantu orangtua tetapi juga animator-animatris atau pendamping iman anak.

Aplikasi ini tentunya terus diperbaiki. Aplikasi ini kompleks untuk pendampingan iman anak. Kebanyakan aplikasi untuk anak hanya satu model. Aplikasi Digi SEKAMI cukup berbeda. Jadi sungguh rangkaian intergral.

Kelima, kekhasan kami adalah sangat Katolik. Mengapa? Karena pendampingannya mengikuti Penanggalan Liturgi. Sehingga sejak dini, anak diakrabkan dengan Kitab Suci dalam pengertian sesuai dengan liturgi Gereja. Di samping itu, kami memperkenalkan keteladanan para kudus.

Sebagai Dirnas, bagaimana Romo melihat tantangan ke depan dan apa harapan untuk para dirdios di keuskupan–keuskupan ?

Tantangan ke depan, perttama bagaimana mengoptimalkan jejaring sosial. Kedua, semakin berani untuk menggerakan dan mempercayai kaum muda untuk bergerak. Ketiga, masuk dalam ranah keluarga. Berkomunikasi dengan keluarga dengan aplikasi Digi Sekami. Keempat, menguatkan solidaritas misioner yang sudah ada.

Program Wisata Rumah Ibadat Komosi KKI-KKM Keuskupan Bandung bekerja sama dengan tokoh lintas agama.

Saya berharap para dirdios selalu memberikan perhatian dan mengembangkan serikat-serikat karya kepausan salain SEKAMI dan semakin memberikan hati kepada karya kepausan dan bergerak secara kreatif.

Karina Chrisyantia/Felicia Permata Hanggu/Laporan Angela Merici Devita Kusumawardhani

HIDUP, Edis No. 01, Tahun ke-76, Minggu, 2 Januari 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini