Penggembalaan yang Berbela Rasa

160

HIDUPKATOLIK.COM – Demi kaum terpinggirkan dan dilanda perang, Paus Fransiskus menyerukan suara kenabiannya untuk dunia yang lebih baik dan damai. Juga untuk merawat “rumah bersama ini” dari kehancuran.

PAUS Fransiskus terus menunjukkan karakter kepemimpinan penggembalaan yang berbela rasa di tengah krisis global yang dipicu pandemi Covid-19 selama tahun 2021. Pada awal tahun 2020 karakter itu sebetulnya sudah tampak kuat ketika pandemi menyebar luas. Dengan segala kekuatan rohaninya, ia mengajak umatnya (dan dunia) untuk tidak kehilangan harapan, khususnya mereka yang terdampak langsung akibat virus ini.

Kendati Covid-19 belum sepenuhnya dapat dikendalikan, dengan tekad bulat, ia tidak membatalkan kunjungan apostoliknya ke Irak pada 5-8 Maret 2021. Sejumlah pihak sempat mengkhawartirkan keselamatan dirinya selama kunjungan historis ini. Namun, bagi Paus, perjalanan ini adalah misi yang tidak dapat ditunda.

Di sana, ia menemui para otoritas tertinggi baik otoritas pemerintah maupun otoritas keagamaan. Bahkan, ia menginjakkan kakinya di Qaragosh, salah satu tempat yang hancur dibawah pendudukan ISIS (2014-2017). Di tempat ini terdapat populasi komunitas Kristen yang cukup besar. Dengan pengawalan super ketat, Paus, di tengah-tengah puing-puing bangunan, berdoa bersama umat setempat. Ia melepas burung merpati sebagai lambang harapan akan terwujudnya kedamaian dan keadilan di tempat yang tidak jauh dari Niniwe itu. Secara khusus ia meneguhkan hati kaum ibu yang kerap menjadi korban perang bersama dengan anak-anak. “Semoga perempuan dihormati dan dilindungi, serta diberi kesempatan,” ujarnya.

Perjalanan apostolik Paus ke Irak tidak dapat dipisahkan dari rangkaian peziarahan perdamaiannya ke Uni Emirat Arab (UEA) awal tahun 2019. Kunjungan yang disebut-sebut sebagai peringatan akan kunjungan Santo Fransiskus Assisi ke kawasan ini delapan ratus tahun silam. Misi yang kurang lebih sama: menghentikan peperangan/permusuhan, merajut persaudaraan/perdamaian. Santo Fransiskus Assisi menyambangi Sultan Malek al-Kamil; Paus Fransiskus menemui Imam Besar al-Azhar, Sheikh Ahmed al-Tayeb. Sultan Malek dan Santo Fransiskus bersepakat mencari jalan damai, Paus Fransiskus dan Imam Besar menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia (Dokumen Abu Dhabi).

Di penghujung tahun 2021 ini, awal Desember, Paus Fransiskus melakukan serangkaian kunjungan ekumenis selama lima hari ke Siprus dan Yunani. Selain merekatkan kembali hubungan Gereja Katolik Roma dengan Gereja Ortodoks, Paus menemui para pengungsi/imigran di penampungan sementara. Ia menyerukan agar negara-negara Eropa bersedia menerima para imigran tersebut.

Selain menyerukan perdamaian dan keadilan bagi semua pihak, Paus Fransiskus juga meminta perhatian para pemimpin dunia untuk menyelamatkan bumi ini dari kerusakan globarl. Permintaan itu dia gemakan kembali pada KTT Perubahan Iklim di Glasgow, Skotlandia melalui utusan khusus Vatikan awal November 2021.

Sementara itu ke dalam dirinya sendiri, yakni Gereja Universal, Paus Fransiskus memprakarsai Sinode Para Uskup Sedunia (2021-2023). Paus mengharapkan proses Sinode dimulai dari Gereja Lokal di seluruh dunia. Ia pun meminta para uskup memberi perhatian kepada ‘mereka yang kurang/tidak pernah didengarkan’ selama ini. Puncak Sinode ini diagendakan berlangsung di Vatikan pada bulan Oktober 2023.

Energi Baru

Dari ‘kejauhan’, Paus Fransiskus mengarahkan pandangannya ke Indonesia. Tak disangka-sangka, ia memilih empat uskup baru untuk Gereja Indonesia. Tiga di antaranya baru diangkat menjadi uskup, sedangkan satu uskup dirotasi dari keuskupan sufragan menjadi uskup agung (Sibolga, Padang, Palembang, dan Amboina).

Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga (Foto: Dok. Keuskupan Sibolga)

Untuk Keuskupan Sibolga, Paus memilih Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga. Keuskupan ini lowong karena Mgr. Ludovicus Simanullang, OFMCap meninggal dunia tanggal 20 September 2018. Tahbisan Episkopal Mgr. Fransiskus tertunda dua kali karena pandemi Covid-19. Namun, akhirnya Ketua KWI/Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo menahbiskannya di Katedral Sibolga pada tanggal 29 Juli 2021. Tahbisan ini hanya boleh disaksikan segelintir umat Keuskupan Sibolga.

Untuk Keuskupan Padang, Paus Fransiskus menetapkan Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX menduduki kursi katedral yang lowong karena Mgr. M.D. Situmorang, OFMCap dipanggil Tuhan tanggal 19 November 2019. Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo menahbiskan Mgr. Vitus di Katedral Padang pada tanggal 7 Oktober 2021. Karena situasi pandemi makin terkendali, tahbisan ini boleh dihadiri ratusan umat dan sejumlah uskup dari pelbagai keuskupan.

Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX

Sedangkan Keuskupan Agung Palembang (Kapal) tak perlu menunggu waktu memperoleh gembala utama. Paus menunjuk Uskup Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono menggantikan Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ menempati takhta Katedral Palembang. Mgr. Sudarso memasuki masa pensiun. Karena sudah ditahbiskan menjadi uskup, Mgr. Harun hanya melakukan seremoni “Possesio Kanonika” atau instalasi pada tanggal 10/10/2021 di Gereja St. Joseph, Pelembang. Tongkat kegembalaan diserahkan oleh Mgr. Sudarso kepada Mgr. Harun dalam sebuah perayaan Ekaristi meriah yang dihadiri sejumlah uskup dan ratusan umat. Mgr. Harun masih diberi amanat menggembalakan umat Tanjungkarang sebagai Administrator Apotolik hingga Paus menetapkan uskup baru.

Mgr. Yohanes Harun Yuwono

Untuk Keuskupan Amboina, Paus Fransiskus memilih Pastor Inno Ngutra sebagai Uskup Amboina menggantikan Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC yang diangkat menjadi Uskup Agung Merauke terhitung sejak 11 November 2020. Saat diumumkan menjadi Uskup Amboina tanggal 8 Desember 2021, Uskup Terpilih, Mgr. Ngutra menjabat sebagai Sekretaris Keuskupan Amboina. Direncanakan, ia akan menerima Tahbisan Espikopal pada bulan April 2022 di Ambon, Maluku.

Mgr. Inno Ngutra

Penetapan uskup (uskup agung) baru untuk Gereja Indonesia ini memperlihatkan perhatian besar Paus Fransiskus untuk penggembalaan kawanan kecil dombanya di Nusantara ini. Kehadiran para uskup diharapkan menjadi energi baru perpanjangan tangan Paus di sini. Penggembalaan yang bercirikan bela rasa.  Tantangan yang dihadapi oleh Gereja Katolik Indonesia tidaklah ringan. Setiap, regio, provinsi, dan keuskupan punya problematika dan dinamikanya sendiri di tengah pluralitas bangsa ini.

Hasiholan Siagian

HIDUP, Edisi No. 52, Tahun ke-75, Minggu, 26 Desember 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini