Ignatius Kardinal Suharyo: Keluarga: Jalan Menuju Kesempurnaan Kasih dan Kesucian

557
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo

 HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 26 Desember 2021, Pesta Keluarga Kudus 1Sam.1:20-22, 24-28; Mzm.84:2-3, 5-6, 9:10; 1Yoh.3:1-2, 21-24; Luk.2:41-52

GEREJA mengajarkan dengan sangat jelas, bahwa semua murid Kristus – dalam keadaan dan status mana pun “dipanggil oleh Tuhan untuk menuju kesucian yang sempurna …” (LG 11). Ajaran ini ditegaskan lagi dalam dokumen yang sama pada nomer 40: “… jelaslah bahwa semua orang Kristiani bagaimana pun status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan kasih.” Hidup berkeluarga adalah jalan yang pada umumnya dipilih untuk menanggapi panggilan itu.

Ada dua peristiwa yang dengan sangat jelas menegaskan bahwa hidup berkeluarga adalah jalan menuju kesempurnaan kasih dan kesucian. Yang pertama, pada tanggal 21 Oktober 2001 Santo Yohanes Paulus II mengangkat sepasang suami istri – Luigi dan Maria Quattrocchi – sebagai beato dan beata. Yang kedua, pada tanggal 18 Oktober Paus Fransiskus menyatakan sepasang suami istri yang lain – Louis dan Zelie Martin – sebagai santo dan santa.  Dengan merayakan Pesta Keluarga Kudus, Gereja mengajak kita semua, khususnya keluarga-keluarga Kristiani, untuk mensyukuri hidup berkeluarga, merawat dan mengembangkannya. Sehingga semua dan masing-masing anggotanya sungguh bertumbuh menuju kesempurnaan kasih dan kesucian di dalam keluarga itu – dengan doa-doa dan teladan Keluarga Kudus Nazaret.

Keluarga Kudus Nazaret dalam gambaran Santo Josemaria Escriva.

Ketika kita bicara mengenai Keluarga Kudus Nazaret sebagai teladan keluarga Kristiani, mungkin saja muncul pikiran dalam hati, “tentu saja Keluarga Kudus Nazaret istimewa, karena ada Yesus, Putera Allah di dalamnya”.  Di balik kata-kata itu ada pikiran, keluarga kita, tidak mungkin akan sampai pada keadaan ideal seperti Keluarga Kudus Nazaret. Namun kalau kita membaca Kitab Suci dengan lebih teliti, kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa Keluarga Kudus Nazaret hidup seperti keluarga-keluarga yang lain.

Dikatakan dalam Injil, “ketika Yesus telah berumur dua belas tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu” (Luk. 2:42). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Keluarga Kudus hidup seperti semua keluarga lain di desa kecil Nazaret, dengan irama hidup sehari-hari yang lazim bagi keluarga Yahudi yang tinggal jauh dari Yerusalem. Itu berarti Yesus diasuh oleh ibunya sejak lahir hingga disapih. Selanjutnya, bapaknya mendampinginya sampai ia berusia dua belas tahun. Pada usia itu seorang anak dianggap siap masuk ambang pintu kedewasaan dan selanjutnya ia akan menjadi anak yang terdidik oleh Taurat. Itulah sebabnya pada usia dua belas tahun Yesus ditemukan di Bait Allah sedang mendengarkan para alim ulama dan mengajukan pertanyaan kepada mereka (Luk. 2:46).

Ada sangat banyak keutamaan yang dapat digali dari kehidupan Keluarga Kudus Nazaret yang hidup seperti keluarga-keluarga lain. Salah satunya adalah doa. Dapat diandaikan, sebagai keluarga Yahudi yang saleh, Keluarga Kudus Nazaret biasa menguduskan hari dengan mendoakan Doa Delapan Belas Berkat setiap pagi dan sore di sinagoga dan doa-doa tambahan lainnya. Selain itu Lukas menunjukkan beberapa kebiasaan yang lain. Beberapa kali diceritakan bahwa Maria “menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk. 2:19.51). Kata-kata ini perlu ditempatkan dalam rangka berbagai peristiwa dan pengalaman yang melintas dalam hidup Bunda Maria. Tidak semua peristiwa dan pengalaman itu langsung jelas arti dan maknanya. Seringkali perlu waktu untuk mengendapkannya agar pelan-pelan semakin jelas terlihat apa pesan atau kehendak Tuhan yang ingin Ia sampaikan lewat peristiwa dan pengalaman itu. Kebiasaan seperti ini dilandaskan pada keyakinan bahwa Allah adalah Sang Penyelenggara kehidupan.

Keluarga Kudus Nazaret

Dengan kata lain, dengan menyimpan dan merenungkan segala perkara dalam hati, Bunda Maria ingin semakin masuk ke dalam misteri rencana Allah, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi seluruh keluarganya. Dengan demikian Lukas ingin menampilkan Maria – dan keluarganya – sebagai teladan bagi semua orang Kristiani yang dengan rela dan gembira melibatkan diri dalam karya penyelamatan Allah. Dalam kebiasaan ini pula kita mengerti pernyataan bahwa Yesus “makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi Allah dan manusia” (Luk. 2:40.52).  Semoga berkat doa-doa dan teladan Keluarga Kudus, semua dan masing-masing anggota keluarga kita sungguh bertumbuh menuju kesempurnaan kasih dan kesucian. “… bertambah hikmatnya … makin dikasihi Allah dan manusia”

“Pesta Keluarga Kudus mengajak kita semua untuk mensyukuri hidup berkeluarga, merawat dan mengembangkannya.”

HIDUP, Edisi No. 52, Tahun ke-75, Minggu, 26 Desember 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini