HANTU YANG TIDAK DIUSIR

414

HIDUPKATOLIK.COM – Sore itu dengan tergesa-gesa aku memasuki ruang teater bioskop sendiri. Istri dan anakku masih makan di restoran di lantai bawah. Aku memilih lebih baik tidak makan terlebih dulu daripada terpaksa terlambat ketinggalan menit-menit awal cerita film. Kali ini bukan film favorit yang kutonton, tapi merupakan serial yang legendaris, yaitu Ghostbusters: Afterlife yang merupakan seri ke-4 dari franchise ini. Untungnya bioskop memutarkan beberapa trailer terlebih dulu sebelum memutar film utamanya, sehingga istri dan anakku hanya tertinggal sekitar 2 menit.

Seperti di film-film sebelumnya, Ghostbusters adalah serial film yang menceritakan tentang para penangkap hantu. Di film pertama dan kedua penangkap hantunya adalah tim pria dewasa. Di film ketiga penangkap hantunya adalah tim wanita dewasa. Kali ini dengan cerdik para penulis menempatkan tokoh utamanya adalah seorang anak perempuan dibantu seorang teman dan kakaknya.

Mereka menangkap hantu bukan dengan jampi-jampi melainkan dengan alat khusus. Betapa menyenangkannya bagi mereka bisa menangkap hantu. Mungkin sama senangnya dengan kita yang berhasil menangkap nyamuk-nyamuk yang mengganggu dengan menggunakan raket nyamuk. Tetapi jika raket nyamuk kita gunakan untuk membunuh nyamuk, maka alat yang digunakan para Ghostbuster tidak dapat membinasakan hantu. Melainkan hanya dapat menangkap hantu-hantu. Kurang lebih seperti jin di dalam cerita Aladin yang ditangkap dan dikurung di dalam sebuah lampu ajaib. Dan sama seperti jin di dalam cerita Aladin, maka hantu-hantu yang ditangkap oleh Ghostbusters bisa sewaktu-waktu lepas.

Jika dipandang dari sudut iman, sebenarnya film ini cukup mengusik. Karena hantu atau setan atau iblis, yang termasuk dalam roh-roh jahat, bukannya ditangkap oleh Tuhan Yesus semasa hidup-Nya di dunia, melainkan diusir. Yesus mengusir Legion di Gerasa dan kemudian mereka pindah ke babi-babi yang ada di situ. Pada waktu Yesus dicobai oleh iblis di padang gurun, Yesus mengusirnya dengan Firman. Bahkan Yesus mengusir setan yang ada di dalam Petrus karena menjadi batu sandungan bagi-Nya pada waktu Yesus menubuatkan kisah sengsara-Nya kepada murid-murid-Nya.

Sayangnya budaya pop tidak mendasarkan kisah-kisahnya dari Alkitab, sehingga penonton menjadi terbiasa disuguhkan hipotesa bahwa tidak semua hantu jahat. Bahkan beberapa hantu digambarkan sebagai sahabat yang baik bagi manusia. Misalnya di dalam film Ghost (1990) yang diperankan oleh Demi Moore dan Patrick Swayze. Bahkan film ini memenangkan Academy Awards ke-63 dalam kategori Skenario Asli Terbaik. Patrick Swayze yang digambarkan sudah menjadi hantu, masih berusaha keras menolong pacarnya yang masih hidup yang diperankan oleh Demi Moore. Bagi penonton yang kurang akrab dengan kitab suci, tentu lebih percaya kepada cerita film ini bahwa arwah orang yang meninggal masih bisa menolong orang-orang yang masih hidup.

Contoh lain adalah tokoh komik Casper si hantu yang baik hati. Casper tidak seperti hantu ketiga pamannya yang bernama Stretch, Stinkie dan Fatso yang jahat dan suka mengganggu manusia. Casper diceritakan sebagai hantu dari seorang bocah lelaki bernama Casper McFadden. Casper meninggal di usia 12 tahun karena sakit radang paru-paru. Penyebabnya adalah karena terlalu lama bermain dengan kereta luncurnya di luar rumah dalam kondisi cuaca yang sangat dingin. Sebagai hantu, Casper malah lebih suka menolong manusia.

Kisah-kisah seperti ini mungkin lebih dipercayai oleh para pembaca dan penontonnya daripada kisah-kisah dari alkitab. Termasuk aku dan teman-temanku semasa remaja. Sehingga ketika teman-teman tiba-tiba melibatkan aku dalam permainan jalangkung, aku tidak menolaknya. Saat itu kupikir mungkin permainan ini bisa menambah wawasan dan pengalaman. Tetapi bagiku saat ini, permainan seperti  itu harusnya tidak kulakukan. Karena setelah permainan itu selesai kami mainkan, seorang temanku kesurupan. Ini sama sekali bukan hiburan.

Semoga saja para penonton bisa memisahkan antara hiburan dan iman. Film-film dibuat sebagai penghibur saja, jangan sampai mengubah iman kita. Santo Paulus sudah pernah memperingatkan jauh-jauh hari di dalam 1 Timotius 4:1-2 bahwa “Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.” Semoga kita semua termasuk yang bisa menempatkan hiburan sebagai hiburan.

Maka aku pun terhibur oleh film Ghostbusters: Afterlife yang berakhir happy ending seperti film-film heroik lainnya. Walaupun diceritakan bahwa sang gadis jagoan dibantu oleh hantu kakeknya. Tentunya itu hanya bagian dari fiksi untuk mendramatisir cerita.

Kami keluar teater dengan hati senang diiringi lagu tema dari Ray Parker Jr. yang iramanya riang. Lagu ini di tahun 1984 menduduki peringat pertama selama tiga minggu berturut-turut di Billboard Hot 100 dan mendapatkan nominasi di Academy Awards ke-57 sebagai Best Original Song.

If there’s something strange
In your neighborhood
Who you gonna call?…Ghostbusters!

Lagunya asik, tapi jawabannya salah. Kalau kita dalam masalah, kita tidak memanggil Ghostbusters, melainkan Tuhan Yesus. Ya kan?

Julius Saviordi, Alumni KPKS Santo Paulus Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini