PERJUANGAN MENEMBUS MALAM GELAP

1180

HIDUPAKTOLIK.COM – Empat puluh tahun lalu dengan gaya “backpacker” saya ziarah ke Gua Maria Sendang Sono. Tentu saja waktu itu, Sendang Sono belum mendapat sentuhan arsitek kenamaan, Romo Y.B. Mangunwijaya, masih sangat alami. Hanya ada jalan setapak untuk pejalan kaki, tidak ada mobil yang dapat mencapai lokasi gua.

Sore selesai ziarah, saya naik bus antarkota dan turun di Brebes, karena ingin bertandang ke seorang teman. Turun dari bus, waktu menunjukkan pukul 2 malam. Teman ini tinggal di Jatibarang, kota kecil Selatan Brebes, berjarak sekitar 10 km.

Daripada menunggu pagi untuk mendapat angkutan, saya putuskan jalan kaki saja. Awalnya walau malam, cukup terang karena adanya lampu-lampu jalan. Namun setelah sekitar 15 menit berjalan,  saya masuk dalam kegelapan malam yang sungguh gelap. Cahaya bintang dan bulan tak dapat menembus gelapnya malam. Jangankan melihat yang jauh, tangan sendiri pun tak kelihatan.

Pengalaman berjalan dalam gelap ini, membantu saya ketika mencoba memahami ajaran St .Yohanes Salib yang banyak menggunakan istilah malam gelap. Bahkan salah satu buku beliau berjudul Malam Gelap (sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Karmelindo). Ajaran yang sangat baik dan saya ingin berbagi, namun ada baiknya kita lebih dahulu sedikit berkenalan dengan tokoh mistik yang besar jasanya bagi Gereja.

Santo Yohanes Salib (San Juan de la Cruz) lahir 24 Juni 1542 di desa Fontiveros, dekat Avila, Spanyol. Kata Avila mengingatkan saya akan St. Teresa dari Avila. Ya mereka saling kenal bahkan berjuang bersama. Yohanes 27 tahun lebih muda dari Teresa. Segera setelah menerima tahbisan sebagai imam Karmel pada tahun 1567, Yohanes dipertemukan oleh Tuhan dengan Teresa dan keduanya merupakan tokoh pembaharu Ordo Karmel.

Yohanes dan Teresa, banyak membuka biara-biara baru yang menerapkan  cara hidup suci yang menuntut mati raga, pantang dan puasa, serta hidup doa yang ketat. Upaya ini ditentang oleh biarawan Karmelit sendiri.

Puncak perselisihan, Yohanes  mendekam dalam penjara di Toledo selama 9 bulan sejak Desember 1577. Ia sering dianiaya secara keji dan mengalami isolasi.

Di tengah penderitaan berat ini, Yohanes justru memperoleh rahmat Ilahi. Ia mengalami peristiwa-peristiwa mistik dan mendapat pencerahan akan ajaran Kristus.

Ia mencatat semuanya dan kelak diterbitkan menjadi berbagai buku kumpulan puisi mistik, dan kidung doa. Tak heran pada 1926 oleh Paus Pius XI,  ia diberi gelar Doktor Teologi Mistik.

Sekeluar dari penjara, ia terus berjuang. Akhirnya bersama para pengikutnya ia membentuk OCD (Ordo Discalced Carmelites) – Ordo Karmelit tak Berkasut. Ordo ini diakui oleh Paus Gregorius XIII pada 22 Juni 1580. Ia meninggal pada 14 Desember 1591 di Ubeda, Spanyol. Serta memperoleh gelar Santo pada tahun 1726. Gereja memperingati tokoh besar ini setiap tanggal 14 Desember.

Suatu malam yang gelap
Terbakar oleh kerinduan cinta  yang mendesak
Oh, rahmat yang tak terkatakan! aku keluar tak terlihat
Rumahku sekarang seluruhnya hening

Di atas adalah bait pertama dari puisi beliau yang sangat terkenal. Satu bait ini saja sudah mengandung permenungan mendalam. Rumah adalah tubuh kita dan tempat di mana jiwa kita tinggal. Kondisi sehari-hari rumah sangat gaduh, penuh hawa nafsu dan kedagingan. Serba mau ini itu, mau harta, mau kekuasaan, mau makan enak. Jiwa sesak terjebak di dalam tubuh. Ketika manusia menyadari bahwa semua ini sia-sia, lalu  menyangkal diri terhadap segala nafsu dan kedagingan. Ketika berhasil, maka jiwa akan tenang. Bait ini ingin menggambarkan jiwa seseorang yang bersyukur berhasil keluar dari kelekatan dunia berkat cinta Allah yang mendesak dan rahmat-Nya yang melimpah. Setelah itu rumahnya kini hening.

Lalu bagaimana seseorang dapat mencapai kondisi penuh syukur ini? Yohanes Salib mengajarkan, manusia yang sadar ingin dapat bersatu dengan Tuhan, akan menempuh Jalan Kelepasan, yakni dengan masuk ke dalam malam gelap inderawi dan malam gelap rohani.

Manusia masuk malam gelap inderawi artinya jiwa menguasai tubuh untuk aktif melakukan penyangkalan diri. Jiwa aslinya adalah suci karena berasal dari Allah, tapi ketika berada dalam tubuh, jiwa dapat berubah mengikuti tubuh yang cenderung penuh nafsu dan kedagingan.

Untuk kembali menjadi suci, jiwa perlu berjuang aktif guna melepaskan diri dari kelekatan tak teratur. Kelekatan yang menjauhkan kita dari Allah, seperti nonton serial drakor, main game online, atau kecanduan film porno, alkohol, obat-obatan, dan sebagainya. Segala upaya penyangkalan diri ini tentu tidak mudah, bahkan berat. Ini menjadi malam gelap bagi indera, karena keinginan indera yang selama ini telah dimanja, dilawan demi cinta pada Allah.

Tahap berikutnya lebih berat, yakni masuk dalam malam gelap rohani aktif. Menurut Yohanes Salib, ada tiga jalan yang perlu dilalui, yakni pikiran, kehendak, dan ingatan.

Jalan Pikiran

Saya pernah mengalami beberapa peristiwa buruk, salah satunya saat di phk dengan tuduhan merugikan perusahaan. Saya sungguh tidak mengerti mengapa saya dapat dituduh seperti ini. Namun saya percaya bahwa Tuhan selalu  memberi yang terbaik bagi saya. Terbukti hanya selang beberapa bulan saya memperoleh pekerjaan baru dengan gaji dan fasilitas yang lebih baik. Ketika pikiran atau akal budi kita tidak dapat menerima apa yang terjadi, namun kita tetap percaya Tuhan selalu memberi yang terbaik, inilah saat kita melalui malam gelap pikiran dan akan berbuah pertumbuhan iman.

Jalan Kehendak

Banyak kejadian tidak sesuai dengan kehendak saya. Namun saya diingatkan, bukankah saat berdoa mohon kepada Tuhan, selalu saya tutup dengan kata-kata “tapi terjadilah seturut kehendak-Mu”. Jadi bila bukan kehendak saya yang terjadi dan  saya tidak menggerutu tapi berserah pada kehendak-Nya, inilah yang dimaksud dengan memasuki malam gelap kehendak. Buah dari malam gelap kehendak adalah bertumbuhnya kasih pada Allah sendiri.

Jalan Ingatan

Manusia memiliki ingatan. Memori  kegagalan sering membuat seseorang tidak percaya diri. Sebaliknya memori keberhasilan dapat membuat manusia menjadi sombong dan lupa bahwa semua itu adalah rahmat Tuhan. Beberapa ingatan juga dapat membuat kuatir akan masa depan. Johanes Salib mengajak kita untuk melepaskan diri dari semua ingatan itu dan hanya berharap pada Tuhan saja. Ini artinya kita masuk dalam kegelapan ingatan dan setelah berhasil melaluinya, kita akan mengalami pertumbuhan harapan.

Ketiga jalan kegelapan rohani ini, berujung pada bertumbuhnya iman, harapan, dan kasih. Tiga keutamaan teologal menurut KGK 1813.

Tahap terakhir adalah malam gelap rohani pasif. Dalam buku Malam Gelap, Yohanes Salib mengatakan tidak banyak manusia beriman yang dapat mencapai tahap ini. Tahap dimana Roh Kudus sendiri yang bekerja dalam diri kita untuk memurnikan dan menguduskan. Hanya dengan rahmat Tuhan, kita dapat masuk dalam tahap ini.

Bersediakah kita dengan sadar masuk dan berjalan melalui malam gelap dan berkat pertolongan serta  Kasih Allah menyongsong cerahnya pagi hari? Cerahnya pagi berarti saat kita dapat bersatu dengan Tuhan dan merasakan damai-Nya.

Fidensius Gunawan, Kontributor, Alumni KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini