Moderasi Milenial Lintas Agama Membahas Toleransi

149
Ketua Umum PP Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma (kedua dari kanan) berbicara soal moderasi beragama milenial lintas agama/Dok. Pribadi

HIDUPKATOLIK.COM -KAUM muda punya peran penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Salah satu persoalan yang menjadi tantangan hari ini adalah bagaimana sikap mereka dalam mengnyikapi pluralitas di negeri ini.

Dengan latar masyarakat yang heterogen, kekhawatiran adanya disintegrasi bangsa lantaran dipicu masalah isu agama misalnya, harus dijadikan momentum bagi generasi milenial untuk mengubah paradigma berpikirnya. Saling menguatkan, menghargai perbedaan, serta memberikan kontribusi yang konkret bagi bangsa.

Demikian merupakan intisari dari diskusi bertajuk Moderasi Milenial Lintas Agama yang diselenggarakan DPP KNPI, Minggu (12/12) di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Giat ini merupakan rangkaian acara Rapat Pimpinan Paripurna Nasional (Rapimpurnas) DPP KNPI yang berlangsung hari ini hingga Selasa, (14/12).

“Anak muda tidak boleh terlalu ego karena akan membuat pemuda ketinggalan. Pemuda tidak boleh terbelah, karena tidak akan besar. Yang dibutuhkan oleh pemuda adalah kebersamaan, kolaborasi dan meningkatkan kapasitas,” beber Ketua Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto saat menjadi pembicara.

Cak Nanto-sapaannya- menjelaskan bahwa milenial harus menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI. Dan isu moderasi lintas agama harus dilihat sebagai ikhtiar bersama untuk saling menjaga satu sama lain.

“Toleransi kuncinya. Tidak gampang men-justifikasi, merasa paling benar sensitive. Harus saling hargai,” jelas dia.

Hal senada diungkapkan Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma. Gusma menegaskan kalau isu agama hari ini telah menguat dan tidak pernah tuntas. Kondisi ini menjadi sesuatu yang berbahaya karena bisa menjurus pada perpecahan.

“Tugas kita yang berada di pimpinan nasional adalah menyelesaikan konflik ini sampai struktur bawah dalam keorganisasian,” kata dia.

Dalam tataran elite, kata dia, persoalan perbedaan agama mungkin sudah selesai namun di tataran akar rumput belum selesai.

“Sehingga kita harus menjelaskan dan memimpin ini agar bisa menjadi persatuan yang saling menghargai,” lanjut Gusma.

Pembicara terakhir, Ryano, Ketua Umum Perserikatan Organisasi Nasional menjelaskan bahwa yang utama dari pemuda adalah toleransi. Baik dalam keagamaan dan kehidupan sehari-hari.

“Pemuda harus mengesampingkan emosi keagamaan dan mengedepankan cinta keagamaan karena pada hakekatnya manusia itu saling mengasihi,” pungkasnya.

Laporan: PP Pemuda Katolik

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini