Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM: Masa Adven: Teruslah Membangun Optimisme Hidup

258
Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM (Foto: Komsos BMV)

HIDUPKATOLIK.COMMinggu, 28 November 2021 Minggu Adven I Yer.33:14-16; Mzm.25:4bc-5ab, 8-9, 10, 14; 1Tes.3:12-4:2; Luk.21:25-28, 34-36.

ADVENTUS berarti “kedatangan”. Allah datang kepada manusia karena kasih-Nya kepada kita. Itulah dimensi paling dasar dari iman kita: Allah mengambil inisiatif untuk menjumpai kita. Itulah dasar optimisme hidup kristiani. Pada hari ini, kita memulai masa Adven. Kita memasuki masa mempersiapkan diri secara intens akan kedatangan Tuhan. Kerinduan dan pengharapan akan berjumpa dengan Tuhan ditumbuhkan dan dipupuk melalui liturgi-liturgi khusus masa Adven. Korona Adven dipasang sebagai simbol datangnya Sang Terang Kehidupan, yakni Tuhan kita Yesus Kristus.

Sesungguhnya kerinduan manusia itu beragam. Umat manusia masa kini merindukan dan mengharapkan akan suatu dunia baru yang bebas Covid-19; akan adanya perhatian untuk melestarikan bumi dan alam semesta ini; akan mengatasi masalah sampah; akan terciptanya perdamaian dunia dan para bangsa hidup berdampingan, serta menerima satu sama lain sebagai saudara dalam suasana aman, damai dan saling menghargai. Mayoritas warga bangsa Indonesia mengharapkan agar pemimpin negaranya kelak adalah pemimpin yang nasionalis, yang berjuang dan berusaha sekuat tenaga menjaga serta merawat keutuhan bangsa Indonesia yang adil dan teguh bersatu dalam suasana saling menghargai. Apakah kerinduan dan pengharapan itu dapat terpenuhi? Sikap hidup seperti apa yang membantu kita untuk mewujudkan kerinduan dan pengharapan itu?

Warta alkitabiah Minggu I Adven melalui Nabi Yeremia berisikan seruan hidup penuh optimis. Nabi Yeremia menyerukan agar umat Israel bangkit dari keterpurukan, penderitaan karena ketidakadilan dan penindasan. Dia menyampaikan bahwa Tuhan akan menepati janji-Nya untuk menumbuhkan Tunas Keadilan bagi Daud. Kerinduan dan pengharapan mereka akan adanya suasana kehidupan baru pastilah akan dipenuhi dengan datangnya “Tuhan-Keadilan-Kita”. Maka seruan nabi Yeremia menjadi pemantik yang menyalakan pengharapan baru. Optimisme akan hidup yang lebih baik dinyalakan dan dibangkitkan. Hidup dalam pengharapan terus ditumbuhkan.

Pertanyaan bagi kita pada masa sekarang: bagaimana membangun “way of life” penuh optimisme di tengah kekhawatiran, kecemasan, kesulitan-kesulitan hidup, misalnya karena pandemi ini atau juga karena kelemahan-kelemahan manusiawi kita?

Optimisme hidup itu dibangun dengan suatu pola hidup yang tidak hanya mengandalkan kemampuan manusiawi kita, harta kekayaan yang kita miliki, relasi sosial kita, tetapi juga dan lebih-lebih bersandar pada kebijaksanaan Allah. Santo Paulus mengingatkan umat di Tesalonika, agar mereka hidup dengan mengimani kehadiran dan tuntunan Tuhan. Allah sendiri akan menguatkan hatimu. “Semoga Ia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus dihadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita” (1Tes. 3:13). Tentu hidup bersandarkan kekuatan dari Allah mesti sejalan dengan usaha-usaha kerja manusia. Kita mesti menata hidup kita dengan berusaha dan berjuang karena Tuhan memberikan berkat, talenta dan kemampuan untuk membangun kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara selaras dengan kehendak-Nya. Paulus menasihati:“Tetapi, baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus” (1Tes. 4:2).

Injil Lukas yang diwartakan hari Minggu ini (Luk. 21:25-28.34-36) sesungguhnya memperlihatkan tuntunan Yesus sendiri. Dalam rangka menyambut kedatangan-Nya, Yesus menganjurkan kepada kita agar kita membangun kehidupan ini dalam semangat-Nya. Dalam permenungan kami, ada tiga hal yang ditegaskan kepada kita.

Pertama, Hiduplah selalu dengan melakukan discernment yang baik dan tegas untuk menyongsong kedatangan “Anak Manusia”.

Tanda-tanda zaman dan peristiwa-peristiwa hidup dan alam perlu dicermati. Dengan kata lain, jalanilah hidup ini dengan hati, budi pikiran yang terarah pada kesadaran bahwa Tuhan ikut serta membangun kehidupan kita. Tanda-tanda alam dan peristiwa-peristiwa hidup mesti dipahami dengan akal budi dan sekaligus juga dalam terang iman. Ada kenyataan hidup yang bisa dipahami secara rasional, tetapi ada juga yang mesti diterima dalam terang iman. Kita diundang untuk melihat “Kehadiran Anak Manusia” dalam peristiwa-peristiwa alam dan kehidupan kita. “Pada waktu itu, orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya”(Luk. 21:27).

Kedua, Tuhan Yesus mengajak kita untuk membangun optimisme hidup dengan seruan-Nya: “Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat” (Luk. 21:28).

Keselamatan hidup dalam arti luas terjadi dan dialami setiap orang, bila orang keluar dari rasa keterpurukannya, tidak putus asa, tidak tenggelam dalam kehendak pribadinya dan kesombongan diri yang hanya mengandalkan kemampuan dirinya. Dia bangkit dan datang, menyongsong Allah Bapa yang mendatangi kita dalam diri “Anak Manusia”. Ingatlah peristiwa “Anak Bungsu” yang berani melihat kekurangan pada dirinya dan kemudian membangun tekad untuk bangkit dan pergi menjumpai ayahnya (Bdk. Luk. 15:18-20). Dia siap menjadi hamba Bapanya. Tetapi Allah Bapa Mahabaik justru memberikan status kehidupan lebih baik kepadanya. Bergerak untuk bangkit dan datang menyongsong kedatangan Tuhan merupakan gerakan yang menyelamatkan, sebab sumber keselamatan kita ialah Tuhan Yesus sendiri.

Ketiga, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa supaya kamu mendapat kekuatan agar kita siap menerima datangnya Anak Manusia” (Luk. 21:35)

Tindakan berjaga-jaga menunjukkan seorang selalu siap, siaga untuk melakukan atau menghadapi sesuatu. Keutamaan “berjaga-jaga” atau berwaspada akan membuat hidup lebih bijaksana serta bersikap teliti, saksama, tidak takabur. Pola hidup seperti ini akan menumbuhkan juga keutamaan kesabaran.  Bagian dari tindakan “berjaga-jaga” adalah berdoa terus menerus. Berdoa yang sesungguhnya menghantar orang untuk bersikap menerima “Allah yang mendatanginya dengan Firman-Nya”. Maka tak heranlah bila Yesus berkata: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa”. Nasihat Yesus untuk berjaga-jaga sambil berdoa dilengkapi dengan seruan: “Berpalinglah dari pesta pora, kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi” (Luk. 21:34) menekankan agar orang fokus pada Allah dan kehendak-Nya. Pesta pora, kemabukan serta ketamakan hidup membutakan mata hati orang dari kehadiran Allah dan tidak peduli terhadap kebaikan hidup orang lain. Selamat memasuki Masa Adven.

“Optimisme hidup itu dibangun dengan suatu pola hidup yang tidak hanya mengandalkan kemampuan manusiawi, harta kekayaan, relasi sosial, tetapi juga dan lebih-lebih bersandar pada kebijaksanaan Allah.”

HIDUP, Edisi No. 48, Tahun ke-75, Minggu, 28 November 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini