Cemerlangnya Uskup Padang: Kebapaan yang Berbelaskasihan

462
Penumpangan tangan atas Uskup Tertahbis, Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX, di Katedral Padang, Kamis, 7/10/2021. (Foto: P. Antonius Wahyudianto SX)

HIDUPKATOLIK.COMJarum jam baru menunjukkan pukul 09.00 WIB di hari Kamis pagi yang penuh rahmat Tuhan, tatkala suasana alun-alun Gereja Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, Katedral Padang, Sumatera Barat, sudah mulai ramai dengan datangnya para pastor, suster, dan umat yang mendapat undangan khusus mengikuti Misa Tahbisan Episkopal Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX.

Ibu Lidwina Dwiyani (duduk, kanan) mendapat ucapan selamat atas tahbisan episkopal putranya, Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX di Katedral Padang, Kamis, 7/10/2021. (Foto: Pastor Antonius Wahyudianto, SX)

TERLIHAT duduk dengan khusuk di barisan bangku pertama sisi kiri depan altar gereja, mamanya Mgr. Ribianto, yaitu Ibu Lidwina Dwiyani yang datang dari Semarang, Jawa Tengah. Ia sempat meneteskan air mata sukacita dan keharuan, saat Mgr. Piero Pioppo, Duta Besar Vatikan (Nuntius), penahbis utama, berhenti sejenak menghampirinya, seraya memberkati kepalanya sebelum menuju dan membungkuk di depan altar bersama para uskup lainnya. Sementara itu nyanyian pembukaan “Mari Kita Bergembira” (MB 170) mengalun merdu dan syahdu dilambungkan seluruh umat yang hadir seraya menjaga jarak di tempatnya masing-masing berdua-dua setiap bangku, yang biasanya bisa diisi lima atau enam orang sebelum masa pandemi.

Momen Kitab Suci ditaruh di atas kepala Uskup Tertahbis, Mgr. Vitus Rubianto Solichin SX. (Foto: Pastor Antonius Wahyudianto SX)

Di tengah masa dan kondisi pandemi itulah Tuhan ternyata sungguh berbelas kasihan dan murah hati terhadap umat Keuskupan Padang. Tuhan menganugerahkan Mgr. Rubianto, yang ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Padang pada Kamis, 7 Oktober 2021 pukul 10.00 WIB. Setelah dengan sabar dan tekun berdoa tiada henti sembari menanti-nanti penuh harapan kepada anugerah Tuhan selama sekitar satu tahun sebelas bulan, akhirnya umat Keuskupan Padang mendapatkan gembala utamanya.

Rencana Misa Tahbisan Uskup Padang yang sebelumnya telah dijadwalkan tanggal 26 Agustus 2021 itu, sempat tertunda sekitar satu setengah bulan karena masih diberlakukannya PPKM di Wilayah Kota Padang. Namun demikian, upacara diselenggarakan tepat pada Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosari lalu itu tetap dihadiri oleh sekitar 200-an umat, 80-an imam serta 17 uskup yang mengenakan kasula keemasan nan indah dan megah.

Misa Tahbisan Espiskopal dipimpin langsung oleh Mgr. Piero Pioppo. Ia didampingi oleh dua uskup penahbis pendamping, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap (Uskup Agung Medan), dan Mgr. Adrianus Sunarko, OFM (Uskup Pangkalpinang). Di samping itu ada pula dua imam pendamping yang dipercayakan kepada Pastor Alexander Suwandi (Administrator Diosesan Padang) dan Pastor. Fernando Abis, SX (mewakili Serikat Xaverian).

Mgr. Rubianto, kelahiran Semarang, adalah Uskup Padang yang ketiga di Keuskupan Padang. Ia dipilih oleh Sri Paus Fransiskus pada 3 Juli 2021. Mgr. Rubianto, Doktor Kitab Suci lulusan Biblicum Roma, merupakan imam Xaverian kedua yang menjadi Uskup Padang dengan kekhasan rendangnya. Ia juga mantan Rektor Skolastikat Serikat Xaverian dan Dosen Kitab Suci di STF Driyarkara Jakarta.

Berbelaskasihan

Rangkaian upacara didahului pada hari Rabu, 6/10/2021, pukul 17.00 WIB, dengan Vesper Agung yang sungguh-sungguh agung dan mengandung sarat makna. Karena, dalam Vesper Agung yang dipimpin oleh Mgr. Antonius Subiyanto Bunyamin OSC, Uskup Bandung tersebut, diungkapkan pengakuan iman dan sumpah kesetiaan Uskup Tertahbis serta pemberkatan katedra dan insignia; yaitu tanda-tanda yang akan dikenakan Uskup berupa cincin, mitra, tongkat kegembalaan dan salib pektoral.

Dalam homili singkatnya, Mgr. Antonius menandaskan demikian: “Kekudusan diungkapkan dalam tindakan belas kasih yang berdimensi dua. Kita melayani dan mengampuni. Kita memberi berkat dan kita menyambut, menerima siapapun agar sempurna dan murah hati seperti Bapa  di surga. Karena Allah sendiri telah berbelaskasih kepada kita. Maka Sri Paus mengatakan, memandang dan bertindak belas kasih itulah kekudusan”.

Mgr. Anton melanjutkan, “Saya bertanya kepada Mgr. Rubianto, mengapa memilih moto Misericordia Motus? Karena ia merasa sehati, sepikir dengan Bapa Suci; yang visi dan tindakan, aktivitas pastoralnya adalah tindakan belas kasih…. Siapa yang akan mengira bahwa Frater Vitus yang berpastoral di Siberut pada tahun 1993 dan Diakon Ruby  yang berkarya di Sikabaluan 1997 akan menjadi  Uskup Padang.  Itulah penyelenggaraan Ilahi yang patut kita syukuri. Semoga wajah belas kasih Allah yang  sempurna  dalam diri Yesus  makin dialami di Gereja Keuskupan Padang ini, hingga umatbpun makin menjadi tanda belas kasih bagi satu sama lain, hingga nama Allah makin dimuliakan dan banyak orang  mengalami terberkati  karena umat bersama dengan gembala dan gembala utamanya selalu tergerak hatinya oleh belas kasih. Mgr. Rubianto, selamat berkarya dengan murah hati dan penuh belas kasih. Tuhan memberkati,” ujar Mgr. Antonius mengakhiri homilinya.

Usai homili yang sarat makna dan menyentuh tersebut, Vesper Agung dilanjutkan dengan Pengakuan Iman Uskup Tertahbis seraya meletakkan tangan kanan pada Injil (Evangeliarium), mengucapkan Sumpah Kesetiaan kepada Takhta Suci. Setelah itu Mgr. Piero Pioppo memberkati insegnia dan katedra uskup dan beberapa perlengkapan yang akan digunakan untuk kegiatan liturgis Uskup.

Aroma Sakral

Rangkaian ritus tahbisan uskup yang beraroma sakral berawal dengan dinyanyikannya lagu “Datanglah Roh Maha Kudus”. Kemudian ritus tahbisan dilanjutkan dengan pengajuan calon serta pembacaan Surat Apostolik (mandat Sri Paus). Setelah itu, Bulla diperlihatkan secara visual kepada umat, sebelum diserahkan kepada penahbis utama dalam suasana yang sakral pula.

Mgr. Sunarko, dalam homilinya menggarisbawahi bahwa di tengah tantangan keduniawian rohani serta munculnya sekelompok “pemuka agama” dengan model kepemimpinan yang otoriter dan cara hidup ala kaum Farisi yang membuat kita gelisah dan khawatir, umat Keuskupan Padang telah mendapatkan uskup yang baru, yang berbela rasa dan tergerak hatinya oleh belas kasihan. “Wajah Gereja yang ditampilkan bukanlah seperti pabean melainkan seperti rumah Bapa, di mana ada tempat bagi setiap orang dengan segala permasalahan mereka. Gereja, seperti kata Paus Fransiskus, adalah seperti rumah sakit di medan perang, yang bersedia menerima siapa saja yang datang,” tandasnya.

Ketua KWI, Ignatius Kardinal Suharyo (kanan) mengucapkan selamat kepada Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX sesaat setelah puncak tahbisan. (Foto: Pastor Antonius Wahyudianto, SX)

Aroma perayaan tahbisan episkopal ini sungguh sakral, hikmat, agung dan dirahmati dengan nuansa spiritual, hingga pada detik-detik tertentu membuat kita merinding. Khususnya tatkala ritus “Janji Uskup Terpilih” diungkapkan, dan saat penumpangan tangan oleh setiap uskup dilakukan dalam suasana keheningan. Atau, hati kita tersentuh dalam kepenuhan rahmat sukacita surgawi, saat doa penahbisan dipanjatkan oleh penahbis utama, sementara kedua imam pendamping menempatkan buku Injil yang besar (Evangeliarium) di atas kepala Uskup Terpilih.

Tatkala pengurapan Minyak Krisma dilakukan oleh Mgr. Pioppo di atas kepala Uskup Baru, ternyata Minyak Krisma yang dipakai itu dibawa sendiri olehnya dari Takhta Suci. Minyak yang biasa dipakai Sri Paus pada Misa Krisma di Basilika St. Petrus, Roma. Ia tidak menggunakan Minyak Krisma yang telah disediakan Seksi Liturgi untuk maksud ritus tahbisan uskup tersebut. Hal ini, menurut pengakuan Mgr. Ruby, yang menerima pengurapan Minyak Krisma yang berasal dari Sri Paus sendiri, menjadikan tahbisan episkopalnya begitu sakral dan spesial demi merajut relasi personal serta spiritual dengan Bapa Suci.

Keindonesiaan

Tuhan menganugerahi pula Keuskupan Padang seorang uskup yang tergerak oleh belas kasihan dan ingin sehati seperasaan dengan Kepausan.  Berkaitan dengan ini, pada kata sambutannya, Ignatius Kardinal Suharyo menandaskan bahwa Keuskupan Padang merupakan keuskupan yang khas dan istimewa pula dalam konteks sejarahnya. Keuskupan ini diharapkan mampu menyumbangkan gagasan melalui KWI bagi Gereja Universal dan Kepausan yang merencanakan sinode pada tahun 2023 bertajuk “Sinodalitas, Komunio, Partisipasi dan Misi”. Sinode ini diawali dengan sinode-sinode lokal di setiap keuskupan untuk berjalan bersama-sama.

“Ketika semua berjalan bersama akan terbentuklah komunio (paguyuban). Kalau paguyuban itu semakin erat, pasti akan muncul partisipasi. Kalau partisipasi itu berjalan, misi juga akan semakin kuat,” tandas Kardinal Suharyo. Saat-saat yang mengharu-biru dalam gedung Katedral pun terjadi, tatkala Kardinal mengajak semua umat berdiri menyanyikan bersama-sama lagu nasional “Satu Nusa Satu Bangsa” yang membahana.

Sementara itu, dalam kata sambutannya, Nuntius menegaskan,”Untuk alasan ini, saya merasa terhormat karena saya dapat memperlihatkan penghargaan  dan penghormatan  bagi Gereja Lokal ini, yang begitu penting untuk wilayah Sumatera bagian Tengah. Sesungguhnya Gereja lokal di Padang telah lama berkomitmen dalam melayani Tuhan mendukung harmoni dan masyarakat, dan berkembang dalam jumlah dan kualitas yang dibantu oleh para misionaris yang bersemangat, para imam yang dinamis dan kaum hidup bakti yang murah hati serta umat awam yang berkomitmen.”

Keharuan dan sukacita terpancar tatkala Mgr. Rubianto memberi kata sambutan dengan bersaksi bahwa kehadiran mamanya mengingatkan kisah panggilannya seperti Nabi Yesaya, bahwa Tuhan sudah memanggilnya sejak masih dalam kandungan ibunya.

Mengakhiri sambutannya, ia berujar,”Saya berterima kasih kepada Bapa Duta Besar, yang mewakili Bapa Suci, membuat saya merasa begitu dekat dengan Bapa Suci dan merasakan rangkulan kebapaannya. Semoga kami bisa membagikan kharisma kebapaan ini kepada umat yang dipercayakan pada kami.”

Pastor Antonius Wahyudianto, SX dari Padang, Sumatera Barat

HIDUP, Edis No.42, Tahun ke-75, Minggu, 17 Oktober 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini