HIDUPKATOLIK.COM – Pastor, sebelumnya saya pernah bertanya soal memutar ulang tayangan Misa online. Terima kasih atas penjelasannya. Saya mau bertanya lagi, kalau mengikuti Misa online di Café, apakah diperbolehkan? Karena sekarang ini gampang sekali untuk ikut Misa, tinggal buka laptop saja. (Karla, Surabaya)
Karla, terima kasih untuk semangatmu memperdalam iman. Saya sempat berpikir mengapa coffee shop ya? Mungkinkah masalah dengan jaringan internet di rumah? Atau karena di rumah tak tersedia tempat yang tenang dan bagus? Atau sedang dalam perjalanan? Banyak pertanyaan ya. Menurut hemat saya, kita boleh ikut Misa online di mana saja.
Namun pertanyaanya tentu harus ditambah, bukan hanya apakah boleh atau tidak,tetapi apakah bisa atau tidak? Ini lebih penting. Apakah suasana di café mendukung atau tidak? Apakah tempatnya pantas untuk berdoa? Jangan-jangan gangguannya lebih banyak ada bau kopi yang kuat, pisang gorengnya harum dan orang-orang yang ramai di sekitar kita… Jangan-jangan kita malah malu membuat tanda salib dan mengucapkan jawaban umat, karena ada banyak orang di sekitar kita.
Prinsipnya sama, dalam mengikuti Misa online kita hendaknya bukan sekadar menonton, atau menggumamkan dalam hati, tetapi sungguh-sungguh hadir dan terlibat di dalam perayaan itu. Sebaiknya kita ikut menjawab sapaan imam. Baik juga ikut berlutut atau menunduk saat Hosti diangkat, atau berdiri saat doa Bapa Kami, sebagai salah satu bentuk keterlibatan. Mungkin sekali ada café dengan suasana sejuk dan tenang sehingga kita bisa mengikuti dengan diam. Tetapi apakah keterlibatan kita dalam Ekaristi itu sungguh bisa terjamin? Perlulah kita cermat. Karena itu, meskipun tidak dilarang, saya tidak akan menganjurkannya. Lebih baik mencari tempat dengan gangguan sesedikit mungkin. Jangan-jangan malah kita yang meresahkan pengunjung lain?
Perayaan Ekaristi adalah ibadat Gereja sebagai persekutuan. Bagi kita Ekaristi adalah puncak hidup dan sumber kekuatan Gereja. Karena itu kita perlu tempat khusus untuk merayakannya. Itulah fungsi gedung Gereja secara normal. Dalam situasi pandemik ini gedung Gereja menyebar di rumah-rumah, atau di semua tempat yang layak dan mendukung. Dalam arti tertentu kita bersyukur, karena kini semua rumah terhubung dengan misteri kurban keselamatan yang hadir dalam Ekaristi. Daya rohani Ekaristi menjangkau lebih luas daripada ketika hanya dirayakan di gedung Gereja. Bahkan rumah kita yang berantakan diundang untuk menjadi tempat doa, di mana Tuhan Yesus secara rohani hadir tinggal di tengah kehidupan kita.
Tentang yang terakhir ini tak perlu disangsikan. Banyak keluarga menata ruang tamu atau ruang tengahnya agar menjaditempat doa. Anak-anak yang tinggal di kos dengan gembira membersihkan mejanya agar bisa ikut misa hari Minggu. Apa yang dulu hanya dibuat oleh orang yang sakit melalui radio dan TV, sekarang dibuat oleh orang-orang yang ‘sehat’ dalam situasi pandemi ini. Karena kita sebenarnya sehat, maka juga keterlibatan kita harus lebih dari orang sakit. Orang beriman menyempatkan diri, menyisihkan waktu dan pekerjaan mereka agar tak ketinggalan rahmat istimewa ini. Meskipun hanya secara rohani dan bukan secara fisik, mereka ingin terus menyambut Tuhan dengan sikap yang pantas.
Sebagai penutup, saya kutipkan sabda Yesus tentang berdoa: “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6:6). Yesus tidak melarang kita berdoa di mana saja, bahkan menganjurkan agar kita berdoa tanpa jemu, namun kalau ada kamar yang membuat kita lebih dekat dengan Bapa di rumah kita, kiranya kita akan memilih berdoa di rumah.
HIDUP NO.26, 27 Juni 2021
Pastor Gregorius Hertanto, MSC
(Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara)
Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.