HIDUPKATOLIK.COM – Hak. 2:11-19; Mzm. 106:34-37, 39-40, 43ab, 44; Mat. 19:16-22
DALAM kisah panggilan yang terkenal ini, Yesus mengundang pemuda kaya yang berhasrat akan hidup kekal itu untuk “menuruti segala perintah Allah” (Mat. 19:17). Hebatnya, orang itu menjawab Yesus bahwa semuanya itu telah diturutinya (Bdk. Mat. 19:20).
Sekilas, jawaban itu nampak begitu sempurna. Akan tetapi, yang dimaksud Yesus dengan ungkapan “menuruti segala perintah Allah,” adalah “mendengarkan” perintah dari yang lain. Sedangkan bagi si pemuda kaya, “menuruti” itu dipahami sebagai “menjaga” baik-baik semua perintah sehingga tidak ada yang luput, terabaikan bahkan terlupakan. Ia malahan
berani menantang lebih jauh: “apalagi yang masih kurang?” (Mat. 19:20). Barangkali
baginya perintah-perintah Allah adalah satu prestasi yang dapat dimiliki. Jika hidup keagamaan itu dianggap sebagai satu kekayaan rohani untuk dibanggakan, tidak heran apabila orang mudah merasa kosong jika tidak mendapat pujian dan terima kasih.
Hidup keagamaan yang farisaik semacam ini cenderung menjadi “berhala rohani” yang membuat orang mudah melihat kesalahan dan menghakimi orang lain karena ukurannya adalah dirinya sendiri yang sudah merasa saleh. Hidup Kristiani sejatinya adalah pemberian diri dalam pelayanan tanpa pamrih yang berbuah justru dalam kesetiaan dan ketekunan
untuk mengampuni, sebagaimana Allah sendiri selalu setia kepada umat pilihan-Nya yang terus menerus mengkhianati Dia (Bdk. Hak 2:18-19).
Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX , Uskup Terpilih Keuskupan Padang