LEMARIKU

241

HIDUPKATOLIK.COM

“JADI mau ke klinik kecantikan tanam bulu mata?”

Kainina mengangguk

“Terus beli lipstik seperti yang dipakai penyanyi… hmmm.. penyanyi siapa?”

“Rihanna….,” tegas Kainina.

“Kenapa sih harus niru dia,” sahut Lauri kesal. Seminggu belakangan Kainina maksa ditemani berburu segala atribut  yang membuat tampilannya mirip Rihanna, penyanyi seksi berdarah Barbados.

“Enggak usah tanya-tanya, protes apalagi nasihat! Ini urusan masa depan…! temanin saja…!” paksa Kainina.

“Ngomong masa depan.. tapi pikiranmu terbelakang. Hari gini… ngebet kayak Rihanna. Jadi diri sendiri saja….!” gerutu Lauri.

Kainina tidak peduli, menarik tangan Lauri bergegas memasuki klinik kecantikan.

***

Jemari lentik Kainina lincah memainkan kuas di wajah sesuai tutorial Youtube dandan ala Rihanna. Lalu memulas lipstik warna gelap persis penyanyi itu. Sekali lagi mematut diri di cermin, lalu menyapukan lotion ke tangan sampai kaki. Suara langkah berat di ruang tamu membuatnya bergegas keluar kamar.

“Carlo…..!” seru Kainina manja menyambut suami yang sudah seminggu bertugas di Timor Leste. Sangat merindu sekaligus ingin segera memberikan kejutan dengan penampilan baru.

Carlo menyambut hangat pelukan istrinya penuh kasih, “Cantik sekali……”

“Seperti siapa….?”

“Kok seperti siapa? Seperti Kainina Swari lah…., istriku tercinta.”

Kainina mengkerut, sedikit kecewa karena ternyata Carlo tidak melihat perubahannya termasuk warna kulit putih mulusnya yang menjadi kecoklatan.

“Beneran cantik?”

Carlo tersenyum, tiba-tiba tersadar, “Kamu ngapain saja selama aku pergi? Kulitmu jadi rada gelap. Terus… hhmmm..   dandanannya mirip… nggg…..”

“Rihanna…?” potong Kainina cepat, mengantisipasi susulan kecewa kalau sampai Carlo tidak bisa melihat perubahannya.

Carlo terbahak, mengangguk setuju, membuat istrinya tersenyum puas.

“Jadi sengaja berjemur tiap pagi biar kulit putihmu jadi coklat seperti Rihanna?”

Kainina mengangguk senang sambil membuatkan teh lemon campur madu guna menghalau lelah Carlo yang baru tiba.

“Kirain sedang menyimpan asupan vitamin D. Ternyata sengaja biar jadi lebih gelap. Terus…., dandan ala Rihanna sampai model rambutnya…..waaa….totalitas….”

“Kamu suka?”

“Iyaaa…. aku suka sama penyanyi itu. Ngefans banget….!”

Air muka Kainina berubah, tapi sepertinya Carlo tidak melihat perubahan itu, tetap menikmati teh lemon panas.

***

21 hari sejak kepulangan Carlo, tak sekalipun terdengar lagi suara merdu Rihanna sebagaimana biasa. Malah sekarang tiap waktu senggang, Carlo  menikmati suara Halsey. Penyanyi kelahiran Clark, New Jersey yang bernama asli Ashley Nicolette Frangipane. Lahir dari Ayah berdarah Afrika-Amerika,  ibu campuran  Italia, Irlandia dan Hongaris. Bisa dibayangkan uniknya penampakan penyanyi satu ini, sekarang jadi idola baru Carlo, lekat menatap tiap menikmati penampilan Halsey di kanal Youtube.

***

“Sinting …..! Ini enggak bener! Sakit ya kamu….?” Lauri setengah menjerit.

“Ssssssttt… enggak usah teriak juga kali…..!”

“Tapi keterlaluan…. kamu mau potong rambut setengah  botak gitu, terus dipirangin kayak Halsey…! Waras nggak?”

Kainina mengangguk yakin sambil jemarinya lincah mencari foto-foto terbaru Halsey buat referensi.

“Menurutmu kita ke salon mana?”

“Menurutku kita bukan ke salon, tapi psikiater. Periksa jiwamu.”

“Ngaco..!”

“Kamu yang Ngaco. Kemaren Rihanna wanna be.., sekarang Halsey. Maumu apa sih…?”

“Aku mau Carlo tetap mencintaiku.”

“Dia sangat mencintaimu Kai! Masak enggak yakin sama ketulusannya?”

“Tapi dia lebih lama memperhatiakan idolanya. Sementara  ke aku, baru berapa menit sudah beralih lagi nonton idolanya.”

“Kai….., idola cuma ditonton dan orang yang dia tonton  pun enggak ngerti kalau dia ngefans. Beda sama kamu, sudah jadi miliknya dan Carlo milikmu. Kenapa jadi insecure gitu? Normal kan punya idola.”

“Enggak normal kalau idolanya lebih menyita perhatian daripada istri. Kamu enggak ngerti sakitnya suami lebih tertarik lihat perempuan lain dari istrinya.  Makanya nikah biar paham.”

Meski masih jengkel, Lauri berusaha menyadarkan sahabatnya. “Lalu menurutmu, apakah normal berusaha menjadi seperti yang diidolakan suami? Kemaren ‘jadi’ Rihanna, sekarang niru Halsey sampai rela botak setengah. Tiba-tiba rambutmu  belum numbuh, Carlo tukar idola jadi Krisdayanti yang gayanya ganti terus dan enggak keburu  ditiru karena perubahannya  mengalahkan pergantian berita di media online.”

Kainina cemberut. Lauri sudah tidak peduli, dan menolak  menemani.

***

Irama musik cadas era 80an menggema di ruang tamu. Kainina sesekali  menutup telinga merasa sesungguhnya musik itu tak sejalan  irama jiwa.

“Kai… dengerin musik apa sih?” Carlo tampak segar baru selesai mandi, siap menikmati akhir pekan, bersantai dalam suasana tenang. Tapi seluruh ruangan  bergaung musik cadas

“Ini koleksi lama. Di Youtube belum tentu ada, aku sampai hunting di toko loak. Suka kan..!” serbu Kainina manja.

“Engggg….. kamu enggak lupa kan,  aku tuh sukanya musik Latin, Jazz….,” Carlo menyampaikan hati-hati, takut istri yang baru dinikahi 2 tahun itu tersinggung.

“Ingat banget dong seleramu. Tapi sekarang suka Rock juga kan!”

“Kok bisa mengira aku suka Rock? Sama sekali enggak lho!”

“Sejujurnya, aku juga enggak suka sih musik keras.. tapi berusaha menyamakan selera musik kita. Biar harmonis…!”

“Harmonis enggak harus sama. Justru ketika  bisa menyatukan perbedaan, lalu  saling isi, malah makin harmonis dan variatif. Kalau serupa semua, monoton. Membosankan!”

“Justru aku berusaha mengikuti seleramu biar enggak bosan samaku karena enggak bisa jadi teman menyenangkan akibat beda selera.”

Carlo terkesima! Pikirannya mengembara sekilas berusaha mencerna situasi rumah akhir-akhir ini. Akhirnya tersenyum geli tertahan.

“Kenapa senyum-senyum?” Kai tersinggung.

“Boleh tanya enggak, kenapa tiba-tiba  meniru gaya Rihanna?”

Kainina tersipu. Ingin berterus terang tapi malu, enggak jujur hidup makin kaku. Pilihannya adalah berterus terang agar dapat perhatian lebih sebagaimana Carlo mengidolakan Rihanna, tiap ada senggang pasti  menikmati penampilannya. Dalam mobil didominasi lagu Rihanna sambil tentu saja ditingkahi  setumpuk pujian  Carlo mulai suara emasnya, eksotiknya, sampai kuku pun tak luput. Kainina merasa Carlo lebih memperhatikan dan memuji Rihanna daripada dia sebagai pasangan.

Carlo terbahak mendengar pengakuan itu. “Jangan-jangan sebentar lagi kamu bakal botakin setengah rambut, lalu dicat pirang.., terus  beli krem pemutih biar mirip Halsey….?”

Kainina tercekat. Nyaris memang begitu.

“Pasti sudah bikin janji sama salon langganan, minta di makeover  jadi Halsey. Soalnya aku lagi ngefans banget sama si blondie itu…., lalu ka…..!

“Cukup Carlo….!” potong Kainina sedih.

“Belum cukup, karena sebentar lagi aku akan ganti idola dan mau sampai kapan kamu meragukan cintaku, lalu menjadikan semua idolaku bayang-bayang gila fantasimu yang akan merebut perhatian suami?”

“Aku takut kehilangan kamu….!”

“Aku juga takut kehilangan….”

Mata Kainina berbinar.., senyum merekah lagi lalu mendesah manja: “Kamu juga takut kehilangan aku….?”

“Aku takut kehilangan kewarasan…!”

Kainina terhenyak. Air matanya perlahan turun membentuk garis tipis. Iba juga Carlo menyaksikan orang terkasih tersudut sekaligus terluka, tapi sangat  kecewa kenapa sampai Kainina meragukan cintanya.

“Satu pertanyaan lagi Kai..!”

Perempuan terluka itu menahan nafas, berusaha tegar mendengar apapun akan jadi pertanyaan suaminya.

“Kenapa tiba-tiba keranjingan musik Rock. Itu bukan kamu bangetlah.”

“Kamunya tiba-tiba suka Rock, biar menyamakan selera saja.”

Carlo kaget, sebab sampai percakapan ini berlangsung dia tidak pernah suka musik cadas.

“Aku lihat tumpukan CD musik rock di mobilmu.Sampai mengkoleksi begitu bahkan berburu CD langka, padahal kan ada youtube atau spotify.”

Carlo berusaha menahan diri  tidak makin terbahak apalagi sampai kesal akibat istri yang sok tahu ini dan menyimpulkan semua sendiri lalu menelan tanpa di kunyah apalagi mengkomunikasikannya.

“Itu bukan milikku.”

“Punya siapa?” Kainina terperangah.

“Prana, rekan kerja dalam perjalanan tugas ke bandung kemaren. Dia penggemar Rock, sengaja bawa koleksi CD jadulnya buat teman perjalanan dan tertinggal di mobilku. Aku mau kembalikan, tapi dia langsung bertugas ke Lombok,” jelas Carlo diiringi ledakan tawa. Tak tertahankan lagi.

Kainina berlari ke kamar. Sesenggukan.

***

Kainina ‘lemariku’…..!
Saat berkata cinta pertama kali, ketika itulah aku yakin akan bersamamu selamanya.

Kala menuntunmu ke altar, di situ aku tahu kamulah temanku meniti hidup hingga  mencapai titik.

Jadilah diri sendiri, sebab aku telah mencintaimu apa adanya.

Meski aku mengidolakan seseorang.., tidak akan pernah mereka jadi istriku, sebab idola bisa berganti sesuai jaman. Tapi istri mustahil berganti seturut trend.

Tak perlu cemburu bila kupuji dan kunikmati penampilan mereka, karena kamu lebih hebat dari mereka semua. Kamu memiliki aku, mereka tidak…. (bagian yang ini sedikit overpede ya Lemariku….. hahhaa….)

 Aku pria paling beruntung punya istri sepertimu..

Kamu juga beruntung punya suami sepertiku…

Kita sama-sama beruntung…
Jadi untuk apa lagi mencari keuntungan di luar sana..?

Kainina mendapati tulisan Carlo tertempel di toilet. Sengaja dilekatkan di situ karena suaminya tahu tempat itu pertama  akan dituju Kainina setiap bangun tidur.

Bergegas Kainina kembali mendapati Carlo masih terlelap, menarik tangannya hingga pria itu terduduk di tepi ranjang.

“Kenapa kamu sebut aku Lemarimu?” Kainina cemberut.

“Karena kamu memang lemari yang telah menyimpan dengan baik milikku yang berharga. Cinta, harapan… masa depan.. semua ada padamu  Lemariku….!”

Kainina terhenyak.

Lalu….. berpelukaaaaaaaaan….. *ala teletubbies tua. 

 

Oleh Ita Sembiring

HIDUP, Edisi No, 30, Tahun ke-75, Minggu, 25 Juli 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini