HIDUPKATOLIK.COM – BEBERAPA tahun yang lalu, saya mempunyai beberapa ekor binatang Landak mini atau hedgehog yang berjenis Albino. Bila diukur tubuhnya hanya sebesar segenggaman telapak tangan saya saja. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan duri yang panjangnya bisa hingga 2 centimeter dan tajam pula. Landak mini Albino kesayangan saya ini, salah satunya bernama Molie (maaf bila ada kesamaan nama ya….). Awalnya saya juga takut untuk memeliharanya, tetapi lama kelamaan saya jatuh cinta pada keunikan serta kelucuannya.
Landak mini Albino saya ini durinya berwarna putih susu dan matanya berwarna merah. Cantik ya… Bila ia merasa terancam maka ia akan membuat suatu pertahanan berupa perisai, yaitu dengan mengulung tubuhnya menjadi sebuah bola besar yang tajam. Durinya memang tidak beracun tetapi cukup menakutkan orang atau binatang lain yang mendekatinya. Bila tangan saya terkena tusukan duri-duri itu maka tangan saya akan terasa gatal dan sakit. Saya membuatkan kandang tempat tinggal untuk mereka dari kotak-kotak yang disusun rapi bertingkat mirip seperti kamar studio pada suatu tempat kost atau apartemen .
Landak mini adalah jenis binatang yang aktif di malam hari atau bersifat nokturnal. Pada siang hari dia akan bersembunyi dan tidur. Mereka merupakan jenis binatang yang tidak bisa hidup berkumpul atau bersama-sama dalam waktu yang lama. Baik dengan sejenis ataupun dengan lawan jenisnya. Mereka hanya berkumpul pada saat musim kawin atau birahi lalu setelah itu harus saya pisahkan kembali. Menurut saya mereka termasuk binatang karnivora karena demi melindungi anak-anaknya yang baru lahir, sang betina yang merasa tidak aman ini akan menggigit kepala anak-anaknya sampai mati. Hmm …. Sadis… dan serem….
Landak mini saya ini punya duri yang tajam sebagai tameng untuk pertahanan diri atau perisai bagi hidupnya dari serangan dunia luar. Kapten Amerika juga punya tameng baja yang kuat dan bagus, untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. Walaupun akhirnya tameng baja itu diwariskan kepada Falcon. Wiro Sableng juga punya perisai atau senjata sakti yang Bernama Kapak Maut Naga Geni 212 yang digunakan untuk menghalau semua orang jahat. Kalau saya atau anda apakah punya perisai untuk menjalani hidup ini?
Kalau saya ditanya maka jawabnya… perisai hidup saya tidak terlihat mata. Dia adalah Tuhan. Karena dengan selalu percaya pada penyelenggaraan dan kerahiman Tuhan, hidup saya akan terasa aman dan damai sejahtera. Bunda Maria juga selalu setia mengikuti perjalanan hidup Sang Pemberi Kehidupan ini. Ah yang bener ???
Dalam permenungan saya saat ini, saya sangat terkesan dan tertarik dengan perkataan Yesus… “Apakah engkau mencintai Aku”? Perkataan ini ditanyakan Yesus kepada Petrus yang merupakan salah satu murid kesayangannya. Pertanyaan itu diajukan kepada Petrus tidak hanya satu kali tetapi sampai tiga kali. Dalam hati saya bertanya-tanya, kenapa ya Tuhan bertanya begitu?
Bila saya pertama kali ditanya Tuhan seperti itu maka saya akan menjawab, “Ya Tuhan, aku mencintaiMu.” Dengan perasaan senang, mantap dan bersemangat. Lalu untuk kedua kalinya Tuhan bertanya lagi dan saya menjawab, “Ya Tuhan, aku mencintaiMu.” Tetapi kali ini ada sedikit perasaan kurang senang dan bingung. Seakan-akan saya mau bilang… kok Tuhan engak percaya sich…?? Lalu untuk ketiga kalinya Tuhan bertanya lagi, dan saya kembali menjawab.. “Ya Tuhan, aku mencintai-Mu.” Kali ini saya menjawabnya sambil menangis sedih dengan perasaan putus asa…..dan bertanya dalam hati.. Kenapa ya Tuhan kok engak percaya??
Tuhan adalah perisai hidupku. Tetapi di dalam mengikuti dan mencintai Tuhan itu ternyata banyak hal-hal yang mungkin saya kurang peka dalam menanggapinya. Tuhan yang telah lebih dulu mencintai, mengasihi, mengampuni, menjaga dan membimbing saya dalam suka dan duka setiap waktu. Dari sejak didalam kandungan ibu hingga hari ini Dia selalu setia ada untuk saya. Semua permasalahan hidup ini bisa terurai satu persatu tidak seperti benang kusut yang tidak ada ujung dan pangkalnya. Bila terjatuh pun Dia selalu siap mengangkat dan menopang saya. Kasih Tuhan itu berlimpah dan menyegarkan jiwa dan hati saya. Sayapun sangat , sangat bersyukur atas semuanya itu.
Sepanjang perjalan hidup ini, saya berpikir dan juga bertanya di dalam hati. Apa yang telah atau mau saya lakukan untuk membalas semua kebaikan Tuhan itu? Mungkin ini maksud dari pertanyaan Tuhan tadi kepada saya. “Apakah engkau Mencintai Aku”?
Menurut saya mencintai Tuhan itu, mungkin bisa juga seperti saya yang berusaha mencoba untuk keluar dari zona yang paling nyaman didalam hidup saya. Bergelut dengan rutinitas keseharian didalam rumah bersama keluarga dan banyak lagi urusan di sana dan sini. Tetapi saya berusaha untuk tidak meninggalkan rutinitas, kerinduan bertemu secara pribadi dengan Tuhan dalam keheningan. Dua puluh empat jam dalam sehari…. Berapa menitkah waktu yang saya berikan untuk memuliakan namaNya?
Bagaimana saya bisa tahu pribadi Tuhan itu Mahapengasih dan Maharahim? Bila saya tidak berusaha untuk mengenal dan mencintai-Nya. Bagaimana saya bisa merasakan kehadiran dan pertolongan-Nya? Bila saya tidak peka pada segala hal yang telah terjadi. Saya percaya bahwa semua peristiwa yang terjadi adalah kehendak yang Kuasa. Dia adalah gembala yang baik bagi banyak orang dan selalu setia menjaga kawanan domba-Nya. Dia Mahatahu dan Maharahim yang mengatur jalan hidup setiap orang.
Bagi saya perisai hidup itu adalah keadaan dimana saya dapat merasakan aman dan terlindungi baik itu didalam rumah maupun diluar rumah. Saya bisa merasakan Tuhan ada, yang melindungi dan menjaga, yang tidak terkekang oleh waktu ataupun tempat. Kapanpun dan dimanapun saya hanya bisa bergantung kepada belas kasih-Nya. Karena Dia adalah perisai hidupku. Tuhan, Engkaulah andalanku.
Oleh karena itu, saya dan anda secara tidak langsung juga dituntut untuk mau berusaha dan belajar menjadi seekor domba yang baik, menjadi benih yang tumbuh ditempat yang baik dan juga menjadi gembala yang baik dan menjadi berkat bagi sesama. Mari mengikuti Dia dengan sepenuh hati dan selalu setia dalam setiap perkara, baik suka maupun duka sampai akhir nanti…..
Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga