HIDUPKATOLIK.COM – KEPASTIAN pengunduran Tahbisan Episkopal ini disampaikan secara langsung kepada hidupkalik.com oleh Uskup Terpilih Keuskupan Padang, Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX, pada Rabu, 28/7/2021. “Hari dan tanggalnya sudah ditentukan, saya umumkan, akan diadakan pada Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario, Kamis, 7 Oktober 2021,” tulis Mgr. Rubi via WhatsApp.
Sedianya tahbisan akan diadakan pada hari Kamis, 26 Agustus 2021 sebagaimana disampaikan oleh Administrator Diosesan Keuskupan Padang, Pastor Alexander Irwan Suwandi dalam poin kelima suratnya yang ditujukan kepada para pastor se-Keuskupan Padang, tertanggal 8 Juli 2021.
Seperti sudah dilansir media ini, Vatikan telah mengumumkan pengangkatan ahli Kitab Suci dari Serikat Misionaris Xaverian (SX) dan dosen STF Driyarkara, Jakarta, Pastor Vitus Rubianto Solichin, SX sebagai Uskup Padang menggantikan almarhum Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM Cap, pada Sabtu, 3/7/2021 Pukul 06.00 waktu Vatikan dan pukul 17.00 WIB.
Uskup Terpilih, Mgr. Rubianto lahir di Semarang 15 November 1968. Ia masuk Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, lalu melanjutkan jenjang pendidikan imamat dengan memilih sebagai seorang anggota Serikat Xaverian. Setelah itu, ia melanjutkan studi filsafat di Sekolah Tinggi Driyarkara Jakarta dan Teologi di Fakultas Kepausan Wedabhakti Yogyakarta. Ia mengucapkan Kaul Kekal sebagai anggota Xaverian pada 18 Maret 1996 dan ditahbiskan sebagai imam pada 7 Juli 1997. Setelah ditahbiskan, ia langsung diutus melanjutkan studi Licensiat dalam bidang Kitab Suci di Institut Kepausan Biblicum Roma antara tahun 1997-2001.
Setelah kembali dari Roma, ia didaulat sebagai Dosen Kitab Suci di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta dan di Seminari Tinggi Bandung (2001-2007). Gelar Doktor Teologi Kitab Suci diambil di Universitas Kepausan Gregoriana Roma tahun 2007-2012.
Sejak 2013, menjadi Guru Besar dan dan Wakil Ketua Bidang Akademik di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara; menjadi anggota tim formator Xaverian Indonesia tahun 2015 dan Anggota Dewan Provinsi Xaverian Indonesia. Tahun 2018 pernah menjabat sebagai Presiden Perhimpunan Ahli Kitab Suci Indonesia.
Sekilas Profil Keuskupan Padang
Pada 3 Januari 1961, Prefektur Apostolik Padang ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan Padang. Mgr. Raimundo C. Bergamin, SX dipilih menjadi Uskup Padang pertama tanggal 16 Oktober 1961 dan ditahbiskan Uskup tanggal 6 Januari 1962 di gereja St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus Padang. Mgr. Bergamin lalu menetapkan gereja St. Theresia sebagai gereja Katedral Padang.
Dalam kata sambutan penahbisannya, Mgr. Bergamin sempat berkata, “Saya adalah uskup pertama Keuskupan Padang, tetapi saya sangat mengharapkan bahwa saya adalah uskup yang terakhir, yang diambil dari orang asing. Uskup Padang yang akan menggantikan saya haruslah orang Indonesia.” Dambaan tersebut menjadi kenyataan pada tanggal 11 Juni 1983 ketika Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM Cap ditahbiskan sebagai Uskup kedua di Keuskupan Padang.
Mgr. Situmorang meninggal dunia pada Selasa 19 Oktober 2019. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit St. Carolus Borromeus Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya, Mgr. Situmorang jatuh sakit saat sedang berada di Bandung, Jawa Barat dalam rangka Sidang Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Maka terpilihnya seorang imam Serikat Xaverian menjadi gembala utama di Keuskupan Padang kiranya bisa menjadi harapan bagaimana peran para Xaverian di Keuskupan Padang ke depan. Setelah masuknya Ordo Kapusin di Padang lalu dibantu para Xaverian dengan kehadiran 8 orang misionaris pertama Xaverian berkebangsaan Italia. Bersamaan dengan itu, Serikat Xaverian diserahi Sumatera Tengah sekaligus untuk menggantikan Ordo Kapusin yang lebih memperhatikan karya di Tanah Batak yaitu Sumatera Utara.
Mgr. Rubi menjadi Uskup Padang ketiga, Uskup Xaverian kedua di Keuskupan Padang, sudah tentu memiliki visi dan misi ingin meneruskan karya-karya para pendahulunya. Menjadi gembala utama bagi 123.030 ribu jiwa umat Katolik (data tahun 2019, catholichierarcy.org) dengan sejuta tantangan yang ada.
Yusti H. Wuarmanuk/FHS