Difabel Diinjak di Kepala oleh Militer, Mgr. Mandagi: Orang Papua Bukan Hewan Tapi Gambaran Allah

154
Mgr petrus Canisius Mandagi, MSC/Dok Pribadi

HIDUPKATOLIK.COM– CERITA kekerasan dan diskriminasi terhadap orang Papua seakan tak habis . Baru-baru ini media sosial ramai dengan dua prajurit TNI Angkatan Udara dari Lanud Merauke melakukan aksi kekerasan terhadap seorang penyandang disabilitas di Merauke, Papua. Korban yang merupakan seorang Papua itu dipiting hingga bagian kepalanya diinjak di pinggir trotoar.

Meskipun pihak Angkatan Udara lewat Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Indan Gilang Buldansyah mengatakan kejadian yang terjadi pada Senin, 26/7/2021 ini adalah insiden karena salah paham, tetapi aksi kekerasan ini telah melukai hati banyak orang, khususnya orang Papua.

Warga Papua, seorang difabel yang mendapat kekerasan oleh dua oknum AU/Dok. Pribadi

Dalam video yang berdurasi 1 menit 20 detik itu, nampak dua anggota Angkatan Udara melerai seorang yang diduga sedang mabuk. Tanpa konfirmasi yang jelas, dua anggota itu langsung memegang tangan korban, membawanya ke trotoar lantas seorang anggota AU menjatuhkan tubuh korban hingga terpelantin ke tanah. Setelah korban terjatuh, seorang anggota yang lain menginjak kepala korban dengan sepatu botnya.

Hal ini menuai kritik di mana-mana baik dari komunitas disabilitas, aktivis HAM Papua, organisasi kemanusiaan lainnya dan Gereja Katolik lewat Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC.

Mgr. Mandagi: Pendekatan Cinta dan Kelembutan

Dalam Press Release yang diterima Hidupkatolik.com, Rabu, 28 Juli 2021, Mgr. Mandagi mengutuk keras tindakan rasisme dan kekerasan terhadap seorang Papua yang menderita difabel.

Ia mengucapkan terima kasih kepada petinggi militer yang dengan cepat melaksanakan tindakan hukum terhadap dua orang aparat militer Angkatan Udara yang melakukan kekerasan dengan alasan apapun.

Mgr. Mandagi juga mengutuk keras tindakan kekerasan terhadap manusia siapapun dengan alasan apapun. “Setiap manusia, termasuk orang Papua, baik yang sehat maupun yang sakit adalah manusia yang merupakan gambaran Allah. Oleh karena itu, mereka tidak dapat diperlakukan secara kasar atau di luar kewajaran. Mereka bukan hewan,” ujarnya.

Lanjutnya, Mgr. Mandagi meminta kepada pihak yang berwajib untuk mengusut tuntas kasus ini karena menurutnya tindak kekerasan terhadap manusia harus ditangkap, diadili dan dihukum seberat-beratnya.

Seorang TNI AU menginjak kepala warga Papua/Dok. Pribadi

Kepada para aparat baik Polisi maupun TNI, Mgr. Mandagi berharap agar bisa merubah cara pendekatan terhadap orang Papua. Menurutnya kekerasan bukanlah pendekatan yang manusiawi karena bertentangan dengan Hak Asasi Manusia.

“Khusus terhadap orang Papua yang sudah terlalu lama mengalami sikap dan tindakan kekerasan dari pihak aparat militer dan mereka sungguh sudah terluka, hendaklah aparat militer meminta maaf dan berjanji akan merubah cara pendekatan terhadap orang Papua,” sebutnya.

Ia juga berharap kepada aparat militer agar mengedepankan sikap mengasihi, menghargai, dan melindungi orang Papua sebagai warga Negara Indonesia seutuhnya. Penegakan hukum tetap harus dilakukan kepada siapapun yang bersalah atau yang melawan hukum baik itu orang Papua ataupun non Papua. “Namun demikian, penegakan hukum itu harus didasari dan sekaligus diwarnai dengan cinta, kelembutan dan bukan dengan dendam ataupun kekerasan sebagaimana yang ditunjukan oleh kedua aparat dari militer Angkatan Udara.”

Dalam tujuh poin harapan dan kritikan Mgr. Mandagi, ada juga harapan bahwa jangan sampai banyak orang Papua yang sering terluka dengan sikap dan tindak kasar dan keras oknum anggota militer membuat mereka hilang kepercayaan terhadap anggota militer. “Maka itu harus ada pembinaan khusus dalam hal karakter kepada para anggota militer yang ditempatkan di Papua,” tegasnya.

Walau demikian, Mgr. Mandagi terus mengapresiasi banyak anggota militer yang dengan terbuka, penuh cinta dan bersahabat dengan orang Papua. Banyak anggota militer yang baik yang telah menunaikan tugas dengan penuh cinta terhadap orang Papua. “Kepada mereka, kami ucapkan terima kasih,” ujarnya tulus.

Adapun dua anggota Pomau Lanud Merauke telah menyatakan penyesalan dan permohonan maaf. Mereka kini sudah ditahan dan dalam pengawasan Komandan Lanud Johannes Abrahan Dimara di Merauke. Proses penyidikan sedang dilakukan oleh Pomau Lanud Merauke.

Yusti H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini