HIDUPKATOLIK.COM – “Dana Pesparani jangan 500 juta. Masa untuk kegiatan nasional cuma segitu?” Itu kalimat yang diucapkan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas saat pertemuan dengan Pengurus Lembaga Pengembangan dan Pembinaan Katolik Nasional (LP3KN) secara virtual, Jumat siang, 23/7/2021.
Tentu saja kalimat bernada teguran halus itu tidak ditujukan kepada Adrianus Meliala, Ketua Umum LP3KN, yang hadir bersama beberapa pengurus. Adalah Dirjen Bimas Katolik Kemenag, Yohanes Bayu Samodro, yang mungkin menjadi sasaran ucapan Menag. Dirjen yang hadir bersama Direktur Urusan Masyarakat Katolik, F.X. Albertus Triyatmojo, hanya bisa tersenyum pahit.
Ada kemungkinan, dana yang dialokasikan kepada LP3KN awalnya memang lebih besar dari itu. Namun, adanya Pandemi Covid-19 membuat anggaran Kemenag mengalami refocusing berkali-kali. Termasuk yang kemudian dipotong adalah anggaran bagi LP3KN.
Sebagaimana diketahui, LP3KN bersama-sama dengan 34 LP3KD selaku mitra daerah merupakan semacam panitia tetap yang menjadi penyelenggara Pesparani. Pesparani sendiri dapat dibandingkan dengan Pesparawi untuk Gereja Kristen dan MTQ untuk Islam.
Pesparani Pertama diadakan di Kota Ambon, Maluku pada 2018. Saat itu, tumplek sekitar 6.000 penyanyi datang dari seluruh Indonesia. Acara berlangsung meriah dan segera menjadi tolok ukur bagi pesparani berikutnya yang direncanakan berlangsung di Kupang, Oktober 2020.
Apa daya Pandemi Covid 19 mengubah seluruh situasi. Pesparani kemudian ditunda ke tahun berikutnya yakni 2021. Namun, sebagaimana dirasakan bersama, angka penderita Covid-19 yang masih tetap tinggi kembali membatalkan perhelatan besar umat Katolik Indonesia tersebut.
Direncanakan, Pesparani Kedua Kupang akan dilakukan tahun depan. Demikian pula pada tahun depannya pula akan dilakukan Pesparani Ketiga di DKI Jakarta.
Situasi itu yang mengakibatkan LP3KN hanya memperoleh dana beberapa ratus juta rupiah saja.
Faktor itu juga yang membuat LP3KN membanting setir mengubah semua kegiatan menjadi berbasis digital. Tentu saja terdapat alasan lain, yakni bahwa pandemi memang membatasi interaksi orang untuk berkumpul secara fisik dalam jumlah banyak.
Sebagai pelipur lara terkait tidak bisa dilakukannya Pesparani, maka pada tahun lalu LP3KN menyelenggarakan LP3KN Virtual Choir Festival 2020 yang sukses besar. Acara yang ditayangkan di berbagai akun youtube itu diikuti oleh 1.500 penyanyi.
Pada tahun ini, akan diadakan Kreasi Virtual Katolik Indonesia (KVKI). Acara selama sebulan penuh di bulan Oktober 2021 itu akan melombakan tiga mata lomba non-Paduan Suara yakni Lomba Mazmur, Cepat Tepat Kitab Suci dan Tutur Kitab Suci.
Apakah dana Kemenag cukup? “Tentu saja tidak. Kami perlu mencari dana masyarakat untuk menutupi kelurangan. Masalahnya, dunia usaha dewasa ini juga sedang lesu,” tutur Adrianus Meliala dalam kesempatan berbeda.
Pertemuan Pengurus LP3KN dengan Menag memang diniati untuk memperoleh jalan keluar terkait dilemma antara kebutuhan masyarakat Katolik Indonesia untuk menyatakan cinta tanah air melalui seni budaya gereja melalui kegiatan Pesparani dan, di pihak lain, menjaga kesehatan masyarakat dari bahaya pandemi.
Laporan LP3KN/fhs