AKU LENGAH…., TETAPI HARUS TETAP BERJUANG

306

HIDUPKATOLIK.COM – JAM tangan ini menunjukkan pukul 20.00 WIB malam ketika saya sampai di rumah. Lelah dan cape tubuh ini sangat terasa karena padatnya acara hari ini. Dari mengantar anak ke tempat ia bekerja sampai akhirnya saya tutup hari ini dengan makan bersama keluarga besar di sebuah rumah makan. Makan malam bersama di masa pandemi ini terasa sangat istimewa karena untuk merayakan pesta ulang tahun salah satu kerabat terdekat saya yang tercinta. Walaupun awalnya saya merasa segan, sungkan untuk datang ke acara pesta ini.  Tetapi demi kebersamaan keluarga akhirnya saya pun memutuskan untuk datang. Ada perasaan ragu dan takut untuk hadir di tempat umum itu, apalagi bisa saja nanti terjadi suatu kerumunan.

Perasan takut berada di tempat umum dan keramaian itu hilang ketika acara makan malam bersama di mulai. Bunyi musik yang keras dan alunan suara penyanyi yang merdu saat itu membuat saya hanyut dalam kemeriahan suasana pesta. Sambil menikmati hidangan saya pun ikut berbincang-bincang dengan saudara yang lain dalam satu meja makan. Saat itu saya pasti melepaskan masker pelindung, apalagi ketika saya makan, berbincang-bincang sebentar dan foto keluarga bersama. Saat  itu saya lengah dan lupa bahwa saat ini pandemi itu masih ada dan sedang merajalela di mana-mana.

Tiga hari setelah acara pesta itu tubuh saya terasa kurang sehat dan saya mulai demam. Suhu tubuh saya naik lebih panas dari biasanya dan kepala terasa berat serta sakit. Saya demam, sedikit terasa aliran udara dalam nafas saya kurang lancar. Saya mencoba untuk beristirahat, minum obat penurun panas dan obat pereda sakit kepala. Setelah 2 hari saya merasakan sakit itu tidak juga mau pergi dan pulih. Akhirnya dengan diantar suami, saya pun memberanikan diri untuk melakukan test kesehatan.  Hasil test kesehatan itu menunjukkan bahwa saya positif terjangkit virus covid-19. Waduh… Dunia ini serasa mau runtuh, saya menangis sedih dan juga panik. Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana saya akan menjalaninya? Bagaimana dengan keluarga saya?

Saya lalu segera melakukan isolasi mandiri di kamar tidur di rumah. Kesediaan makanan dan obat-obatan saya setiap hari di rumah dilayani oleh anak saya dari depan  pintu kamar tidur. Saya saat itu  hanya bisa berdoa agar anak saya selalu dalam penjagaan Tuhan. Selalu diberikan kesehatan dan perlindungan serta kekuatan dalam menjalani peristiwa ini. Kami dalam 1 rumah tetapi terpisahkan oleh pandemi ini. Tidak boleh bertemu dan berbicara hanya melalui hape saja, demi keamanan dan kesehatan bersama. Hati ini sedih…

Dalam kesendirian dan sepinya di dalam kamar tidur di masa isolasi mandiri ini, banyak hal yang dapat saya renungkan.  Saya mengakui bahwa saya telah lengah dan bersalah. Saya lengah ketika berada di luar rumah dan tidak mengikuti protokol kesehatan. Mungkin karena saya merasa sudah mendapatkan 2x vaksin jadi merasa bisa sedikit bebas dan terjaga dari virus itu. Sekali lagi saya lengah dan terlalu percaya diri. Maafkan saya…. dan saya tidak akan mengulanginya lagi.

Di dalam kesendirian dan sambil menahan sakitnya tubuh ini. Saya merenung dan mencoba untuk menjadi pribadi yang tegar. Karena saya percaya Tuhan pasti akan membantu saya melewati masa yang tidak baik ini. Saya sangat membutuhkan Tuhan untuk mendampingi kesendirian ini.

Saya menyadari dan dapat merasakan bahwa banyak orang yang sangat mencintai saya, peduli pada saya dan keluarga. Banyak yang membantu saya dalam banyak hal pada masa isolasi mandiri ini. Ada yang mengirimkan makanan, ada yang berdoa untuk kesembuhan saya dan ada yang memberikan saya semangat untuk tidak pernah putus asa. Dengan perhatian yang sangat besar itu membuat saya menjadi lebih kuat dalam menjalani isoman ini.

Rutinitas waktu berdoa saya menjadi lebih bebas. Ketika sakit itu menyerang dan saya harus berjuang sendiri, Tuhan menjadi satu-satunya pengharapan itu.  Sambil menahan sakit kepala dan panas dinginnya tubuh ini saya tetap berdoa. Dalam naungan kerahiman-Nya saya melawan semua sakit  itu dan berjuang keras untuk bisa sembuh demi anak-anak dan keluarga tercinta. Ya demi semua orang yang saya cintai, saya harus berpikir secara positif, bersemangat, dan terus berjuang agar bisa segera sembuh.

Saya sangat bersyukur atas penyertaan Tuhan di dalam menjalani masa berat ini. Karena apa yang saya khawatirkan berubah menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Anak-anak yang tadinya cuek dengan keadaan rumah menjadi sangat mandiri. Pekerjaan rumah yang biasa saya lakukan bisa diambil alih. Semua bisa mereka lakukan dengan bersama. Mereka merasakan saling memiliki dan menyayangi sebagai saudara.

Peristiwa ini juga membawa saya masuk dalam suatu perenungan. Mungkin Tuhan sudah bosan untuk menegur saya sehingga diberikan sakit ini. Awalnya saya tidak bisa menerima kejadian ini karena banyak kekhawatiran yang tidak dapat saya lepaskan dan banyak hal yang saya pikirkan. Tetapi akhirnya dengan cepat saya bisa menerimanya karena saya percaya Tuhan punya maksud untuk semua hal yang terjadi ini. Tuhan sangat menyayangi dan mencintai saya sehingga saya diberikan waktu untuk beristirahat dan melepaskan semua pekerjaan yang melelahkan setiap hari. Saya sangat bersyukur karena Tuhan itu sangat, sangat baik karena Ia selalu mengirimkan banyak penolong untuk saya dan keluarga.

Bila anda mengalami hal seperti saya dan mungkin lebih parah lagi…. Anda harus bisa menciptakan suasana yang baik dan ceria supaya si imunitas itu mau naik. Semoga membuat anda segera sembuh kembali. Saya sangat berharap anda tetap berpegang pada penyelenggaraan Tuhan. Tetap berpikir positif, tetap rajin berdoa dan tetap bersemangat menjalaninya sesusah apapun. Percayalah Tuhan akan selalu membantu anda untuk menjalani kehidupan ini dengan baik.

Jangan pernah menyerah kawan… tetaplah bersemangat dan selalu berpegang pada kerahiman-Nya.

Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini