Mukjizat Ini yang Terjadi Pasca Terbakarnya Kapal “Bahenol”

483
RS Apung Bahenol sebelum terbakar. (Foto: Tempo)

HIDUPKATOLIK.COMIa tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana…. Ia merasa heran atas ketidak-percayaan mereka (Mrk. 6:5a.6a)

Matanya berkaca-kaca, kata-kata terucap terbata-bata, bahkan sempat terdiam karena menahan isak. “Selamat jalan…( suara tidak terdengar jelas, karena tertutup isak ) bertahun-tahun kamu setia menghidupi setiap misi yang kita lakukan, untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Beristirahatlah kau di tempatmu yang telah ditentukan oleh Tuhan. Terima kasih Bahenol.” Ungkapan yang sungguh keluar dari hati dokter Lie Dharmawan. Ia sangat sedih karena Bahenol, julukan yang diberikan kepada RS Apung pertamanya (RSA dr. Lie Dharmawan), harus beristirahat selamanya.

Siang 16 Juni 2021 lalu di tengah laut tenang, tiba-tiba muncul asap dari raung mesin. Beberapa ABK turun ke ruang mesin, namun asap sudah sangat tebal di sana. Lalu api langsung membesar. Tak dapat melakukan apa-apa, enam orang ABK langsung memutuskan terjun ke laut, bahkan beberapa tak sempat memakai pelampung. Puji Tuhan, setelah sekitar 2 jam terombang ambing di laut, mereka diselamatkan kapal RoRo yang kebetulan lewat. Namun RS Apung berupa kapal kayu ini akhirnya beristirahat kekal setelah berlayar keliling Indonesia melayani masyarakat tak mampu dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote, sejak 2013.

Sosok istimewa di balik RS Apung, adalah dokter Lie Agustinus Dharmawan. Seorang teladan iman yang inspiratif di zaman ini. Ia berasal dari keluarga miskin, bahkan saat usia 2-3 tahun ia menyaksikan sendiri bagaimana adiknya karena diare meninggal di pangkuan mama hanya karena tiada dana untuk berobat. Ia sering melihat air mata mama mengalir saat terkenang adik, karenanya ia bertekad kelak menjadi dokter.

Cita-cita yang tak mudah diwujudkan, karena ketiadaan biaya dan juga karena ia dinilai tidak berbakat menjadi dokter. Namun berkat doa tak putus dan iman yang kuat, Tuhan buka jalan. Ia diterima kuliah di Berlin Barat. Hanya berbekal DM500 dan tiket sekali jalan, ia terbang ke Jerman.

Tak terhitung banyaknya hambatan dan rintangan, namun sekali lagi berkat doa dan iman, semua dapat dilalui, ia tidak sekadar menjadi dokter, namun terus kuliah hingga berhasil menjadi dokter ahli bedah jantung.

Awal tahun 1985 ia pulang ke tanah air yang dicintainya. Ia telah mengalami kasih Tuhan dan kini saatnya kasih ini ingin ia salurkan ke orang-orang kecil dan terpencil. Saat-saat cuti ia pergi ke berbagai pelosok Indonesia, memberikan pelayanan operasi jantung gratis kepada mereka yang membutuhkan.

Tahun 2009 saat berusia 63 tahun, usia yang tak lagi muda, ia mendengar suara halus yang ia yakin sebagai suara Tuhan maukah engkau melayani-Ku. Suara yang berulang didengar dan baru berhenti ketika ia menjawab ya aku bersedia. Rupanya Tuhan ingin ia melayani secara lebih lagi.

Muncullah ide RS Apung, bermodal hasil jual rumah dibelinya satu kapal kayu, kemudian bertahap karena keterbatasan uang, kapal ini direnovasi dan dilengkapi sehingga cukup memadai sebagai RS Apung. Barulah 4 tahun kemudian, tepatnya 16 Maret 2013, Bahenol siap melakukan pelayaran perdana, melakukan misi kemanusiaan.

Kini Bahenol telah tiada, Tuhan mendengar kesedihan dokter Lie. Dan dokter Lie sangat percaya, apa yang ia lakukan untuk Tuhan yang ada dalam diri pasien miskin dan terpencil, akan selalu diberkati.

Terbukti Tuhan kembali melakukan mujizat. Dalam waktu singkat, orang-orang baik yang mendengar musibah ini, mengulurkan bantuan dana. Kini telah terkumpul dana puluhan milyar, padahal untuk pengadaan satu RS Apung baru, hanya butuh 15 milyar. Satu kandas, namun Tuhan ganti lebih banyak.

Hanya pada orang-orang yang percaya penuh kepada-Nya, mujizat Tuhan dapat terjadi.

 

Fidensius Gunawan, Kontributor, Alumni KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini