HIDUPKATOLIK.COM – SAYA akhirnya memutuskan untuk bangun dari tempat tidur. Saat itu jam weker di kamar saya baru menunjukkan pukul 3 dini hari. Ya, saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sepertinya banyak hal-hal yang tidak jelas telah saya pikirkan. Mungkin karena saya terlalu khawatir akan suatu hal yang akan terjadi nanti. Kantuk dan beratnya mata ini masih sangat terasa. Lalu saya pun mencuci muka, mengisi awal pagi hari ini dengan berdoa rosario dan doa pagi.
Pagi itu saya kembali ikut bertugas menjadi tenaga relawan vaksin nonmedis di acara Swadaya Vaksin Covid-19. Acara ini diadakan di kampus 3 Universitas Katolik Atma Jaya BSD, Banten, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah saya. Ini adalah kali ketiga saya menawarkan diri untuk menjadi relawan vaksin nonmedis. Suatu kegiatan pelayanan yang tidaklah mudah menurut saya untuk diikuti. Apalagi saat ini penularan virus pandemi covid-19 sedang tinggi-tingginya merajalela di mana-mana. Mungkin anda akan berpikir berkali-kali untuk bisa memutuskan, apakah mau ikut bila diajak bersama saya melayani disini?
Acara swadaya vaksin hari ini bagi saya pastinya akan terasa sangat panjang dan melelahkan. Karena saya dan para relawan lainnya hari ini akan bertugas mulai pukul 7 pagi hingga pukul 6 sore WIB, dengan target 2.500 orang yang akan menerima vaksin pertama. Hmm … hanya satu hari saja. Saya dan anda mungkin sudah bisa membayangkan bagaimana lelahnya situasi itu nanti. Nah, mungkin hal ini yang membuat saya tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam.
Dengan bermodalkan peralatan medis yang telah disediakan oleh panitia. Kami para relawan pun bersiap diri dengan memakai APD atau Alat Pelindung Diri, Apron, sarung tangan, double masker dan face shield. Tak lupa pula hand sanitizer juga selalu ada didekat kami. Setelah memakai dengan lengkap peralatan itu kami para relawan baik medis maupun non medis bersiap sedia melaksanakan tugas ini di posnya masing-masing.
Waktu berlalu terasa sangat lama dan berjalan lambat sekali seperti keong. Karena para peserta undangan vaksin dari pagi hari tak henti-hentinya berdatangan. Apalagi ketika itu kami melihat 3 armada bus masuk ke lokasi parkiran kampus. OMG… rombongan datang dan kami terbengong-bengong sejenak. Hahaha.. Kami yang ada di bagian depan yaitu di meja verifikator undangan terpaksa harus mengatur alur masuk vaksin, memakai antrian jaga jarak dengan sangat ketat. Sistem buka tutup alur masuk bagi peserta vaksin kami gunakan untuk mengusahakan tidak terjadinya kerumunan didalam area vaksin. Dan juga bisa membantu kami untuk bisa beristirahat duduk sejenak serta menarik nafas panjang yang tertutup pengapnya 2 masker itu. Kala itu kami para relawan juga sudah mulai kewalahan dan penat menghadapinya. Wah pasti banyak pengalaman suka atau duka yang bisa dialami oleh para relawan kala itu. Tetapi akhirnya puji syukur kepada Tuhan semua acara itu bisa berjalan dan diselesaikan dengan baik serta sesuai dengan perkiraan waktu yang sudah ada.
Menjadi relawan nonmedis vaksin merupakan suatu pengalaman yang tidak mudah untuk dipahami dan dijalankan. Tetapi banyak hal yang bisa saya pelajari dan pahami secara tidak langsung. Banyak suka dan duka terjadi. Banyak pengalaman baru yang terjadi. Banyak kenalan dan sahabat baru juga saya dapati. Keakraban sesama relawan dan kejadian-kejadian yang tak terduga juga ada.
Menjadi Relawan di masa pandemi covid-19 adalah suatu hal yang tidak mudah untuk dipahami dan tentunya penuh bahaya. Ketika saya memutuskan untuk menjadi relawan non medis pastilah juga sudah memikirkan apa saja yang mungkin bisa terjadi nanti? Menjadi relawan nonmedis itu tidak ada sekolahnya atau pendidikannya. Hanya dibutuhkan suatu niat baik dan kerelaan hati untuk mau menolong sesama dimasa yang sulit ini. Dengan menyumbangkan waktu dan tenaga saya bisa membantu sesama. Juga bisa demi mensukseskan progam pemerintah dan membantu sedikit tugas para medis agar acara vaksin itu bisa berjalan dengan lancar.
Tidaklah mudah untuk mencari orang-orang yang mau membantu acara vaksin ini sebagai relawan nonmedis. Dapat dipahami pula pelayanan ini karena berbahaya dan mudah sekali bisa tertular virus corona tersebut.
Tidaklah mudah pula untuk bisa menjalan tugas sebagai relawan nonmedis vaksin ini. Karena ada hal-hal baru yang harus dengan cepat dipelajari di lapangan oleh para relawan nonmedis sehingga bisa membantu kelancaran proses serta tugas para relawan medis.
Dalam menjalankan pelayanan ini ada juga relawan yang di marahi oleh para peserta vaksin. Ada juga yang dianggap sebagai pekerja yang tidak kooperatif dan lambat dalam menjalankan tugasnya. Ada juga yang dikira sebagai salah satu tenaga medis.
Saya dan teman-teman relawan hanya bisa geleng-geleng kepala, tersenyum dan berkata dalam hati menanggapi hal-hal aneh yang terjadi di lapangan. Kami hanyalah relawan loh yang berusaha sekuat tenaga kami untuk bisa membantu semua peserta vaksin dan supaya acara ini berjalan dengan lancar. Kami tidak punya kuasa apa-apa untuk memutuskan sesuatu. Tetapi kami punya kewajiban untuk bekerja sesuai dengan prosedur yang sudah ada.
Di sini saya banyak belajar bahwa melayani itu tidak boleh pilih-pilih tempat, pilih-pilih keadaan, pilih-pilih orang apalagi pilih-pilih pelayanan. Ketika Tuhan memanggil saya untuk melayani melalui siapapun. Saya hanya bisa berkata; “siap Tuhan, akan saya kerjakan.” Tidak semua pelayanan itu bisa dilakukan di tempat yang bersih, indah, nyaman dan enak. Tetapi bisa juga dilakukan di tempat yang jorok, sempit atau pun antaberanta. Mari kita belajar untuk bisa amelayani di mana pun kita diutus. Rela melayani dengan sepenuh hati dan tenaga yang bisa kita persembahkan bagi kemuliaan Tuhan. Walaupun itu terasa sulit dan tidak mengenakan. Walaupun itu terasa berat dan tidak ada penghargaannya. Karena dari semua pengalaman pelayanan yang saya alami, saya dapat merasakan bahwa Tuhan itu selalu ada. Dia mendidik dan membimbing saya untuk menjadi suatu pribadi yang baik, yang sesuai dengan kehendakNya
Biarlah hanya Tuhan yang menilai dan menyempurnakan semua pelayanan saya dan anda, saya hanya bisa berdoa semoga pelayanan itu bisa menjadi berkat bagi sesama serta kemuliaan-Nya. Terima kasih untuk semua teman-teman elawan, yang telah rela melayani bagi sesama. Virtual big hugh….
Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga