DATANG DAN LIHATLAH PELAKSANAAN PROTOKOL KESEHATAN, SAAT MISA LURING DI GEREJA

1506

PANDEMI Covid-19  berjalan hampir 15 bulan di negara kita dan di dunia, membawa banyak adaptasi baru dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah adaptasi kebiasaan baru dalam beribadah di gereja. Saat ini, sejak Mei di sejumlah Gereja Katolik setanah air telah melakukan Misa luring (offline) yang dikombinasi dengan misa daring (online). Syarat utama Misa luring adalah memberlakuan protokol kesehatan (Prokes).

Sebagian kecil dari kita sudah menerima vaksin Covid-19 namun sebagian besar masih menanti giliran. Vaksinasi bukanlah jaminan kita tidak akan tertular virus itu. Protokol kesehatan yang dilakukan dengan konsisten dan konstanlah yang bisa  melawan virus yang tidak kasat mata itu dan menekan terjadinya penularan.

Marilah kita datang dan lihat sendiri bagaimanakah pelaksaanaan protokol kesehatan di paroki kita masing-masing? Apakah sudah dilaksanakan dengan baik, benar dan konsisten? Kita harus bisa berkomunikasi apa adanya untuk mencari dan menemukan esensi lebih rinci dan tepat dalam pelaksanaan prokes tersebut agar aman dan sehatlah kita yang hadir. Tentu kita harus berikhtiar semaksimal mungkin dengan pelaksanaan Prokes yang benar dulu, lalu percayakan Kasih KaruniaNYa melindungi kita dari segala yang jahat, namun jangan terbalik dan dengan Prokes seadanya. Hal ini seturut seruan Bapa Suci Fransiskus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-55 lalu, yang mengajak kita umat untuk memverifikasi semua berita dengan menyampaikan Datang dan lihatlah segala sesuatu apa adanya dan kita berkomunikasi dengan sebaik baiknya dan membagikannya

Agar tangan umat benar-benar bersih dari sumber penyakit maka harus memperhatikan durasi  cuci tangan. Jika memakai sabun dan air mengalir maka durasinya selama 40-60 detik. Hal ini terbukti secara ilmiah mematikan kuman. Menggunakan handsenitizer yang berbasis alkohol, diperlukan waktu 20-30 detik. Untuk mempermudah mencapai durasi efektif itu, WHO menganjurkan untuk bersenandung dalam hati lagu Happy Birthday To you sebanyak dua kali, yang kira-kira berdurasi 30 detik. Lagu itu bisa diganti dengan berhitung pada tiap-tiap langkah mencuci tangan. Jika menggunakan sabun dan air maka tiap langkah itu dilakukan selama 8 hitungan sudah termasuk jika ada dua sisi. Jika pakai handsenitizer maka tiap langkah selama 4 hitungan dengan kecepatan normal.

Dengan melakukan langkah-langkah cuci tangan maka diharapkan sudah membasuh seluruh permukaan tangan tanpa ada bagian yang terlewati yang menjadi tempat kuman bersembunyi. Ada 6 langkah dalam mencuci tangan secara umum dan kami tambahkan satu langkah sehingga total 7 langkah. Langkah Langkah cuci tangan sebagai berikut:

Langkah pertama, menggosok berhadapan kedua telapak tangan.


Langkah kedua, enggosok punggung telapak tangan (bergantian)


Langkah ketiga, mengosok antarsela-sela jari.

Langkah keempat, menggosok jari jari telapak tangan dengan posisi mengunci

Langkah kelima, putar-putar di jari jempol kanan dan kiri

Langkah keenam, putar-putar semua ujung jari dan kuku pada telapak tangan sebelahnya (bergantian)

Langkah ketujuh,  putar-putar telapak tangan satu pada pergelangan tangan yang lain

Jadi semua langkah itu dapat mudah diingat dengan kalimat jembatan keledai yaitu TePung SelaCi Put Put Put. (videonya: https://youtu.be/g2vmhezvJws )

Umat Katolik termasuk imam yang memimpin Ekaristi kini menggunakan cairan handsenitizer ketika akan menerima komuni. Hal yang krusial diperhatikan yaitu memilih  handsenitizer yang Food Grade. Kriteria itu mensyaratkan bahwa cairan yang kita gunakan selain efektif membunuh kuman juga relatif aman bagi tubuh ketika benda yang akan dikonsumsi tersentuh olehnya.  Karena yang tidak masuk kriteria food grade dapat bersifat racun bagi tubuh dan dalam jangka waktu tertentu bisa menimbulkan kesakitan.

Kita tahu bahwa umat katolik  menyantap hosti kudus  pada Ekaristi yang dirayakan tiap hari, maka pilihan penggunaan handsenitizer yang aman sangat diperlukan. Kandungan berupa ethanol mungkin bisa dikategorikan bahan yang bersifat food grade dan membunuh kuman. Saat menggunakan handsenitizer pun harus dibiasakan untuk menunggu sampai cairan tersebut benar-benar kering untuk memberi waktu membunuh kuman dan mencegah kontaminasinya.

Terkait Prokes menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas dapat dilakukan mengatur jarak antar tempat duduk. Kaidah oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menganjurkan minimal jarak 6 kaki (1,8 meter) sebagai jarak aman antar manusia untuk mencegah sebaran droplet. Kapasitas  suatu gereja akan tergantung dari berapa banyak orang yang bisa diakomodasi tempat duduknya yang berjarak 2 meter satu sama lain termasuk jarak antar orang yang berbaris saat menyambut komuni.

Mengurangi mobilitas dapat diadaptasi misalnya dengan hal yang sudah selama ini dilakukan di paroki kami di Santo Paulus Bandung yaitu meniadakan posisi berlutut selama Misa. Hal ini bisa dimaklumi karena jika ada yang berlutut sementara umat di kursi depannya duduk maka hampir pasti jarak antarkepala umat tersebut akan sangat dekat kurang dari dua meter, kecuali antarumat depan dan belakang diantarai sebaris bangku kosong. Para imam saat misa konselebran pun harus bisa mempunyai jarak aman tersebut dengan memperhatikan luas panti imam dan sekitarnya, termasuk petugas liturgi lain. Selesai misa, umat langsung pulang tanpa berkerumun di dalam lingkungan gereja juga adalah aspek Prokes yang baik.

Masker adalah filter utama untuk mencegah virus masuk ke dalam tubuh kita melalui hidung atau mulut.  Masker harus menutup kedua pintu jalan napas tersebut agar kita menghirup udara yang telah tersaring masker.  Covid-19 ini adalah penyakit saluran pernapasan yang berarti virus masuk terutama melalui hidung. Ironis jika masih terlihat ada yang menggunakan masker tanpa hidungnya tertutup.

Lihat: Video Bermasker yang benar dan yang salah saat misa offline:
https://youtu.be/sZ4qGvt9FBE

Gunakanlah masker bedah/medis  yang mempunyai 3 lapisan dan berplat di bagian hidung untuk menutup celah. Dokter Fauci, pakar virus dan penasehat medis gedung putih, menyarankan memakai masker medis ganda untuk menambah perlindungan. Memakai masker kain atau scuba itu tidak efektif menyaring kuman, sebaiknya dihindari. Jika memungkinkan gunakan masker dengan level N95/KN95 yang bisa menyaring kuman hampir 95 %.

Logika higienitas sederhana yaitu jika masker adalah saringan udra yang kita hirup maka pada masker akan ada tertahan berbagai jenis partikel kuman. Dilembaran masker bagian luar akan tertahan segala kotoran, bakteri dan virus. Dari lembar masker bagian dalam akan demikian pula yang bersumber dari mulut dan hidung pemakai masker itu. Oleh karena itu Jangan memegang permukaan masker baik bagian lembar luar dan dalam  tanpa mencuci tangan setelahnya. Karena itu sangat disarankan agar kita umat Katolik harus membuka masker dengan cara yang tepat saat menerima komuni kudus. Jika lembaran masker yang terpegang saat membuka masker terdapat kuman maka tangan yang memegang hosti kita mengalami kontaminasi yang berpotensi terjadinya penularan. Karena ini marilah kita coba membuka masker kita saat akan menyantap hosti kudus dengan cara yang relatif paling aman dan minimal kontaminasi.

Saran cara buka masker saat  Komuni di masa pandemi:

Pertama, rentangkan lurus kedua tangan dengan posisi menyambut Komuni ke pembagi Komuni.

Kedua, setelah Hosti ada di atas telapak tangan kiri lalu pegang Hosti dengan jari-jari tangan kanan.

Ketiga, buka masker dengan melepaskan kaitan tali masker dari telinga kiri dengan tangan kiri, tangan kanan tetap memegang Hosti kudus.

Keempat, tangan kiri membawa maju tali masker ke depan wajah sehingga mulut terbuka.

Kelima, tangan kanan yang memegang Hosti kudus digerakkan dari bagian bawah masker yaitu dari dagu masuk ke mulut. (Sama dengan keempat)

Keenam, tangan kiri yang memegang tali masker kembali mencantolkannya ke telinga kiri sehingga masker kembali menutup hidung dan mulut. Langkah-langkah itu dilakukan dengan mantap dan tidak terburu-buru.

Ketujuh, sampai dibangku jika posisi masker hendak diperbaiki yaitu dengan memegang tali masker lalu memakai handsenitizer .

 

(videonya: https://youtu.be/X6WkMHslusI )

Semua yang hadir saat Misa sebisa mungkin untuk tetap setia memakai masker tanpa melepaskannya walau sesaat karena rentan tertular saat kita menghirup udara tanpa tersaring masker. Menggunakan pelindung wajah/face shield  baik untuk mencegah terpapar droplet ke mata, namun bukan menjadi pengganti penggunaan masker. Pemeriksaan Periodik Rutin, minimal swab antigen perlu dipertimbangkan dilakukan bagi para petugas liturgi termasuk Imam, misalnya dilaksanakan setiap sebelum misa mingguan. Deteksi dini berupa penapisan agar bisa mengantisipasi dan membatasi penularan adalah wajib dilakukan.

Semua detail prokes yang telah dibahas diatas bukan saja penting waktu mengikuti Misa luring namun jika konsisten dilakoni maka akan membentuk kebiasaan hidup sehat yang baik pada diri setiap umat dalam kesehariannya. Semoga melalui tulisan sederhana ini bisa menjadi tambahan tilikan bagi semua yang terlibat dalam kegiatan & ibadah  di Gereja Katolik setanah air. Bahkan bukan tidak mungkin dengan kerjasama dengan para profesional Katolik di bidang kesehatan, KWI merumuskan suatu protap Prokes khusus bagi Gereja kita mengingat kekhasan ibadah kita. Mari kita berhikmat dan tetap berkanjang melakukan Prokes dengan benar demi kesehatan dan solidaritas bersama, ora et labora.

Yan Edwin  Bunde, Dokter, tinggal di Bandung, Jawa Barat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini