SIAPAPUN PERLU TURUN KE JALAN SAMPAI MENGHABISKAN ”SOL SEPATU”

70

HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) menjadi “brand” aktivitas pastoral Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI delapan tahun terakhir. Tidak hanya memberitakan pesan Paus tetapi juga berusaha untuk mengaplikasikannya.

Inilah kesibukan tahunan Komisi Komsos KWI sampai tahun 2019 menggelar PKSN di Keuskupan Agung Makassar. Sementara, tahun 2020, ketika persiapan PKSN di Keuskupan Atambua mulai dirancang, dunia dihantam badai Covid-19. Semua perencanaan dibatalkan dan diadaptasi dengan situasi. Seluruh program yang dilangsungkan dengan tatap muka (offline) diubah menjadi online. PKSN pun berubah nama menjadi PKSN Online.

Perubahan nama menjadi PKSN online memiliki konsekuensi karena PKSN merujuk pada “Pekan” atau “Minggu” sementara secara online kegiatan ini tidak hanya dilangsungkan selama sepekan tetapi digelar secara lebih panjang karena terbagi atas aktivitas sebelum, sementara dan sesudah Pekan Komunikasi Sosial Nasional.

Pelaksanaan PKSN secara online dengan waktu yang lebih panjang diharapkan akan menjangkau lebih banyak orang dan lebih juga bergerak keluar, bukan hanya di kalangan internal Gereja Katolik saja. Dengan menggunakan platform media sosial yang jauh lebih murah dan hemat tenaga diharapkan kegiatan ini boleh bergema juga ke masyarakat yang lebih luas.

Sosialiasi dan Aplikasi Pesan Paus

Tujuan pertama PKSN offline dan online adalah mensosialisasikan pesan Paus untuk Hari Komunikasi Sosial se-dunia yang dirayakan di setiap Hari Minggu Paskah ketujuh dalam Tahun Liturgi Gereja. Pesan ini sudah disiarkan Vatikan pada bulan Januari, bersamaan dengan Pesta Santo Fransiskus de Sales. Maka ada kesempatan untuk diterjemahkan, didiskusikan dan menjadi sumber inspirasi kegiatan PKSN online.

PKSN online tidak hanya memberitakan dan menginformasi pesan Paus tetapi juga langsung mengaplikasikannya dalam kegiatan-kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang ditargetkan mensosialiasi pesan Paus tahun 2020, dengan tema Hidup Menjadi Cerita: Menjahit Kembali yang Putus dan Terbelah, digelar talkshow untuk mendiskusikan pesan Paus dari sudut  pandang para jurnalis, kerasulan awam, kerasulan pendidikan, dan kerasulan orang muda. Melengkapi upaya sosialiasi ini diterbitkanlah sebuah E-book yang berisi kumpulan opini tentang tema pesan Paus dan menurunkan seri tulisan tentang pesan Paus di media Komsos KWI.

Sementara itu untuk tahun 2021, dengan tema “Datang dan Lihatlah, Berkomunikasi dengan menjumpai orang lain apa adanya” sosialiasi pesan Paus digelar dengan mengadakan webinar, mengadakan lomba cipta lagu dan menggaungkan pesan lewat lagu, menerbitkan E-book opini tentang pesan Paus dan menyebarkan isinya lewat media komunikasi Komsos. Webinar digelar untuk berdiskusi tentang pesan Paus dari perspektif para jurnalis, orang muda, dan  Gereja pada umumnya, karena pesan Paus tahun 2021 sungguh menunjuk kepada para jurnalis dan memberi ruang besar untuk orang-orang muda.

Berlomba Sambil Belajar

Sejak tahun talu, lomba digelar dengan metode berlomba sambil belajar. Semua peserta yang ingin berlomba dikumpulkan dalam pertemuan virtual untuk berdiskusi dan belajar bersama. Misalnya untuk Lomba Opini, Video Bercerita, Lomba Podcast dan Lomba Cipta Lagu.

Pada tahun ini  Pelatihan dan Lomba Menulis di Media Massa dilangsungkan selama tujuh pekan. Setiap minggu para peserta diajak belajar bersama para wartawan profesional bagaimana menulis dan membuat tulisan dimuat di media massa. Dengan modal pengetahuan yang diperoleh lewat pelatihan, para peserta diharapkan mampu membuat tulisan dan tulisannya layak dibaca di media massa. Karena itu setiap peserta wajib mengirim tiga link atau bukti bahwa ada tulisannya yang berhasil lolos di media massa gereja dan media umum.

Metode berlomba sambil belajar yang diterapkan dalam PKSN online dilengkapi dengan upaya untuk menjembatani keterhubungan antarpeserta dengan membuatkan WhatsApp Group. Semua peserta dan para pendamping dikumpulkan dalam sebuah grup percakapan sehingga diharapkan boleh saling terhubung satu sama lain untuk saling mengenal dan saling berbagi. Upaya ini diharapkan boleh mendorong kreativitas peserta dan menjamin keberlanjutan. Sebab dengan saling mengenal, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, para peserta boleh saling memberi inspirasi untuk makin kreatif dan terus berkarya. Kreativitas tidak berhenti ketika pengumuman hasil lomba disebar, tetapi tetap terus berlanjut untuk menghasilkan karya-karya baru meski tidak lagi diadakan perlombaan. Sungguh diharapkan para podcaster Katolik terhubung satu sama lain, para peminat opini dan dunia tulis-menulis tergabung dan para pencipta dan pencinta video bercerita boleh terhimpun dalam satu grup percakapan yang diharapkan saling mengembangkan.

PKSN online sebagai usaha mewarta di era digital diadakan juga dengan memanfaatkan platform media sosial dan website. Lomba Content Creative Digital yang ringan diadakan di Instagram dan Page Facebook dalam rangka memenuhi media sosial dengan pesan-pesan positif terlebih yang sesuai dengan tema pesan Paus. Misalnya lomba tebak caption untuk sebuah foto atau lomba melanjutkan cerita. Selain lomba ringan di Media Sosial, PKSN 2021 menampilkan sesuatu yang baru yaitu apa yang kami sebut sebagai komsoslympics. Lomba ini sungguh-sungguh memanfaatkan media website sebagai tempat untuk berlomba. Lomba sederhana, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan atau kuis seputar kekatolikan. Perlombaan ini dibagi atas 14 kategori: rohaniwan, OMK, PPA, dan lain-lain. Lomba ini diberi nama komsoslympics karena diharapkan akanada partisipasi dari keuskupan-keuskupan sehingga dapat diketahui keuskupan mana yang paling aktif mengikuti perlombaan ini.

Perlu Menghabiskan Sol Sepatu

PKSN 2021, menjadi yang kedua secara online. PKSN selanjutnya diharapkan boleh dilangsungkan secara hybrid (secara daring dan juga ada tatap muka) karena pesan Paus tahun ini mengingatkan kita bahwa perjumpaan langsung sungguh tak tergantikan. Datang dan lihat sendiri, dengan mata kepala sendiri tentu memiliki kekayaan yang lebih daripada secara online.

Akan tetapi pelaksanaan secara online juga tidak bisa dihapuskan begitu saja meskipun nanti (semoga) situasi sudah memungkinkan adanya pertemuan offline. Mengapa? Karena kita sudah ada di era digital; budaya daring sudah menyatu dalam hidup orang. Gereja pun sudah harus menghadirkan wajahnya yang jelas di tengah kehidupan masyarakat digital.

Paus Fransiskus dalam pesannya kali ini sungguh mengingatkan kita betapa sesungguhnya komunikasi yang otentitk itulah datang dan lihatlah. Melihat secara langsung sungguh tak tergantikan. Media komunikasi memang sangat memudahkan dan membantu kita, tetapi sebagai sarana semua media diharapkan tetapi kita hormati sebagai media yang mendukung terjadinya perjumpaan secara langsung.

Paus menunjukkan betapa iman Kristiani dikomunikasikan sebagai pengetahuan langsung dan lahir dari pengalaman perjumpaan. Yohanes menjadi contoh penulis Injil yang “hadir”, melihat secara langsung, sehingga ia mampu menulis Injil dengan hidup dan sangat detail. Dicontohkan: Filipus membuat Natanael yang skeptis bertobat bukan dengan kata-kata yang hebat tetapi dengan memberi dia pengalaman: “Datang dan lihatlah”. Natanael datang berjumpa dengan Yesus, mengalami langsung dan mengalami perubahan akibat perjumpaan langsung. Orang-orang yang mendengar kisah Perempuan Samaria tentang Yesus menjadi percaya bukan lagi karena kata-kata perempuan itu tetapi karena perjumpaan dengan Yesus.

Dalam konteks pemberitaan atau penyampaian informasi, Paus memberi apresiasi kepada para pekerja media sebagai yang sungguh berjasa menceritakan banyak realitas. Tanpa mereka kisah penderitaan, penindasan, ketidakadilan atas orang miskin dan alam semesta akan hilang. Namun demikian Paus mengingatkan para pekerja media dan seluruh umat manusia untuk keluar dari sikap puas diri “kita sudah tahu”. Perlu bergerak, melihat sendiri, setia mendengarkan dan mengumpulkan pendapat.

Siapapun perlu turun ke jalan sampai menghabiskan “sol sepatu” untuk  memverifikasi dan membuktikan sendiri, agar  boleh menjalankan panggilan untuk menjadi saksi kebenaran: untuk pergi, untuk melihat dan untuk berbagi.

Pastor Anthonius Steven Lalu, Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Komsos KWI)

HIDUP, No.20, Tahun ke-75, Minggu, 16 Mei 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini