HIDUPKATOLIK.com – Kis. 1:1-11; Mzm. 47:2-3, 6-7, 8-9; Ef. 4:1-7, 11-13; Mrk. 16:15-20
PENTINGNYA peristiwa kenaikan Yesus ke surga [(Lih. bagi penulis Kisah Para Rasul yang sama dengan penulis Injil Lukas nampak dari bagaimana posisi kisah tersebut yang diletakkan di akhir injilnya (Luk 24:51-53) dan di awal bukunya yang kedua (Kis. 1:1-11)]. Itulah “saat Yesus” dalam Injil Lukas yang menaruh tekanan pada pewartaan Yesus Kristus sebagai Tuhan, Hakim atas sejarah dan dunia. Tempat Yesus naik ke Sorga meninggalkan
murid-murid-Nya di dekat Betania itu dulu dikenal dengan nama lembah Yosaphat (artinya “Tuhan menghakimi”). Bagi orang Yahudi yang akrab dengan nubuat Yoel, tekanan kristologis ini akan langsung terasa sebagai konteks Alkitabiah Kisah Kenaikan Tuhan yang diceritakan dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. “Sebab sesungguhnya pada hari-hari itu dan pada waktu itu, apabila Aku memulihkan keadaan Yehuda dan Yerusalem, Aku
akan mengumpulkan segala bangsa dan akan membawa mereka turun ke lembah Yosafat; Aku akan berperkara dengan mereka di sana mengenai umat-Ku dan milik-Ku sendiri, Israel, oleh karena mereka mencerai-beraikannya ke antara bangsa-bangsa dan membagi-bagi tanah-Ku” (Yl. 3:1-2). Akhir dari Injil Markus yang kita baca sebagai Bacaan Injil pada Hari Raya ini menggarisbawahi mandat perutusan dari Tuhan Yesus yang “terangkat ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Mrk. 16:19). Kepada murid-murid-Nya yang sampai akhir tetap “tidak percaya” (Mrk. 16:14), mandat perutusan tersebut membuktikan bahwa sejatinya Yesuslah yang sampai akhir tetap setia kepada mereka yang telah dipilih-Nya.
Romo Vitus Rubianto Solichin, SX, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta