Makna Perayaan Paskah: Kebangkitan Kristus, Kebangkitan Harapan

1587

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 04 April 2021 Hari Raya Paskah Kis.10:34a, 37-43; Mzm.118:1-2,       16ab-17, 22-23; Kol.3:1-4 atau 1Kor.5:6b-8; Yoh.20:1-9

BASIL Hume, OSB, seorang Benediktin yang sekaligus menjabat uskup Katolik Roma di Westminster Inggris, pernah berbicara tentang arti Paskah demikian: “Anugerah terbesar Paskah adalah harapan, dan harapan Kristiani membuat kita memiliki kepercayaan teguh akan Allah dalam kemenangan akhir-Nya, dalam kebaikan dan cinta-Nya, yang tidak dapat digoyahkah oleh apapun.”

Perkataan uskup tersebut menegaskan, Paskah bukan sekadar perayaan kebangkitan Kristus. Tetapi lebih daripada itu, Paskah adalah perayaan yang mengingatkan kita untuk selalu memiliki harapan dan kepercayaan kepada Allah ketika kita hendak membangun hidup dan dunia baru seperti yang dihendaki oleh Allah.

Dalam Kisah Para Rasul, dikisahkan, Petrus sedang memberi kesaksian tentang perjalanan hidup Yesus di hadapan Kornelius. Dalam pandangan Petrus, kebangkitan Kristus adalah momen paling vital. Sebab, kebangkitan-Nya menjadi titik balik yang sangat menentukan dalam mewartakan kabar sukacita kepada seluruh bangsa.

Kebangkitan Kristus mengawali dunia baru yang ditandai dengan kedamaian dan keselamatan – dalam bahasa Petrus “mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya.” Petrus tidak malu mengungkit insiden getir yang dialami Yesus: Dia telah dibunuh dan digantung pada kayu salib. Tetapi, dengan penuh semangat, ia kemudian mengatakan “Allah telah membangkitkan Dia (Yesus) pada hari yang ketiga.” Peristiwa yang awalnya telah mempermalukan dan mematikan semangat para rasul (kematian Yesus di salib) akhirnya telah diubah oleh Allah menjadi peristiwa penuh pengharapan (kebangkitan Yesus).

Sekalipun sebuah momen pengharapan, nyatanya kebangkitan Kristus bukanlah hal yang mudah dimengerti. Injil Yohanes memperlihatkan, para sahabat dekat Yesus masih sulit untuk memahami peristiwa kebangkitan. Maria Magdalena mengira Yesus telah diambil orang ketika melihat makam kosong. Petrus bersama sebagian para rasul tidak menunjukkan reaksi apapun. Hanya murid yang dikasihi Yesus yang menyadari kebangkitan-Nya. Itu pun terjadi karena ada ikatan batin yang begitu dekat antara dirinya dengan Yesus selama Dia hidup.

Seperti halnya para sahabat Kristus di atas, kebangkitan-Nya memiliki arti dan efek yang berbeda bagi para pengikut-Nya. Namun, paling tidak, kita perlu menyadari bahwa kebangkitan Kristus harus dihidupkan terus menerus dalam kebangkitan di setiap momen hidup kita. Maksudnya, kebangkitan-Nya hendaknya menjadi prototipe (model awal) berbagai jenis kebangkitan.

Kita mungkin tidak perlu terlalu jauh menghubungkan kebangkitan-Nya dengan kebangkitan tubuh kita setelah kematian. Kebangkitan-Nya akan menjadi lebih relevan bagi kita yang sedang mengalami berbagai ‘kematian’ dalam hidup. Dalam arti simbolis, ‘kematian’ di sini dapat menunjuk pada pengalaman pahit, kehilangan orang tercinta, depresi dan frustasi karena berbagai kesulitan dan kesusahan hidup. Dan secara khusus, pandemi Covid-19 telah membuat kita seakan-akan berada di ‘alam kematian.’

Di sinilah kebangkitan Kristus semakin bermakna. Sebagaimana Allah membangkitkan Yesus yang menaruh kepercayaan kepada Allah ketika dengan sabar Dia menanggung segala kepahitan dalam hidup-Nya, demikian pula bagi kita, ada saatnya Allah juga akan membangkitkan kita dari segala ‘kematian’ dan keterpurukan dalam hidup kita.

Kebangkitan Kristus dapat mengingatkan, kepercayaan total kepada Allah dapat membuat orang yakin bahwa peristiwa pahit dalam hidup tidak selamanya negatif. Sebaliknya, bersama Allah peristiwa tersebut dapat beralih rupa menjadi momen yang membangkitkan harapan. Secara indah, pemazmur memberikan analogi yang menarik: “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” Allah dapat mengubah apa yang tampaknya pahit menjadi sebuah berkat dan mukjizat.

Semoga perayaan kebangkitan Kristus mampu membangkitkan harapan bagi kita untuk mampu menanggung ‘kematian-kematian’ kecil selama hidup di dunia ini dan untuk bangkit dari segala keterpurukan dan kegagalan hidup.

Bersama Allah, kebangkitan adalah sebuah keniscayaan. Dan, kebangkitan Kristus akan selalu hadir ketika kita mau bangkit dan meraih kemenangan dalam hidup kita. Kebangkitan Kristus hendaknya menjadi kebangkitan harapan kita juga.

Romo Albertus Purnomo, OFM, Pengajar Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta    

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini