HIDUPKATOLIK.COM – RASA cemas adalah hal wajar. Rasa cemas itu datang karena berbagai faktor. Tetapi untuk apa kita merasa cemas jika ada Kristus yang selalu mendukung kita?
“Kita tidak perlu cemas, percaya bahwa apa yang baik adalah datang dari Allah,” ujar Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM dalam Misa peresmian Paroki St. Faustina Kowalska, Bojonggede, Senin, 22/2/2021.
Peresmian yang bertepatan dengan Pesta Takhta Santo Petrus ini dihadiri Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor, Pastor Yohanes Suparta; Kepala Paroki Bojonggede, Pastor Mikael Endro Susanto; serta vikaris paroki, Pastor Christophorus Lamen Sani.
Dalam khotbahnya, Mgr. Paskalis menggarisbawahi pentingnya mengolah rasa cemas dalam hidup. Setiap orang memiliki rasa cemas, bahkan Petrus ketika Yesus bertanya: apakah engkau mengasihi Aku? Petrus menjawab pertanyaan ini dengan sungguh-sungguh dalam iman yang teguh. Tetapi ada rasa kecemasan ketika ia diperhadapkan pada pertanyaan, apakah engkau seorang dari murid Yesus? Imannya mulai goyah.
Kata Uskup Bogor, menjadi gembala yang baik harus mendekatkan diri kepada umat. Gembala yang harus mengerti kehadiran umatnya. “Gembala harus memiliki cinta kepada umatnya,” ajak Bapak Uskup.
Hal lain, seorang gembala harus melayani dalam sukacita. Di tengah rasa cemas karena ragam persoalan, kiranya para gembala sadar bahwa mereka dipilih untuk hadir sebagai teman seperjalan bagi umat. Seorang gembala harus menunjukkan sukacita dalam berkarya.
Dalam kerangka sukacita ini, Mgr. Paskalis meminta kepada para gembala yang melayani di Paroki Bojonggede agar melihat umat di Bojonggede sebagai domba yang harus dilayani dalam semangat sukacita. “Untuk itu, semua yang terlibat di paroki ini harus membangun persekutuan bersama dengan mengikuti teladan Yesus Kristus yang melayani semua orang tanpa pamrih,” sebut Mgr. Paskalis.
Sebutnya lagi, “Tugas penggembalaan itu hendaknya dilakukan dalam semangat kebersamaan. Tidak berjalan sendiri-sendiri. Semua pekerjaan harus diselesaikan dalam relasi dengan keuskupan serta gembala-gembala lainnya, termasuk umat beriman,” kata Mgr. Paskalis.
Perayaan Episcopal
Menariknya, perayaan kali ini, juga bertepatan dengan ulang tahun episkopal ke-7 Mgr. Paskalis. Maka dalam khotbahnya, Mgr. Paskalis mengucapkan terima kasih kepada setiap orang yang dengan cara tersendiri telah mendukung panggilannya. Secara khusus kepada Dewan Pastoral Keuskupan, Dewan Keuangan Keuskupan, Dewan Presbiter, dan Konsulotes.
Dalam pengalamannya selama 7 tahun, Mgr. Paskalis menyebutkan salah satu semangat yang terus menguatkannya adalah berusaha menjadi pemimpin untuk melayani. Ia berjuang agar hadir sebagai sahabat bagi banyak orang, mengantar umat ke rumput yang hijau.
Dengan keyakinan yang sama, sebut Mgr. Paskalis, para gembala di Paroki Bojonggede harus terlibat lebih dalam menjadi paroki yang menghadirkan rahmat bagi umat beriman. Hal ini bisa ditunjukkan lewat program kerja atau kehidupan kebersamaan lainnya.
Ia menyadari sebagai paroki baru sudah tentu muncul banyak kecemasan. Sudah tentu akan muncul pertanyaan-pertanyaan bagaimana cara menghidupi umat? Bagaimana cara menghidupi pastor? dan bagaimana membangun gedung gereja?
Mgr. Paskalis mengingatkan pertanyaan itu sangat wajar. Namun jika kita sungguh percaya bahwa kita adalah kawanan umat Allah, maka tentu kita tidak akan dibiarkan bekerja seorang diri. Di sinilah peran iman kita akan Kristus. Di dalam Kristus, tidak ada rasa putus asa, putus harapan, atau rasa cemas.
Kerahiman Allah
Seperti St. Faustina Kowalska, Mgr. Paskalis berharap Paroki Bojonggede memiliki kekhususan yaitu menjadi paroki yang khusus berdevosi kepada Kerahiman Ilahi. Uskup Paskalis berharap umat dapat mengembangkan Devosi Kerahiman Ilahi dan menjadi duta Kerahiman Tuhan.
Uskup mengatakan, kita harus yakin bahwa Allah yang kita imani adalah Allah yang hidup. Allah yang hidup itu adalah Allah yang memiliki hati yang Maharahim. “Dan keyakinan itu bisa diperoleh dalam devosi kepada Kerahiman Ilahi. Inilah spirit Paroki Bojonggede.
Dalam Misa yang berlangsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan itu Uskup Paskalis juga melantik Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan Dewan Keuangan Paroki (DKP) periode 2021-2024.
Dalam Misa ini juga diluncurkan buku karangan Thomas Ataladjar berjudul, “Paroki St. Faustina Kowalska Bojonggede” yang berisi sejarah pertumbuhan dan perkembangan iman Katolik di tatar Bojonggede.
Usai Misa, ada penandatanganan prasasti peresmian Paroki St. Faustina oleh Mgr, Paskalis didampingi Kepala Katedral Bogor Pastor Paulus Haruna, Pastor Mikail Endro Susanto, Pastor Christophorus Lamen Sani, dan Pastor Dominikus Savio Tukiyo.
Wajah Kristus
Selain para imam, hadir juga Dirjen Bimas Katolik, Yohanes Bayu Samodro. Ia berharap Paroki Bojonggede menjadi oase rohani yang menyejukan di tengah ragam persoalan terkait kehidupan beragama di wilayah Sunda. Ia menyebutkan Paroki Bojonggede bisa menjadi tanda kehadiran Kristus yang nyata di mana umatnya bisa belajar seperti Kristus yang mencintai banyak orang.
Semangat kasih seperti Kristus kiranya dapat dibagikan kepada umat beriman lainnya-termasuk yang berbeda agama. “Kita harus menampilkan wajah Kristus yang terlibat dalam kehidupan konkret umat dan terlibat dalam melayani mereka yang menderita,” sebutnya.
Ia berharap proses pembangunan gedung gereja juga dapat diselesaikan dengan baik. Ia menyebutkan ada lima hal yang menandai peresmian paroki ini.
Pertama, terbentuknya paroki baru ini menunjukan komunitas umat beriman sudah terbina dengan baik. Kerja sama secara interen dengan umat beragama lain sudah terjalin dengan baik. Kedua, menunjukan wilayah teritorial sudah tertata dengan baik. Ketiga, ketersediaan tenaga pastoral sudah terpenuhi. Keempat, adanya komitmen untuk melaksanakan panca tugas Gereja liturgia, diakonia, martiria, krygma dan kainonia. Kelima, menandahkan adanya rahmat Allah sungguh berkarya dalam diri semua umat.
Yusti H. Wuarmanuk