HIDUPKATOLIK.COM– Sehari-hari, ia berpenampilan sederhana namun rapi. Berbaju Colar, celana jeans dan kadang dibalut dengan rompi. Sebuah kalung salib tergatung di dada. Di jari manis ada sebuah cincin. Kumis putih menghiasi senyuman. Rambut kepala mulai memutih. Namun semangat tetap muda.
Sorot matanya mengguratkan kewibawaan dan kebijaksanaan. Bagaikan prajurit yang siap bertempur, ia siap menghadapi tantangan dan rintangan. Latar belakang keluarga prajurit negara membentuk kepribadiannya. Ia juga seorang pencari solusi. “Setiap masalah pasti punya solusi. Perlu kebijaksanaan dalam mencari jalan terbaik,” ujarnya suatu ketika.
Kadang ia mempertontonkan ketegasan tanpa kompromi. Suaranya bisa meledak-ledak. “Telengong”, ungkapan kejengkelan yang sering terlontar dari mulutnya. Bukan benci. Hanya sebuah ekspresi perhatian yang dalam. Ia ingin, kebaikan dan kebenaran tetap berdiri tegak. Ia ingin, orang lain bahagia. Ia ingin, orang menjadi baik.
Kepekaan dan kepeduliannya dibagikan kepada banyak orang, lebih-lebih yang membutuhkan. Mungkin orang mengatakan boros atau menghabiskan uang. Tapi baginya, “Harta bisa dicari, persaudaraan dan persahabatan di atas segalanya.” Ia rela merogoh kocek untuk membantu orang lain.
Dirinya; waktu, tenaga, bakat, bahkan materi diberikan kepada siapapun yang memerlukan. Jiwa dan semangat mudanya menggerakkan kaum muda untuk terus bertumbuh menjadi tulang punggung Gereja. Banyak kelompok kategorial, termasuk WKRI, ia dorong agar memberi rasa dan warna dalam kehidupan sosial. Ia seorang motivator dan pemberi semangat yang teguh dan gigih.
Jiwa kepemimpinannya begitu kuat. Dua periode menjadi Provinsial MSF Kalimantan telah menghasilkan terobosan-terobosan brilian. Ia memikirkan masa depan tarekat. Ia hadir bagi semua konfrater. ‘Teman’, itulah sapaan khas pada konfrater, tak peduli dengan usia yang lebih mudah darinya. Persaudaraan dan semangat kekeluargaan ada dalam junjungannya. Ia seorang MSF sejati.
Pengalaman rohaninya dibagikan kepada umat dengan begitu menarik. Homili dan khotbahnya dinantikan umat. “Tidak bosan mendengarkan homilinya,” begitu kesan banyak umat. Kata-katanya sederhana, mendarat dan menggugah, yang diselingi dengan humor dan ekspresi tubuh seperti bersiul, mengutik tangan dan sederet kekahasan lainnya dalam berhomili.
Hari ini semua berubah seketika. Penampilan tidak setegar dulu. Ia terbujur kaku dalam peti. Hanya saja, jubah dan stola Imam tetap membungkus tubuhnya. Tangan memegang rosario. Cincin di jari manis masih melingkar, lambang kesetiaan tiada akhir sebagai seorang Imam Religius.
Matanya terpejam. Kewibawaan, kebijaksanaan dan ketegasan masih terpancar, tak lekang oleh ruang dan waktu. Kebaikan, pengalaman rohani, konfraternitas, persaudaraan dan kekeluargaan terpatri dalam diri banyak orang, menjadi warisan untuk dihidupi.
Peziarahannya di dunia telah berakhir hari ini, 7/1/2021. Selesai sudah pertandingan di gelanggang kehidupan. Jiwanya pergi ke Rumah Bapa. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik. Aku telah mencapai garis finis dan aku telah memelihara iman,” (2 Tim 4:7-8).
Selamat jalan Pastor Fabianus Teddy Kananites Aer, MSF. Makhota kebenaran telah disediakan Tuhan, Hakim yang adil bagimu di surga.
Yoseph Pati Mudaj, MSF
Sekretaris Keuskupan Palangka Raya