Mgr Sutrisnaatmaka MSF Rayakan 40 Tahun Imamat Bersama Dua Konfrater

661
Perayaan Misa Syukur Panca Windu 40 Tahun Tahbisan Imamat Uskup Palangkaraya, Mgr. AM. Sutrisnaatmaka, MSF (tengah),RP. Antonius Marga Murwanto, MSF (Kedua dari kanan berjubah kuning),RP. Aloysius Suharihadi, MSF (kedua dari kiri berjubah kuning) didampingi Provinsial MSF Jawa, RP. Simon Petrus Sumargo, MSF. (paling kanan) dan Vikjen Keuskupan Palangka Raya, Romo Silvanus Bandi (paling kiri) di AulaMagna keuskupan Palangka Raya| Dok.RP. Yoseph Pati Mudaj, MSF

HIDUPKATOLIK.COM— Uskup Palangka Raya, Mgr. AM. Sutrisnaatmaka, MSF merayakan 40 tahun Imamat bersama dengan dua konfraternya RP. Antonius Marga Murwanto, MSF dan RP. Aloysius Suharihadi, MSF. Perayaan dilaksanakan dalam Misa syukur di Aula Magna keuskupan Palangka Raya, Rabu 6/1/2021, yang disiarkan secara live melalui channel YouTube Komsos Palangka Raya.

Ketiga Yubilaris,RP. Antonius Marga Murwanto, MSF (paling kiri), Mgr. AM Sutrisnaatmaka (tengah), danRP. Aloysius Suharihadi, MSF (paling kanan) | Dok.RP. Yoseph Pati Mudaj, MSF

Hadir dalam perayaan ini, sejumlah imam yang berkarya di Keuskupan Palangka Raya, perwakilan Tarekat-Tarekat Religus dan perwakilan umat. Hadir pula Pastor Provinsial MSF Jawa, RP. Simon Petrus Sumargo, MSF.

Perayaan syukur Panca Windu Imamat dibalut dengan moto tahbisan Imamat ketiga Yubilaris 40 tahun silam, “Aku bersykur kepada Dia yang menguatkan aku,” (1Tim 1:12).

Dalam homili, ketiga Jubilaris menyampaikan sharing atas perjalanan 40 tahun Imamat. Bagi mereka, imamat merupakan anugerah dari Tuhan. Dan bahwa mereka bisa setia hingga kini, juga merupakan anugerah terbesar.

Mengisi Hidup dengan Hal yang Produktif
“Saya bersyukur bahwa pada usia 84 tahun ini saya diberi kesehatan dan tetap setia sebagai imam hingga panca windu. Saya bersyukur diperkenankan bekerja di kebun anggur Tuhan dengan berbagai tugas perutusan. Sudah 20 kali saya mengalami perpindahan tugas,” kisah RP. Suharihadi.

Imam kelahiran Sleman 21 Januari 1937 ini kini menjalani masa purnakarya di Propinsialat MSF Semarang. Bersama dengan para konfrater lainnya, ia mengisi hari-harinya dengan banyak hal yang produktif. “Setiap hari saya membuat rosario dan kuberikan kepada orang lain. Rosario itu tidak pernah kujual. Saya sendiri tiap hari berdoa rosario pada jam 18.00, disusul doa rosario bersama komunitas dan completorium. Pagi hari saya ikut misa dan doa brevir,” katanya.

Untuk mengisi waktu senggang, ia membaca, mengisi sudoku dan TTS untuk memperlancar pikiran. Setiap hari Mantan kepala sekolah SPM St. Albertus Sleman (sebelum masuk Seminari) ini juga mengadakan senam dan meminum kopi dicampur dengan kuning telur ayam kampung dicampur madu.

“Karena sudah usia lanjut, saya tetap melanjutkan hidup dan siap-siap dengan rendah hati. Bila ada yang meminta untuk dilayani, saya akan melayani dengan senang sejauh saya mampu dan diperbolehkan oleh pemimpin. Dalam hidup bersama orang lain saya berusaha menerima apa adanya, tidak mencela dan tidak membenci,” ujar mantan ketua Pemuda Katolik Sleman ini.

Seluruh perjalanan hidupnya ia serahkan kepada Tuhan. Satu yang jelas, Tuhan senantiasa memperhatikannya. “Syukur karena Tuhan selalu menjaga saya,” pungkasnya.

Mendengarkan
Romo Margo Murwanto menghabiskan sebagian besar waktunya sebagai Imam dengan menjadi Formator. Setelah menyelesaikan studi lanjut di Universitas Gregoriana Roma bidang Psikologi, beliau mendapat tugas untuk menyiapkan calon-calon imam MSF. “Saya dipercaya oleh tarekat MSF untuk mendidik dan membentuk calon-calon Imam dan Bruder MSF. Saya ingin semakin banyak orang terperciki dengan berkat Tuhan,” ujar imam yang lahir di Muntilan 17 November 1952 ini.

Sebagai Formator, lanjutnya, ia dituntut untuk lebih banyak mendengarkan. Perlu keheningan dan doa agar bisa mendengarkan bisikan Tuhan dan juga para formandi. Keheningan menjadi kunci utama.

Hal terberat yang sering ia alami adalah ketika ada calon yang mengundurkan diri atau dikeluarkan. Memang benar kata Yesus ‘banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih’ (Mat 22:14). Tetapi yang jelas baginya, panggilan adalah hak prerogatif Allah. “Allah yang memanggil, Allah yang memilih,” ungkapnya.

Tidak hanya untuk tarekat MSF, ia juga membantu Tarekat-tarekat religious lain. Perutusan tarekat yang sedang ia jalani sekarang antara lain dalam bidang Formatio Continua (Bina Lanjut) lintas Tarekat dan Keuskupan. “Ini adalah passion saya. Saya ingin membantu Tarekat-Tarekat dalam menyiapkan tenaga formator serta dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah dalam formation yang dihadapi tarekat-tarekat religius,“ tandasnya.

Tuhan memperpanjang Hidupku
Bagi Mgr. AM. Sutrisnaatmaka, MSF, Kalimantan adalah tanah misi yang sudah dipersiapkan Tuhan. Meski awal ia merasa asing, namun pada akhirnya ungkapan “Syukur” merangkum seluruh perjalanan hidup sebagai Misionaris Domestik di Kalimantan, khususnya Palangka Raya.

“Ketika saya datang, keadaan memang cukup terbatas. Fasilitas bangunan baru cukup terbatas. Oleh karenanya pembenahan dan penambahan sarana dan prasarana perlu dilakukan segera. Semua itu mendesak untuk dilakukan agar kehidupan menggereja di Keuskupan bisa berjalan lebih baik. Dan kini, syukur karena semua ini adalah kasih karunia Allah,” ujarnya.

Pengalaman pergulatan yang ia dihadapi sungguh menegangkan, tidak hanya berasal dari luar tetapi juga terkait dengan kesehatannya. Monsinyur mengisahkan bahwa keluarganya ‘mewarisi’ penyakit Diabetes Melitus. “Sepulang dari Roma, dengan Surat Keterangan Sehat dari dokter yang disertai dengan catatan khusus, warisan keluarga berupa DM, saya mulai bertugas di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,” ujarnya.

Empat puluh tahun sebagai Imam dan dua puluh tahun sebagai Uskup dengan dibalut oleh ‘sakit bawaan’, yang mengantarnya pada ruang operasi, bukan sebuah kondisi yang ideal. Namun Monsinyur menjalani hidup dan perutusan dengan suka cita. Ia yakin, semua momen kehidupan berada dalam kendali Allah. “Hidup sepertinya diperpanjang oleh Allah seturut kehendak-Nya.” Atas kasih karunia tersebut, syukur menjadi ungkapan iman terdalam Monsinyur.

Ketiga Yubilaris memohon doa dan dukungan agar tetap setia dalam imamat yang dianugerahkan Tuhan. Perjalanan terus berlanjut dan ketiganya berharap dapat menggenggem kesetiaan hingga akhir.

Yoseph Pati Mudaj, MSF
Sekretaris Keuskupan Palangka Raya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini