KOMPETENSI MENTERI, DUA PILAR YANG MUTLAK DIMILIKI

206
A.M. Lilik Agung, Kontributor, Trainer Bisnis

HIDUPKATOLIK.COM – MENGAKHIRI tahun 2020 pergantian menteri diumumkan presiden. Langsung perdebatan mengemuka dalam berbagai kanal berita. Terutama pada diri Budi Gunadi Sadikin yang didaulat menjadi menteri kesehatan Seperti halnya karakter dari perdebatan, hiruk-pikuk ini bermuara pada dua hal, pro dan kontra. Ditambah dengan masifnya media sosial dimana setiap orang dapat memproduksi berita dan cerita, jabatan menteri kesehatan oleh orang berlatar-belakang profesional perusahaan dan bukan dari disiplin ilmu kedokteran, memunculkan aneka pendapat. Dari pendapat yang jernih, elegan hingga sumpah serapah, asal beda.

Berlimpahnya akses informasi, ternyata tersua berita bahwa banyak menteri kesehatan berbagai negara yang bukan berlatar-belakang disiplin ilmu kedokteran. Negara serumpun Singapora, Gan Kim Yong sang menkes alumnus University of Cambridge Bachelor of Arts bidang Teknik Elektro. Dari Thailand, menkes Anutin Charnvirakul juga orang tehnik lulusan Universitas Hofstra Amerika. Tercatat ada sebelas menteri kesehatan dari aneka negara berlatar belakang bukan dari kedokteran.

Kompetensi

Seorang menteri adalah pemimpin. Dalam hirarki organisasi kenegaraan, kedudukan menteri hanya setingkat dibawah presiden dan wakil presiden. Ia memiliki otoritas besar dalam mengelola organisasi yang ada dibawah wewenangnya. Kekuasaannya panjang, merentang dari pusat hingga ke pelosok nun jauh dari sumber-sumber kekuasaan. Ia mengendalikan ribuan aparat sekaligus juga mengelola anggaran puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Keberhasilan kementerian yang menjadi tanggung jawabnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan kementerian yang menjadi wewenang menteri lainnya. Dengan kata lain, seorang menteri adalah salah satu pilar kokoh bagi presiden untuk menegakkan kemakmuran warganya dan martabat negaranya.

Dengan tanggung jawab yang sangat besar dan jangkauan kekuasaan yang sangat panjang, menjadi wajib bagi seorang menteri untuk memiliki kompetensi di bidangnya. Ketika presiden menunjuknya sebagai menteri tidak boleh ia berkata, ”Saya akan belajar pada wilayah yang menjadi wewenang saya.” Sang menteri harus sudah on track untuk kemudian membawa gerbong kementeriannya menuju stasiun yang sudah diamanatkan oleh undang-undang. Tidak peduli apakah sang menteri memiliki latar belakang profesional sesuai jabatannya atau tidak sama sekali seperti yang dilakoni Budi Sadikin.

Keterampilan kepemimpinan adalah satu pilar kokoh yang wajib dimiliki sang menteri. Pilar lain untuk mendukung adalah kemampuan manajerial. Dengan judul satire namun senyatanya memuat kebenaran ditulis oleh Dahlan Iskan. “Selalu ada sisi lucu dari yang serius-serius. Misalnya soal Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, yang bukan dokter,”  kata Dahlan. Prestasi Budi Sadikin sudah tak diragukan lagi. Dahlan menilai sosoknya sangat menonjol saat menjadi dirut Bank Mandiri. Lalu menjadi dirut Inalum yang merupakan lokomotif pengambilalihan Freeport.

“Dan lagi, yang terpenting, di posisi menteri, adalah kemampuan manajerialnya. Budi pasti mampu. Toh ia dibantu wakil menteri yang dokter. Yakni Dr. dr. Dante Saksono Harbuwono. Ahli penyakit dalam dari UI. Dengan gelar doktor dari Jepang,” jelas Dahlan Iskan. (Detik, 25 Desember 2020).

Ketrampilan kepemimpinan berhubungan dengan manusia. Maka ketrampilan yang diperlukan adalah komunikasi, motivasi, membangun kerja sama tim, pemberdayaan dan visioner. Dalam konteks hari ini di mana pandemi menerjang negara dengan jalan keluar yang belum ada kejelasan, kehadiran Budi Sadikin menjadi relevan. Pada sisi internal organisasi, dengan rekam jejak profesionalnya Budi Sadikin memiliki pengalaman dalam mengelola tim menjadi tim solid dengan satu visi. Pun dengan pihak eksternal yaitu rakyat Indonesia sebagai “pelanggan” kementerian kesehatan, Budi Sadikin mempunyai kecerdasan berkomunikasi secara efektif dan produktif.

Kemampuan manajerial terhubung dengan tehnis pekerjaan. Dalam hal ini sang menteri wajib memiliki kemampuan perencanaan, pengorganisasian, eksekusi dan evaluasi. Sementara dengan pihak-pihak eksternal, sang menteri harus jago dalam melobi dan bernegosiasi. Dalam ranah ini Budi Sadikin juga memiliki rekam jejak gemilang. Benar bahwa untuk urusan tehnis yang berhubungan dengan kesehatan, Budi Sadikan tiada rekam jejaknya. Namun ia dibantu dengan wakil menteri yang ahli dengan urusan tehnis seperti ini.

Posisi menteri kesehatan dalam kondisi pandemi sekarang memang diperlukan sosok luar biasa yang memiliki kemampuan manajerial mumpuni. Menangani pandemi diperlukan perencanaan yang rinci dan eksekusi yang disiplin. Belum ketika bernegosiasi dengan pihak lain, dalam hal ini pengadaan vaksin. Gabungan antara tata krama diplomasi antarnegara dan negosiasi bisnis harus berjalan beriringan. Sebagai CEO salah satu BUMN terbesar di Indonesia ditambah dengan pengalaman sebagai wakil menteri – walaupun hanya seumuran jagung – memberi amunisasi bagi Budi Sadikin untuk berdiplomasi dengan negara-negara penghasil vaksin dan bernegosiasi dengan perusahaan-perusahaan produsen vaksin.

Ketrampilan kepemimpinan dan kemampuan manajerial ini disebut kompetensi. Adalah Coimbatore Krishnarao Prahalad dan  Gary Hammel yang mempopulerkan kompetensi melalui buku yang ditulis dua puluh tahun lampau ”Competing for the Future.” Oleh Prahalad dan Hammel,  kompetensi diartikan sebagai kumpulan ketrampilan sebagai akibat dari akumulasi belajar tanpa jeda. Oleh karena itu kompetensi tidak sekadar aset, sistem ataupun keunggulan bersaing yang dalam bahasa ahli strategi manajemen Michael Porter disebut nilai tambah. Lebih dari itu, kompetensi merupakan cara dan budaya organisasi dalam menghasilkan ketrampilan yang lebih unggul dibanding organisasi lain.

Budi Sadikin lama berkarier di perbankan dengan puncaknya sebagai dirut Bank Mandiri. Kemudian mendapat tanggung jawab untuk mengelola Mind Id (mining industry Indonesia) sebagai induk dari perusahaan tambang BUMN (Antam, Bukit Asam, Timah dan Freeport Indonesia). Tak lama ditunjuk sebagai wakil menteri BUMN yang membawahi sektor energi, pertambangan dan telekomunikasi. Berbagai pengalaman ini yang membentuk kompetensi pada dirinya.

Tugas selanjutnya dari Budi Gunadi ialah mentransformasi kompetensi pribadinya menjadi kompetensi organisasi, dalam hal ini kompetensi kementerian kesehatan. Dengan demikian berbagai tugas maha berat dari kementerian kesehatan bisa diselesaikan setuntas-tuntasnya. Atau meminjam  kalimat yang diucapkan Nyai Ontosoroh dalam novel Bumi Manusia-nya Pramudya Ananta Toer, “Kita sudah melawan pandemi, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”

A.M. Lilik Agung, Kontributor, Mitra Pengelola Galeri HC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di [email protected]

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini