SUPAYA NATAL HADIR DI RUMAH KITA

178
Pastor Ignasius Tamo Ama, CSsR, Pengajar STKIP Weetebula, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

HIDUPKATOLIK.COM SUASANA Covid-19 yang dialami seluruh lapisan dunia termasuk bangsa Indonesia telah menyita perhatian kita bersama juga mengganggu aspek kehidupan kita sampai ke dalam komunitas hidup yang paling kecil yakni keluarga. Kita seolah dihadapkan dengan sebuah kecemasan dan ketakutan hidup.

Dari situasi ini bangkitlah sebuah pertanyaan yang sekaligus merupakan sebuah harapan, kapan persoalan ini berakhir? Hidup seakan tak menentu, nilai-nilai hidup yang sudah terjalin rapih seakan hilang seketika seperti misalnya; bersalaman, senyum perjumpaan, pertemuan-pertemuan, rapat-rapat, tatap muka di kelas dan di bangku kuliah, pertemuan-pertemuan komunitas, ibadat bersama dan tentu masih ada banyak hal lainnya.

Di samping itu, peristiwa atau lebih tepatnya persoalan hidup kita (khususnya di Indonesia) di bidang sosial, ekonomi,  dan politik silih berganti. Media massa selalu meng-up date berita tentang bencana alam yang sudah dan yang akan terjadi, sehingga kadang-kadang muncul pertanyaan orang-orang tertentu, “kita mau lari kemana?” Jawabannya tentu, lari dan mencari perlindungan yakni rumah dengan secerca harapan, yang penting masih bisa hidup dan keluargaku nyaman-saman saja.

Dalam situasi seperti ini, Pemerintah juga Gereja mengajak semua orang tinggal di rumah, dan memang benar kebanyakan keluarga dan anggotanya khususnya yang tinggal di kota-kota besar yang padat penduduknya selalu mematuhi protokol ini, tinggal di rumah dan menjaga kesehatan. Resikonya adalah untuk kegiatan-kegiatan tertentu orang selalu menjalankannya secara online termasuk memesan makanan secara online, ibadat online dan misa online.

Menariknya adalah, rumah atau keluarga menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk berlindung kalau mau hidup sehat paling tidak untuk situasi ini. Memang tak dapat dipungkiri bahwa masih ada banyak orang yang tidak mematuhi dengan setia aturan protokol kesehatan ini, kasarnya orang tidak peduli dengan kesehatan dirinya dan orang lain. Prinsipnya utamanya, kesehatan menjadi urusan masing-masing pribadi.

Menarik juga untuk kembali dan tinggal di rumah. Kembali ke dalam rumah atau ke dalam keluarga membuat kita dengan mudah berhadapan dengan nilai-nilai hidup seperti bersalaman dan berkomunikasi bersama anggota keluarga, tentu sudah pasti lebih aman dari penularan virus berbahaya ini.

Kita telah merayakan Natal, merayakan Kelahiran Juru Selamat kita, Yesus Kristus.  Ada yang merayakannya secara offline dengan jumlah yang sangat terbatas dan ada yang secara online, tentu tidak semeriah dengan tahun-tahun sebelumnya. Suasana Natalpun masih sangat terasa sampai sekarang hingga berakhirnya masa Natal secara Liturgi pada Pasta Penampakkan Tuhan.

Saat  ini kita dihadapkan pada suasana hidup yang mengantar kita kepada refleksi sederhana, akankah Yesus lahir dalam rumah kita? Atau, apakah terjadi Natal di dalam rumah kita? Pertanyaan ini adalah ajakan bagi kita untuk mencari dan mencoba menemukan makna Natal di balik peristiwa hidup yang kita alami. Kita tahu bahwa kedatangan Yesus ke dunia sebagai manusia telah dinubuatkan jauh sebelumnya. Kelahiran-Nya ke dunia adalah rancangan Allah yang besar untuk menyelamatkan manusia ciptaan-Nya yang terbelenggu oleh dosa. Tak dapat dibayangkan betapa besar kasih Allah akan manusia sehingga Ia rela dan mau menjadi manusia bahkan lahir di dalam sebuah keluarga sederhana, dan dilahirkan di kandang domba. Jelas sekali bahwa Yesus tidak dilahirkan di dalam sebuah rumah, dalam arti rumah yang layak. Ia lahir dalam keluarga Yusuf dan Maria tetapi di dalam kandang hewan.

Walaupun demikian, kelahiran-Nya adalah suka cita yang besar. Kedatangan-Nya ke dalam dunia menjadi kegembiraan yang luar biasa bagi dunia. Inilah kasih Allah yang paling nyata bagi dunia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).

Kutipan Injil Yohanes ini mau menggambarkan bahwa Yesus yang dinubuatkan itu lahir di dalam keluarga dan kelahiran-Nya membawa kepastian yakni hidup kekal di dalam Dia, yakni Yesus Kristus. Untuk itu, hati yang penuh syukur adalah cara termulia untuk mencoba membalas kasih-Nya, meski Allah tidak menuntut pembalasan dari kita. Tugas kita adalah berusaha sedemikian rupa untuk selalu hidup dalam kasih dan kehendak-Nya seraya mewartakan kasih itu dalam kata dan tindakan kita.

Kita yang sedang dan akan selalu merayakan Natal adalah tantangan sekaligus harapan bagi kita. Kita diajak untuk menyikapi Natal ini dengan hati yang tulus dan iklas, merasakan sungguh-sungguh kehadiran-Nya di dalam rumah kita. Suka cita dan damai, kegembiraanan dan kasih persaudaraan di masa Natal ini hendaknya membawa sesuatu yang baru dan berarti bagi hidup kita. Merayakan Natal berarti merayakan sebuah kelahiran, menghadirkan hidup baru, ada semangat baru untuk selalu berjalan dalam terang kasih Allah.

Perayaan Natal tidak harus dirayakan dengan kemewahan yang berlebihan lalu melupakan kesederhanaan palungan tempat Yesus lahir dan diselimuti kain lampin. Gambaran hati kita yang sederhana, serta suasana kesederhaan rumah kita adalah tempat Yesus ‘dibaringkan’, di sanalah kedamaian dan suka cita Natal menyelimuti dan membingkai seluruh hidup kita. Natal adalah rahmat Allah yang nyata bagi kita semua. Rahmat itu menyelamatkan, rahmat yang menguduskan, yang mengantar kita kepada keyakinan bahwa peristiwa apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita akan selalu ada suka cita karena Allah hadir dan berjalan bersama kita.

Yusuf dan Maria telah mengalami peristiwa hidup yang terkadang aneh dan di luar pikiran manusia. Peristiwa kelahiran dan pengungsian ke Mesir, tentu masih ada peristiwa lainnya adalah penderitaan bathin yang tak dapat dihindari. Tetapi peristiwa itu tidak mematahkan api semangat mereka untuk percaya kepada Allah yang memanggil dan memilih mereka sebagai alat di tangan-Nya melahirkan Sang Penebus bagi dunia.

“Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat yaitu Kristus Tuhan di kota Daud”. Warta ini selalu diperdengarkan kepada kita kini dan di sini, kapan dan di mana saja. Tentu yang dimaksud adalah bahwa Yesus lahir di dalam suasana yang paling nyata. Harapannya adalah semoga Ia selalu lahir dalam hati kita; hati yang terbuka, hati yang sederhana, hati yang penuh suka cita, hati yang jujur, yang polos, hati yang solider, hati yang menjamin kepastian, hati yang berbelas kasih, hati yang tidak dipenuhi oleh kedengkian dan iri hari, hati yang tanpa memiliki rasa takut. Di dalam suasana inilah Natal hadir bagi kita. Ia ada di dalam “rumah hati” kita.

Oleh karena itu, mari kita kembali ke dalam rumah kita. Kita bersyukur karena Tuhan telah lahir dan hadir di dalam keluarga kita. Kita akan dan selalu berjumpa dengan Dia di dalam seluruh perjalanan hidup kita. Kita percaya bahwa kelahiran-Nya benar-benar membawa suka cita dan kegembiraan bagi kita. Hal ini hanya akan terjadi kalau Natal ada di dalam keluarga kita, Yesus lahir di dalam rumah kita.

Romo Ignasius Tamo Ama, CSsR, Pengajar STKIP Weetebula, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini