MENGAPA PEMIMPIN VISIONER SUKSES MENANGANI KRISIS

214
A.M. Lilik Agung, Kontributor, Trainer bisnis, Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM

HIDUPKATOLIK.COM – MUSIM semi nan hangat. Pada garasi sebuah rumah, bertanggal 4 April 1975. Orang muda brilian itu mewartakan kepada dunia tentang visi perusahaan yang didirikan, “A computer on every desk and in every home.” Orang muda itu, Bill Gates. Perusahaan yang didirikan bersama Paul Allen, disebut Microsoft. Kelak sejarah mencatat, apa yang menjadi visi besar Bill Gates terwujud adanya. Bisa dikatakan setiap rumah hari ini ada komputer. Sejarah juga mencatat, Bill Gates merupakan orang paling tajir  terlama di dunia. Microsoft selama puluhan tahun ditabalkan sebagai salah satu perusahaan bernilai tertinggi di planet ini.

Bill Gates merupakan contoh pemimpin visioner paripurna. Membicarakan kepemimpinan visioner alhasil wajib hukumnya untuk menyertakan Bill Gates. Dalam konteks Indonesia, Hasnul Suhaimi menjadi salah satu tokoh menonjol contoh pemimpin visioner. Ketika didaulat menjadi pemimpin tertinggi XL pada September 2006, ia memiliki visi pribadi yang sederhana: 123. Artinya, XL harus menjadi nomer satu dalam kualitas jaringan. Jika pelanggan memakai XL, ia bisa melakukan komunikasi dengan lancar dimanapun ia berada. XL nomer dua dalam jumlah pelanggan dan dicapai dalam tiga tahun. Ternyata visi pribadi Hasnul harus diperbaiki menjadi 122, karena pencapaiannya bisa dipercepat menjadi dua tahun.

Kepemimpinan visioner menjadi relevan ketika dunia diterjang pandemi. Mayoritas kinerja organisasi dalam posisi terjerembab. Sebagian terjerembab tidak mampu bangkit lagi. Sebagian yang lain tertatih-tatih untuk bangkit dan mencoba menjadi sehat kembali. Sebagian lainnya cepat siuman dan berlari kencang menyongsong masa depan yang justru lebih baik dibanding sebelum pandemi. Menuju organisasi sehat ataupun berlari kencang untuk sukses berkelanjutan, diperlukan pemimpin visioner.

Adalah Prof. Burt Nanus yang mempopulerkan wacana kepemimpinan visioner. Lewat buku yang terbit tahun 1992 “Visionary Leadership,” Prof. Nanus mengabarkan bahwa visi merupakan kunci menuju kepemimpinan yang sukses. Mengapa demikian? Karena dalam visi terkandung tiga hal utama.

Pertama, menghasilkan komitmen dan memberi motivasi kepada warga organisasi. Pandemi covid menyebabkan banyak perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan karyawan. Namun ada sejumlah pengusaha yang tetap mempertahankan karyawannya. Salah satunya, Nurhayati Subakat, pendiri Wardah Kosmetik. “Sebagai pengusaha kita tak boleh hanya memikirkan diri sendiri. Tapi kita memiliki tanggung jawab sosial kita. Salah satunya terhadap karyawan yang telah bekerja dengan kita,” ujarnya saat Dialog Ranah dan Rantau bersama pengusaha dari Minangkabau yang digelar Minang Diaspora.

Ada dua belas ribu karyawan yang bekerja di PT Paragon Technology and Innovation, induk usaha Wardah Kosmetik. Dengan pandemi yang panjang, sementara permintaan kosmetik turun signifikan, kinerja Paragon tentu ikut terjerembab. Namun visi besar Nurhayati Subakat untuk tetap mempertahankan karyawannya merupakan sebuah strategi yang brilian. Setelah pandemi, dapat dipastikan karyawan Paragon semakin berkomitmen terhadap perusahaan dan memiliki motivasi tinggi untuk berkontribusi optimal kepada organisasi.

Kedua, visi menentukan standar-standar keberhasilan. “Kitabisa.com lahir dari gabungan perbuatan baik, kreatif, dan tekad kuat,” kata M Alfatih Timur  (Timmy), pendiri kitabisa.com. Di awal berdiri 2013, Timmy mengaku jarang sekali investor melirik platform kewirausahaan sosial. Banyak yang menganggap, kewirausahaan sosial adalah proyek sesaat dan bersifat karitas belaka.

Seiring berjalannya waktu, kitabisa.com terus tumbuh dan sejak 2017,  konsep berdonasi mudah diakses melalui platform. Dengan menggunakan teknologi informasi terkini, Timmy membuat konsep “menjemput bola” bantuan. Platform tersebut  mempertemukan mereka yang membutuhkan bantuan dan pemberi donasi dalam satu wadah. Tahun 2018 setahun setelah platform diluncurkan, kitabisa.com telah menyalurkan lebih dari Rp 500 miliar bantuan bagi pihak yang membutuhkan. Per 15 Mei 2020, donasi melawan covid lewat kitabisa.com terkumpul Rp 130 milyar. Terbesar dibanding lembaga sosial manapun dalam mengumpulkan donasi melawan covid. Ide cemerlangnya mengantarkannya mendapat penghargaan kategori wirausaha sosial di bawah usia 30 tingkat Asia versi Majalah Forbes. (kontan.co.id)

Cita-cita Timmy sederhana. Siapapun yang ingin berdonasi dipermudah. Pun pihak yang mencari donasi, gampang menemukan donatur. Kitabisa.com merupakan jembatan antara pemberi dan pencari donasi. Sebuah konsep yang tidak rumit untuk dipahami. Itulah standar keberhasilan yang dipatok oleh Timmy. Standar keberhasilan yang menjadi pondasi kokoh bagi Timmy untuk mewujudkan visi besarnya, satu wadah untuk menghubungkan jutaan kebaikan.

Ketiga, visi menjembatani masa sekarang dan masa depan. Personal (organisasi) ingin berhasil secara maksimal. Keberhasilan yang diraih bisa bersifat jangka pendek dan terjadi pada saat ini. Namun personal (organisasi) tetap ingin berhasil dalam jangka panjang. Istilahnya sukses berkelanjutan. Visi ini yang membantu tidak hanya sukses pada masa kini, namun juga memikirkan keberhasilan masa depan.

Dampak pandemi dirasakan Anne Avantie. Pameran dan butiknya harus tutup. “Saya sadar ini kondisi sangat sulit dengan tak punya pemasukan sama sekali. Tapi, saya seperti dibisikkan Tuhan untuk melihat keadaan ini dengan cara lain,” kata Avanti. Akhirnya, Anne Avantie memutuskan semua karyawan membuat APD untuk disumbangkan ke rumah sakit. Anne mengatakan, tak ada untung rugi dalam memberi. “Karena kita akan selalu untung (saat memberi),” tuturnya.

“Berhenti melakukan hal berlebihan untuk diri sendiri. Cantik, ada batas. Kesenangan, ada batas. Pertanyaan besarnya adalah bagaimana kita bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang,” ujarnya. Masa pandemi dimaknai Anne Avanti sebagai periode mengisi ulang diri. “Memberi ruang untuk Tuhan masuk ke dalam hati dan berproses di dalamnya.“ (liputan6.com, 27 Juni 2020)

Aneka keberhasilan sudah diraih Anne Avanti.  Mirip dengan Nurhayati Subakat, bisnis yang ditekuni Avanti selama pandemi mengalami penurunan signifikan. Justru ketika dibawah tersebut, Avanti menunjukkan dirinya sebagai manusia otentik. Berbagi dan respek kepada orang lain. Secara tidak sengaja Anne Avanti membuat jembatan bagi dirinya untuk lebih sukses pada masa depan. Mari kita lihat bagaimana nanti karya-karya Anne Avanti justru semakin populer sesudah pandemi. Semesta akan mendukung dirinya.

A.M. Lilik Agung, Kontributor, Trainer bisnis, Mitra Pengelola GaleriHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di: lilik@galerihc.com

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini