Harapan di Tengah Pandemi

122
Uskup Agats-Asmat Mgr Aloysius Murwito OFM

HIDUPKATOLIK.COM – Yes. 40:1-5, 9-11; Mzm. 85:9ab-10, 11- 12, 13-14; 2Ptr. 3:8-14; Mrk. 1:1-8

DALAM budaya suku Asmat yang terletak di Papua Selatan, terdapat pelbagai macam pesta. Salah satunya adalah Pesta Ulat Sagu yang dalam bahasa Asmat disebut “ Pesta Ann”. Tujuan pesta ini adalah pulihnya kembali tali persaudaraan antarmereka bahkan dengan warga kampung lain yang sempat tercederai oleh pertengkaran, pertikaian bahkan tindak kekerasan dan pembunuhan pada masa lalu. Melalui pesta Ann mereka menginginkan suasana kekerabatan masa lalu yang kelabu, berlalu. Kembalinya hidup
baru yang ditandai oleh kedamaian dan kerukunan diharapkan terjadi lagi. Untuk itu, perlu sebuah upacara bahkan sebuah perayaan. Perlu sebuah pesta persaudaraan dengan menikmati apa yang disebut pesta ulat sagu. Menarik dalam perayaan itu adalah persiapannya.

Persiapan diawali dengan pertemuan tuatua adat di “Jew”, sebuah rumah panjang adat.
Di sekitar tungku api utama, tua-tua berunding menentukan beberapa langkah persiapan. Langkah pertama memutuskan kapan warga pergi kehutan menebang pohon sagu, melubangi pohon itu agar supaya kumbang bisa masuk dan bertelur. Beberapa minggu kemudian telur-telur kumbang itu akan menjadi ulat sagu yang siap disajikan sebagai
bahan pesta. Diputuskan juga kapan perayaan akan berlangsung. Biasanya dibuat kalender waktu yang diambil dari sebuah pelepah daun sagu muda. Setiap hari tangkai daun itu dilepaskan dari pelepahnya sehingga semakin hari daun semakin berkurang dan itu berarti pesta semakin mendekat.

Sementara menanti, di rumah adat Jew, setiap malam tua-tua berkumpul di sekitar tungku
api disertai dengan tetabuhan tifa dan nyanyian pujian atau pun ratapan. Nyanyian-nyanyian yang dilantunkan memuat kisah-kisah kebaikan Allah Sang Pencipta.

Setelah kurang lebih satu bulan, warga masyarakat pergi ke hutan mengambil ulat sagu
dan membawanya pulang ke kampung. Lalu mulailah perayaan. Pesta itu sendiri berlangsung dalam sebuah ritus. Di dalamnya terdapat semacam perayaan tobat. Sejumlah warga tampil ke depan dan mengakui kesalahannya di depan saudarasaudaranya. Ada beberapa suasana hati yang muncul pada masa persiapan menyongsong pesta Ann. Pertama, sebuah kerinduan yang muncul dari lubuk hati yang dalam akan datangnya hidup
baru. Retaknya hubungan persaudaraan akibat pertikaian perlu diakhiri. Untuk itu dibutuhkan sebuah pengakuan kesalahan dan pertobatan serta pengampunan. Hidup dalam keharmonisan yang indah di bawah Sang Pencipta langit dan bumi merupakan sebuah harapan masa depan mereka.

Sama seperti persiapan Pesta Ann, Masa Adven adalah masa persiapan menyambut kedatangan Tuhan. Ia menyatakan simpati dan solidaritas-Nya kepada kita yang sedang terpuruk oleh pelbagai penderitaan. Saat ini pandemi dengan segala dampaknya mengancam hidup kita. Kematian, kehilangan pekerjaan, dan kebangkrutan tengah
dihadapi. Dalam pergulatan itu, kita merindukan sebuah pertolongan yang segera datang.
Sesungguhnya pertolongan itu telah hadir di dalam hidup dan bekerja dalam diri kita. Di tengah kabar buruk masih terselip warta sukacita. Kami yang tinggal di pedalaman Papua di tengah kekurangan sarana mengalami uluran kasih dari banyak saudara di Jakarta dan tempat lain yang mengirimkan masker, vitamin, alat pelindung diri, agar kami tidak
tertular virus. Sungguh kasih yang luar biasa. Di lain pihak, ada perusahaan farmasi yang menjual perusahaannya agar karyawan tidak di-PHK, lalu ada pengusaha yang tidak mem-PHK walaupun merugi demi karyawannya bisa bertahan di tengah pandemi.

Harapan itu bukan sia-sia tetapi nyata. Kita diajak untuk tidak berputus asa. Firman Tuhan hari ini meminta kita untuk membuka mata seperti Nabi Yesaya, “Lihat, itu Tuhan Allah, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa” (Yes 40:9c-10a). Kepada kita yang gelisah dan cemas akan keadan, melalui Nabi-Nya Tuhan bersabda agar supaya kita memiliki ketenangan hati dan percaya bahwa keterpurukan hidup kita akan berakhir (bdk. Yes 40: 1-2b ).

Dalam Masa Adven ini kita diajak bangkit menumbuhkan iman kepercayaan kita dan membaharuhi sikap hidup kita. Iman dan tobat seperti diserukan oleh Yohanes Pembaptis. Seperti saudara kita di Asmat, di tengah keprihatinan akan relasinya dengan sesama merindukan kembali hidup yang harmonis dan rukun. Demikian pun kita dalam Masa Adven ini diharapkan memiliki iman yang yang teguh, kasih yang membara, dan harapan yang kuat bahwa virus korona akan berlalu. Tuhan yang kita nantikan itu adalah Tuhan yang
Mahakasih. Di mana ada kasih di situ Tuhan hadir dan menyatakan diri-Nya kepada kita.

Mgr. Aloysius Murwito, OFM Uskup Agats

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini