HIDUPKATOLIK.COM – HAMBA dalam pandangan manusia seringkali identik dengan seorang pelayan bahkan mungkin pembantu. Dalam status sosial, kedudukan mereka lebih rendah bahkan seringkali dianggap remeh dan diperlakukan secara sewenang-wenang.
Namun tidak bagi Yesus yang kemudian diikuti oleh para Rasul dan dalam diri seorang Paus, para uskup, para imam dan seluruh umat Katolik. Hamba justru mendapat tempat istimewa dalam setiap pengajaran dan tindakan Yesus. Bahkan Yesus sendiri dalam banyak perumpaan menjadikan diri-Nya serupa dengan seorang hamba.
Sebuah pemandangan menarik ketika Paus Fransiskus bersama 13 kardinal baru yang dilantik pada tanggal 28 November 2020 mengunjungi Paus Emeritus Benediktus XVI sekaligus memperkenalkan para kardinal yang baru untuk sharing dan mendapatkan peneguhan dari Paus Emeritus Benediktus XVI (29 November 2020).
Paus Fransiskus sebagai pemimpin Gereja Katolik dengan senyum tulus mendekati Paus Emeritus Benediktus XVI, mengulurkan tangan kasih dalam satu jabat erat persaudaraan dan mencium tangan Paus Emeritus Benediktus XVI.
Tindakan Paus Fransiskus ini nampak sederhana dan mungkin bagi kebanyakan orang adalah hal biasa dan wajar yang wajib dilakukan oleh seorang “junior” kepada “seniornya.” Namun bagi saya ini adalah hal luar biasa karena hampir jarang dilakukan oleh yang namanya pimpinan meskipun seorang Katolik.
Ciuman adalah lambang persaudaraan, penghormatan, penghargaan, ketaatan namun juga sebuah kerendahan hati. Bahwa jabatan yang melekat adalah sebuah pelaksanaan fungsi pelayanan. Artinya jabatan yang melekat dalam diri Paus Fransiskus bukan jabatan sebagai seorang “bos” melainkan sebagai seorang hamba atau pelayan yang melayani dengan tulus, setia dan penuh kasih persaudaraan.
Semangat seorang hamba atau pelayan dalam diri Yesus Kristus dan juga dalam diri para tokoh agama Katolik terutama seperti yang dilakukan oleh Paus Fransiskus terhadap Paus Emeritus Benediktus XVI menegaskan dengan jelas bahwa;
“Nilai tertinggi atau kemuliaan seorang pemimpin adalah menjadi seorang hamba atau pelayan yang melayani dan bukan dilayani dan rela berkorban untuk kawanannya” (Bdk. Mat 20:28; Yoh 10:1-10; Yoh 15:13).
Maka ketika seseorang dipanggil sebagai pemimpin atau bahkan imam besar, sejatinya dia harus menyadari bahwa dia adalah seorang hamba yang melayani dan bukan dilayani. Itulah kemuliaan seorang pemimpin.
RP Yohanes Kopong Tuan, MSF, Misionaris di Keuskupan Novaliches, Filipina