Dipanggil Hidup Bahagia

2746
Mgr. Ch. Tri Harsono

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu Biasa XXXI Hari Raya Semua Orang Kudus Why. 7:2-4,
9-14; Mzm. 24:1-2, 3-4ab, 5-6; 1Yoh. 3:1-3; Ma.t 5:1-12a

SETIAP 1 November segenap umat Katolik diajak merayakan Hari Raya semua orang Kudus, yaitu saudara kita yang sudah mendapatkan hadiah kemuliaan, hidup bersama Allah di surga. Kita memang mempunyai hari peringatan bagi mereka yang dikanonisasi. Namun, begitu banyak dari mereka yang telah menjadi orang Kudus, tetapi tidak atau belum diberi gelar khusus oleh Gereja. Justru mereka inilah sebenarnya berjumlah cukup besar. Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang dalam Injil menurut Matius disebut Yesus sebagai “orang-orang yang berbahagia” (mungkin kita juga yang nanti kelak), bukan hanya yang sesudah dipanggil Allah, melainkan yang saat sekarang pun sudah bisa merasakan kebahagiaan di dalam hidup di dunia ini.

Perayaan saat ini, paling tidak mempunyai empat makna bagi kita, yakni: pertama, memiliki harapan dan keyakinan, bahwa bukti Allah, Surga, dan kehidupan kekal itu ada; Kedua, adanya sungguh kesatuan Allah dan manusia (secitra dengan-Nya); Ketiga, membangkitkan semangat kepada kita, banyak orang kudus di surga siap mendoakan atau
berkomunikasi dengan kita untuk menuju bahagia, seperti mereka; Keempat, mendorong kita untuk mengupayakan hidup kudus di dunia ini dengan cara selalu mensyukuri dan berbahagia atas segala yang diberikan oleh Allah melalui kasih dan pelayanan kepada sesama.

Bacaan saat ini menegaskan hal penting untuk sungguh percaya kepada Allah dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ini adalah makna bahagia sesungguhnya. Kita semua dipanggil untuk berbahagia bersama-Nya. Ini sungguh hanya dapat diraih jika kita beriman kepada Tuhan kita Yesus Kristus, dan mengikuti teladan-Nya. Tidak pernah ada teladan dari Allah untuk manusia yang sesempurna seperti yang Kristus berikan sebab Dia sungguh Allah dan sungguh manusia, bukan Nabi atau Rasul. Dialah yang senantiasa mendorong kita untuk berbahagia di tengah segala situasi apapun dan bagaimana pun, dalam hidup
kita sehari-hari.

Teladan hidup-Nya sering tampak bertentangan dengan kehidupan di dunia ini, karena kehidupan di dunia bukanlah tujuan dan akhir dari segalanya. Kebahagiaan yang Yesus tawarkan justru berbeda dengan yang ditawarkan oleh dunia. Misalnya, berbahagialah yang miskin dan berdukacita. Namun di sinilah, Kristus telah membuktikan dan memberi
teladan dengan sempurna kepada kita semua, serta orang Kudus yang saat ini ada di Surga.

Tawaran kebahagiaan Yesus memang tidak mudah dan mengandung konsekuensi bahwa
kebahagiaan yang ingin kita raih hendaknya diupayakan selaras dengan kehendak Allah,
yaitu bukan hanya mengandalkan kemauan dan kemampuan pribadi. Jika tidak selaras dengan Allah dapat dipastikan hanya sia-sia belaka. Inilah yang perlu kita ketahui bahwa kehendak Allah selalu yang terbaik dalam hidup kita.

Bagaimana kita mengetahui kehendak Allah? Kehendak Allah dapat diketahui bila kita dekat dengan-Nya. Dekat dengan Allah berarti sungguh bergantung dan bersama di jalan-Nya. Maka andalkanlah Allah dalam segala situasi apapun di dalam kehidupan kita. Tidak ada kekuatan dan kuasa yang lebih besar selain Dia.

Saat inilah Tuhan Yesus menyediakan suatu logika dan teladan baru, yakni Salib. Dalam salib, Tuhan sedang mengerjakan kebahagiaan untuk kita. Memilih Salib atau tidak juga adalah keputusan bebas kita, namun salib merupakan bukti nyata Yesus mengalahkan maut, naik ke surga, dan menawarkan kebahagiaan kekal. Tanpa Salib, kita tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya, seperti yang telah diraih oleh para
Kudus yang mengikuti teladan iman Kristus.

Berbahagia tanpa menerima salib adalah suatu kesombongan dan kesalahan besar orang
beriman masa kini. Pengikut Yesus Kristus yang sejati sadar bahwa tanpa salib, kebahagiaan yang dialami merupakan semu belaka. Dengan menyadari panggilan Yesus ini, kita telah mengecap kebahagiaan abadi yang Yesus tawarkan bagi kita. Kebahagiaan itu bukan janji untuk masa depan kelak, tetapi sudah dapat dirasakan sekarang ini juga.

Maka kita jangan terlalu sombong akan kekuatan diri sendiri atau bergantung pada kekuatan lain, selain Allah. Hendaknya kita rendah hati juga menghormati para Kudus yang telah menerima dan melaksanakan bimbingan Allah. Kita semua dipanggil untuk hidup sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus, seperti yang dihayati oleh mereka. Inilah yang telah dialami oleh semua orang kudus semasa hidup mereka. Semoga mereka juga sudi
mendoakan kita, dan dapat seperti mereka saat ini, namun kita juga harus percaya akan anugerah Allah ini.

Mgr. Ch. Tri Harsono, Uskup Purwokerto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini