Mengasihi Allah dalam Sesama

453
Mgr Edmund Woga CSsR Uskup Weetebula

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu Biasa XXX Kel. 22:21-27; Mzm. 18:2-3a, 3bc-4, 47, 51ab; 1Tes. 1: 5c-10; Mat. 22: 34-40

PERNYATAAN Matius 22:37-4 adalah jawaban Tuhan Yesus atas pertanyaan ahli Taurat tentang perintah terutama dalam Kitab Musa. Ahli Taurat bertanya untuk mencobai Tuhan
Yesus yang pada hari sebelumnya membungkam orang-orang Saduki. Mereka juga mencobai Yesus dengan pertanyaan tentang kebangkitan orang mati. Kelompok orang Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati mendapatkan jawaban argumentatif yang jitu dari Tuhan Yesus, bahwa di akhir zaman tidak ada lagi urusan
kawin-mawin, siapa berpasangan dengan siapa, karena orang akan hidup seperti malaikat di surga, apalagi – dan inilah argumen pokok – Allah yang kita imani bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup (Mat. 22: 23-33).

Dengan jawaban di atas ditekankan bahwa hukum yang terutama dan pertama adalah
mencintai Allah dan mengasihi sesama. Dalam hukum Musa terdapat sangat banyak (248)
perintah dan (365) larangan. Apakah semua perintah dan larangan ini sama posisinya, ataukah ada yang menjadi yang terutama dan terpenting yang harus mendapatkan perhatian istimewa.

Jawaban Tuhan Yesus mengiyakan adanya presedensi dan gradasi kepentingan dalam
hukum Taurat. Memang agak susah bagi orang kebanyakan untuk melihat dan mempersatukan hukum yang terutama ini, karena perintah untuk mengasihi Allah – sebagai perintah terutama dan pertama – terdapat dalam Ulangan 6:5, sedangkan perintah untuk mengasihi sesama – perintah kedua namun sama utamanya dengan yang pertama – terdapat dalam Kitab Imamat 19:18. Mestinya orang Farisi dan ahli Taurat yang sudah tahu mengenai hal ini mengajarkan kepada umat Yahudi, namun rupanya mereka tidak mau
dibebani dengan perintah terutama ini.

Dengan jawaban seperti di atas, Tuhan Yesus tidak hanya menyatukan ke dua hukum
terpenting ini, tetapi juga menegaskannya kembali kepada orang Farisi dan para ahli Taurat untuk disampaikan kepada umat, baik dengan nasihat, tetapi lebih-lebih dalam perbuatan kasih. Untuk maksud ini, Tuhan Yesus berkeliling di tanah suci sambil berbuat baik. Bagi Tuhan Yesus kedua hukum ini bukan hanya terutama dan pertama, tetapi lebih-lebih bahwa dalam kedua hukum ini tercakup segala perintah dan larangan yang ada di dalam hukum Taurat dan Kitab para Nabi. Tanpa cinta kasih tak akan ada satu pun perintah dan larangan dapat sungguh-sungguh terpenuhi, karena kasihlah yang menyempurnakan segala pelaksanaan hukum. Tuhan Yesus mempersatukan cinta kepada Allah dan kepada sesama baik dalam kata maupun dalam tindakan.

Bacaan Pertama hari ini dari Kitab Keluaran adalah tindakan konkret Allah untuk menunjukkan pentingnya pengamalan cinta dan belas kasih terutama kepada orang yang
tersisihkan, kecil, lemah dan miskin dalam kehidupan masyarakat, yang sekaligus menjadi
dasar dari segala tindakan kasih manusia bahwa Allahlah yang lebih dahulu mencintai manusia (1 Yoh. 4:19). Karena Allah mencintai manusia dengan segenap hati, jiwa, akal-budi dan dengan memberikan seluruh Diri-Nya seperti terungkap dalam Diri Putera-Nya, maka kita manusia pun berusaha untuk meneladani perbuatan kasih Allah.

Sebagai orang Kristiani kita berbangga, bahwa pernyataan Tuhan Yesus di atas diwariskan
secara meyakinkan dari generasi ke generasi para murid Yesus di dalam Gereja. Sehingga seluruh dunia tahu bahwa pesan ‘mengasihi Allah dan mengasihi sesama’ adalah hukum yang terutama dan pertama, dan hingga kini menjadi tanda pengenal dalam kehidupan dan keberadaan orang Kristiani. Syukur kepada Allah, jika semakin banyak orang yang terkagum-kagum menyaksikan pengejawantahan pesan ini dalam keseharian hidup umat Kristiani, sehingga siapa saja yang membuka diri terhadap Injil, dia mendapatkan kegembiraan ilahi (1 Tes. 1: 6). Amin.

Mgr. Edmund Woga, CSsR, Uskup Weetebula

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini