Raih Bahagia Sejati

155
(Alm) Mgr. Vincentius Sensi Potokota

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu Biasa XXVIII Yes. 25:6-10a; Mzm. 23:1-3a, 3b-4, 5, 6;
Flp. 4:12-14, 19-20; Mat. 22: 1-14 (Mat. 22:1-10)

MAKNA terdalam dari sebuah perjamuan pesta terletak bukan pada makanan yang
mewah, tetapi pada bahagia perjumpaan dengan tuan pesta dan di antara para pesertanya.
Karena perjumpaan yang sejati menghadirkan nilai-nilai yang bersifat lestari.

Maka undangan berkali-kali untuk datang ke perjamuan pesta nikah dalam perumpamaan
Yesus (Mat.22,1-14), bermakna urgensi untuk meraih makna kebahagiaan yang mahal harganya. Bukankah manusia hidup untuk mencari kebahagiaan yang paling sejati? Pencarian dipicu terutama oleh kesadaran dari kedalaman nurani, bahwa keluhuran martabat manusia tidak sepantasnya dipuaskan hanya oleh pemenuhanpemenuhan duniawi, apalagi murahan (Mat. 22,5). Karena manusia memang dipanggil Allahnya
untuk memiliki kebahagiaan Ilahi yang bersifat abadi, yang hanya ada dalam Kerajaan Allah.

Pertanyaan penting ialah bagaimana mencapainya? Prinsip-prinsip apa yang harus dipegang? Dan apa saja pedoman arah dari si empunya perumpamaan?

Pertama-tama, firman Allah hari ini mencatat, bahwa meraih bahagia sejati itu adalah proses kerjasama dua arah. Allah pada satu pihak bermurah hati mengudang terus-menerus dengan kesabaran dan kesetiaan yang mengatasi jangkauan akal budi sehat; dan dipihak yang lain manusia menanggapi sebagai pribadi berdaulat yang dihargai oleh Allah. Mestinya Allah bisa menggratiskan segalanya, tetapi Dia menghendaki partisipasi bebas manusia, sampai sendiri bisa menyimpulkan: “Sesungguhnya inilah Allah kita yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan” (Yes. 25,9a), dan berkenan menganugerahkan bahagia sejati.

Selanjutnya, Tuhan tahu sejak tercemar dosa, manusia sangat rentan pada belenggu kekayaan dan kesenangan duniawi. Akibatnya undangan Allah disepelekan dan tawaran bahagia hidup sejati disia-siakan (Mat. 22,5-6). Syukur, Allah takpernah hilang akal atau habis kesabaran-Nya. Ia tidak akan membatalkan undangan kasihNya. Bahkan tidak tanggung-tanggung mengirim undangan “VVIP” termahal, dalam diri Putera Tunggal-Nya, Yesus Kristus (Yoh. 4,9).

Tindakan kemurahan hati Tuhan tidak perlu diragukan. Apapun risikonya, Ia menghendaki
agar pesta bahagia yang mewah disiapkan bagi manusia, citra-Nya, untuk dinikmati sejak di dunia ini, dan kelak di ruang dan waktu yang abadi (Mat. 22,9-10). Di sinilah pula letak jaminan jalan meraih bahagia sejati. Mengutamakan undangan Allah, karena kasih kemurahanNya akan selalu ada. Hanya orang malang yang menyia-nyiakan kepastian jaminan ini, dan akan dicampakan ke dalam kegelapan yang paling gelap (Mat. 22,13).

Karena itu, bersama Rasul Paulus siapapun yang percaya boleh meyakini dengan optimis,
bahwa segala perkara dapat kita tanggung berkat kemurahan hati Allah yang menguatkan
langkah menuju bahagia sejati (Filp. 4,12-13). Berbahagialah orang yang mengutamakan selalu undangan Allah, karena akan meraih bahagia sejati, bersama Yesus Kristus jalan, kebenaran dan hidup.

Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Uskup Agung Ende

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini