HIDUPKATOLIK.COM-TAHUN 2008, Wahana Visi Indonesia (WVI) telah masuk ke Kabupaten Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT). Yayasan sosial kemanusiaan yang membantu kehidupan anak-anak, keluarga, dan masyarakat yang masih hidup dalam taraf kemiskinan ini telah mendedikasikan diri untuk melayani masyarakat yang paling membutuhkan tanpa membedakan agama, ras, etnis, suku, dan gender.
Di Maumere, WVI telah menyapa hampir sebagian besar masyarakat. Sejak kehadiran badan amal ini, banyak orang telah merasakan bantuannya. Tentu suksesi ini tak lepas dari kerja sama lintas organisasi kemasyarakatan dan Gereja. Demi mencapai sasaran yang dimaksud-mereka yang rentan, WVI menggandeng Gereja dalam hal ini Pusat Pastoral (Puspas) Keuskupan Maumere.
Tahun 2020, situasi masyarakat menghadapi goncangan pandemi, WVI terus mengembangkan layar pelayanan. Sejak April-September, Puspas mengambil peran strategis dalam mengimplementasikan program WVI tidak saja di delapan paroki (Maumere, Nita, Wairpelit, Sikka, Lela, Bloro, Kloangpopot, Habibola) tetapi juga beberapa program sudah menjangkau 36 Paroki yang ada di Keuskupan Maumere.
Untuk melihat partisipasi aktif program selama enam bulan ini, WVI- Puspas menyelenggarakan kegiatan Evaluasi dan Selebrasi Program yang dilaksanakan pada Kamis-Sabtu, 17-19/09/2020 bertempat di Kherubim Center Hall.
Kegiatan ini mendapat respon positif tidak saja dari khalayak, tetapi juga dari pihak Gereja khususnya dari Vikaris Jenderal Keuskupan Maumere Pastor Telesforus Jenti, O. Carm. Dalam pembukaan kegiatan itu, Pastor Jenti mengatakan butuh kerja sama antar semua lini agar setiap orang dapat merasakan manfaat penting dari program ini.
“Kerjasama ini dibangun dengan sangat baik dan memberi dampak positif bagi anak-anak dan masyarakat. Selama enam bulan terakhir melihat konteks masalah saat ini maka kerja sama ini lebih fleksibel untuk merespon situasi pandemi,” sebutnya sambil menambahkan, WVI dan Pupas telah menjadi “mata hati” untuk menanggapi permasalahan sosial kemasyarakatan yang menjadi bagian dari harapan dan keprihatinan Gereja.
Saat ini, ada beberapa program intervensi yang sudah dijalankan selama enam bulan yaitu: pengadaan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi tentang pencegahan Covid-19 bagi 36 paroki; sosialisasi respon Covid di masa new normal untuk para pastor Keuskupan Maumere; kebun gizi keluarga bagi delapan paroki; peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pengadaan sarana cuci tangan pakai sabun; penyediaan media pola asuh dan lembar aktivitas anak usia dini bagi 36 paroki; kerja sama dengan pemerintah dalam hal ini Gugus Tugas untuk pencegahan Covid-19; dan peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli lalu.
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat, WVI akan mengakhiri pelayanannya di Kabupaten Sikka tahun 2021 mendatang dan ada harapan kerja sama dengan Puspas terus berlangsung demi kebahagiaan semua orang.
“Saya bersyukur untuk jalinan kerjasama WVI-Puspas selama ini. Model kemitraan seperti ini dilakukan untuk menunjang pendampingan anak dan keluarga agar anak-anak Sikka lahir dari keluarga yang dipersiapkan dan tumbuh dengan optimal. Mari kita tetap lakukan yang terbaik sekalipun di tengah keterbatasan ini.”, ujar Abner R. Sembong, Manager WVI Sikka.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini dihadiri kurang lebih 110 orang baik itu para kepala paroki, perwakilan atau utusan Dewan Pastoral Paroki, penerima manfaat kebun gizi, pendampingan SEKAMI. “Saya melihat kerjasama WVI-Puspas selama 6 bulan ini sudah berjalan sangat baik. Untuk kebun gizi, ada keluarga yang sudah menanam dan hampir panen. Untuk lembar aktivitas anak usia dini, respon anak-anak sangat baik, mereka sangat senang terutama untuk lembar mewarnai,” ujar Ibu Erni, utusan dari Paroki Bloro.
Yuven Fernandez (Maumere)