Agar Teriakan Merdeka Terus Menggema di Pulau Nukaha

482
Bupati KKT Petrus Fatololon dan isteri bersama rombongan merentangkan bendera merah putih di pulau Nukaha/Dok. Humas KKT

HIDUPKATOLIK.COM-MENGAGUMKAN. Kalimat ini mewakili perasaan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di Kecamatan Fordata, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), saat Merah Putih dikibarkan oleh Pemuda Katolik Komisariat Cabang (Komcab) KKT di pulau Nukaha, bersama perangkat pemerintahan, TNI/Polri, dan masyarakat sekitar di sebuah pulau yang berada di Timur pulau Fordata, gugusan kepulauan Tanimbar.

Kegiatan ini dalam rangka memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75, Senin, 17/8/2020. Tidak main-main, bendera berukuran 275 meter ini dibentangkan di pesisir pantai pulau berpasir putih itu. Sambil berjalan terdengar teriakan merdeka di seantero sudut pulau itu.

Rasanya damai. Adegium, “matahari terbit dari timur” seakan mau menjelaskan di pulau Indonesia Timur ini, “Indonesia harusnya merdeka lebih dahulu dari wilayah lainnya.” Sayang adegium ini belum terealisasi? Di sana-sini infrastruktur di Indonesia Timur masih compang-camping. Semoga tidak lagi.

Membelalak! di pulau di mana Sang Saka Merah Putih berkibar-pulau Fordata dengan enam desa masih tertinggal jauh dari infrastruktur. Pulau ini dan pulau-pulau lain di KKT masuk kategori pulau terluar, padahal keindahannya bisa menandingi pulau-pulau lain di Indonesia Bagian Barat. Yakinlah, listrik belum masuk di daerah ini. Masyarakat hidup dengan mesin genset dengan swadaya bensin yang melejit tak menentu di toko-toko akar rumput. Lagi-lagi ikat pinggang perlu dieratkan agar bisa “bernafas” meneriakkan “merdeka” di Pulau Fordata, apalagi Nukaha.

Sentuhan Merah Putih

Apapun itu keluh kesah, pastinya ada suasana indah. Dalam haru alam ciptaan yang terbentang di depan mata, ditambah lautan biru dengan sejuta keindahannya membuat Merah Putih pantas terekat di sini. Daratan Eksotis, pulau “perawan” yang belum tersentuh itu, warna kebanggaan bangsa terbentang. Gerak siap, hormat bendera, menjadi satu di tengah pulau membahana itu.

Dok Humas KKT

Tidak main-main. Pengibaran bendera kali ini dihadiri orang pertama KKT Bupati Petrus Fatlolon bersama Ketua Tim Penggerak PKK KKT serta sejumlah pimpinan SKPD, TNI/Polri. Tema “Sentuhan Merah Putih dari Nukaha Untuk Tanimbar dan Untuk Indonesia” juga turut dimeriahkan masyarakat sekitar. Tak bisa lepas tangan terima kasih juga kepada pihak Desa Romean, Rumgevur, Awear, Sofyanin, Waleran, dan Adodo.

Yeri Rangkore selaku Ketua Panita menyebutkan, pengibaran bendera Merah Putih itu dilaksanakan pada pukul 10:00 WIT dengan peserta upacara terdiri dari 400 orang pemuda Katolik, Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, perwakilan TNI-Polri dari Pangkalan TNI AL Saumlaki, Batalyon Infanteri 734/Satria Nusa Samudera, dan Polsek Fordata.

Dok. Humas KKT

“Kegiatan ini untuk membina karakter kebangsaan, meningkatkan semangat nasionalisme kaum muda untuk mencintai Tanimbar dan Indonesia. Di balik itu juga mempromosikan adat dan budaya Tanimbar dan mempromosikan pulau Nukaha sebagai salah satu destinasi wisata daerah,” mengutip Yeri.

Sementara itu, Petrus Fatlolon bertidak selaku Inspektur Upacara dan tiga orang wanita selaku pengibar bendera berukuran 2,90 cm dan lebar 90 cm berasal dari OMK Paroki Hati Kudus Yesus Olilit Barat. Bupati berharap dengan memperkenalkan pulau Nukaha bisa meningkatkan pariwisata di daerah ini.

Dok. Humas KKT

Sedangkan Ketua Komcab Pemuda Katolik KKT Korneles Waturu menambahkan kegiatan Pemuda Katolik tak lain selain memperkenalkan pulau Nukaha juga sebagai bentuk dukungan Pemuda Katolik kepada pemerintah agar bisa menguatkan sisi pariwisata khususnya pulau-pulau yang indah yang menjadi komoditi KKT.

Korneles Waturu Ketua Pemuda Katolik Komcab KKT/Dok. Pribadi

“Pemuda Katolik pada dasarnya mendukung segala bentuk program pengembangan pemerintah daerah khususnya di bidang pariwsata,”sebut Neles, sapaannya.

Jaga, Biar Tegak

Menyoal memperkenalkan pulau Nukaha sebagai destinasi wisata, tentu banyak orang berharap pengibaran Bendera Merah Putih di pulau Nukaha tak sekadar aksi semata tetapi menjadi awal bagi pengembangan dunia pariwsiata di KKT.

Jangan sampai setelah teriakan merdeka di pasir putih itu, semua orang menutup mata pada pengembangannya. Ini tugas pemerintah dan semua anak daerah termasuk anak rantau untuk mengembangkan visi ini.

Pulau Nukaha, Kecamatan Fordata, Kepulauan Tanimbar/Dok. pribadi

Merdeka adalah hak segala anak bangsa, tetapi jangan sampai kemerdekaan 75 tahun ini, teriakan itu masih terdengar oleh masyarakat kecil, renang (ibu), yamang (bapak), urang (saudara perempuan) iyaan (kakak) waring (adik), itrana itwata (kakek-nenek) yang menduduki pulau itu.

Sekali berteriak merdeka, wujudnya harus terlihat. Pasir putih, tiupan angin sepoi-sepoi, satwa laut, pepohonan, dan leluhur yang mendiami pulau itu menjadi saksi teriakan bupati KKT dan perangkatnya, termasuk unsur gereja, dan TNI/Polri, masyarakat sekitar.

Saya ingat benar, Presiden Jokowi dalam amanat kenegaraan Kemerdekaan Ri ke-75 beberapa waktu lalu mengajak masyarakat, “Mari menjaga tumpuan Merah Putih di hati kita.” Menyatir pernyataan ini, pantaslah kita semua perlu “Menjaga tumpuan Merah Putih di atas pasir Pulau Nukaha yang kerapkali terkikis usapan air laut.”

Bila Merah Putih akhirnya tercabut (tak diperhatikan), ceritakanlah itu kepada anak cucu. Setidaknya pernah ada bekas panji merah putih di wilayah itu.

Yusti H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini