HIDUPKATOLIK.COM— Yohanes Bayu Samodro sebelumnya adalah Kepala Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Yayasan Hati Suci (d.h. Perkoempoelan Ati Soetji), di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sebuah Yayasan yang mengelola anak-anak terlantar yang berdiri sejak lebih dari 100 tahun lalu, yang dirintis oleh Ny Auw Tjoei Lan (Ny Lie Tjioan Tjoen, Kapitan Tionghoa di Batavia), penerima Ridder in de Orde van Oranje Nassau (penghargaan kenegaraan tertinggi di Hindia Belanda, 1935). Pendidikan S1 nya diselesaikan pada tahun 1995 dari Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FKIP Unika Atma Jaya Jakarta dan Pendidikan S2 nya diselesaikan pada tahun 2002 dari Program Magister Administrasi/Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Indonesia.
Bayu, panggilan akrabnya, tinggal bersama istri dan ke-4 anaknya di kawasan Tangerang, Banten, sebagai keluarga Katolik dari Paroki Alam Sutera, Gereja Santo Laurensius, Tangerang Selatan. Bayu sempat berkarya sebagai anggota Dewan Paroki Harian selama 2 periode (2012-2018), ikut menggagas, merintis, dan membangun Gereja tersebut hingga diresmikan berdirinya pada 2012. Selama berkarya sebagai pengurus Gereja, Bayu juga aktif melayani sebagai pengurus tingkat Dekenat Tangerang dan karya-karya lain di Keuskupan Agung Jakarta. Di samping itu, Bayu beberapa kali mewakili Gereja Katolik dalam kegiatan dan dialog-dialog lintas agama di kawasan Tangerang Selatan.
Pria yang dilahirkan di Jakarta, 48 tahun lalu ini, tergabung dalam Organisasi Pencaksilat Pendidikan Tunggal Hati Seminari – Tunggal Hati Maria (THS-THM), sebuah organisasi pembinaan dalam Gereja Katolik yang berbasis pembinaan mental-spiritual melalui pelestarian budaya leluhur bangsa Indonesia : pencaksilat. Melalui organisasi yang ditekuninya lebih dari 30 tahun ini, Bayu memperoleh kesempatan bersentuhan dengan banyak ormas-ormas Katolik, hirarki Gereja Katolik dan juga ormas-ormas Non Katolik di Indonesia.
Bayu sangat bersyukur akhirnya memiliki kesempatan berkarya sebagai pelayan masyarakat di tingkat nasional, sehingga semakin banyak memperoleh kesempatan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi umat Katolik di Indonesia. Baginya, tugas perutusan yang baru ini adalah kepercayaan yang diberikan oleh lebih dari 7 juta umat Katolik di Indonesia. Kepercayaan untuk melayani mereka agar menjadikan umat Katolik bagian integral dari Bangsa Indonesia dan turut berkiprah dalam mengembangkan manusia Indonesia yang semakin berkualitas.
Sebagai salah satu kandidat dari kalangan non-ASN ini, Bayu telah melampaui berbagai tahapan seleksi sejak April 2020. Diawali dari 22 kandidat terbaik untuk posisi Dirjen Bimas Katolik yang lolos seleksi administrasi mengikuti CAT (Computer Assisted Test), yaitu test yang biasa digunakan untuk menguji para Calon Pegawai Negeri Sipil. Bayu berada di urutan ke-3 sehingga berhak mengikuti seleksi berikutnya bersama ke-5 kandidat lainnya.
Dalam kelompok 6 kandidat terbaik ini, Bayu kemudian mengikuti seleksi berikutnya berupa penulisan makalah bertema rencana aksi yang akan dilakukan jika terpilih menjadi Dirjen Bimas Katolik. Makalah 8 halaman berjudul UT AMERIS AMABILIS ESTO (ramahlah maka kamu akan dicintai) ini menyiratkan tentang apa yang akan dilakukannya ketika menjalankan tugas sebagai Dirjen Bimas Katolik, berdasarkan semangat kerjasama sinergis antara Pemerintah RI dalam hal ini Kementerian Agama dan pihak hirarki Gereja Katolik dalam hal ini Konferensi Waligereja Indonesia sebagai representasi dari 37 Keuskupan di Indonesia. Bagi Bayu program Bimas Katolik harus senantiasa dirancang dan dilaksanakan bersama dengan Gereja Katolik, agar dapat lebih tepat sasaran dan bermanfaat bagi umat.
Setelah mengikuti Penulisan Makalah, Bayu mengikuti asesmen secara daring bersama seluruh 6 kandidat terbaik dari masing-masing posisi dalam Kementerian Agama RI, yaitu Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktur Jenderal Bimbingan Masyrakat Hindu, dan Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan. Asesmen yang dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut berlokasi di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, bagi para kandidat di Jabodetabek ini, meliputi antara lain simulasi, psikometri, presentasi program dan wawancara kompetensi.
Tahap akhir dari Seleksi adalah Wawancara bersama Panitia Seleksi dari Kemenag dan Panitia Seleksi Khusus dari tim Konferensi Waligereja Indonesia. Hasil keseluruhan proses seleksi yang telah memperoleh rekomendasi dari KASN tersebut menghantarkan Bayu masuk dalam 3 kandidat terbaik yang diputuskan salah satunya menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh TPA (Tim Peniliai Akhir) yang dipimpin oleh Presiden RI.
Bayu menjabat sebagai Dirjen Bimas Katolik menggantikan Eusabius Binsasi yang telah memasuki purnabhakti pada Juli 2019. Sebelum terpilih Dirjen yang baru, tugas-tugas administrati yang ditinggalkan Dirjen sebelumnya dilaksanakan oleh 3 orang secara bergantian, yang terakhir adalah Aloma Sarumaha, Sekretaris Dirjen Bimas Katolik. Bayu adalah Dirjen Bimas Katolik yang ke-8 atau yang ke-11 jika terhitung sejak institusi Ditjen Bimas Katolik masih berupa Bagian dari Departemen Agama.
Yulius S.
Mt pg,,,apa bisa dilayani utk pengajuan proposal utk pembangunan Gereja. Trima Kasih.
Maaf Pak. Kami tidak melayani. tks