Penutupan Permanen Sekolah Katolik Jadi “Tragedi Amerika”

325
Salah satu sekolah Katolik di Amerika Serikat| Dok. CNS

HIDUPKATOLIK.COM Penutupan permanen sekolah Katolik di Amerika Serikat (AS) terjadi selama masa pandemi. Penutupan ini dipandang Ketua Konferensi Waligereja AS sebagai “tragedi Amerika”. Mgr. José Horacio Gómez melihat jika sekolah-sekolah Katolik dibiarkan gagal dalam jumlah besar, maka akan dibutuhkan sekolah negeri dengan beban biaya sekitar US 20 miliar dolar untuk menyerap murid. “Sebuah sekolah negeri yang sudah terbebani biaya tidak boleh menanggung beban lagi,” ungkapnya.

Kehilangan ini akan menjadi tragedi Amerika sebab kembali menutup peluang bagi generasi anak yang datang dari keluarga berpenghasilan rendah. Keresahan uskup kelahiran 26 Desember 1951 ini diungkapkan dalam tulisan kolom mingguan “Angelus News”. Dalam tulisannya, Mgr. Gómez meminta bantuan pemerintah untuk membantu agar sekolah Katolik tetap dibuka. Tercatat beberapa keuskupan telah mengumumkan penutupan permanen pada akhir tahun akademik 2019/2020 akibat penurunan pendapatan yang disebabkan karantina wilayah.

Mgr. Gómez juga merujuk pesan virtual terbarunya kepada lulusan 2020 melalui laman YouTube dan dibagikan di media sosial. Ia mengutarakan doanya, “Agar kelas tahun 2020 akan dikenang sebagai generasi heroik yang menggunakan karunia pendidikan Katolik untuk mencintai, melayani dan membangun dunia lebih baik pada masa kesusahan nasional, ketika masyarakat telah terbalik oleh pandemi yang mematikan dan menghadapi ketidakpastian yang meluas tentang masa depan.” Ia juga berujar dalam doanya agar USCCB dapat bertindak untuk mempertahankan sekolah tempat mereka lulus karena saat ini sekolah Katolik menghadapi tantangan yang sangat besar.

Uskup Agung Los Angeles (2010-2011) ini mencatat bahwa Mahkamah Agung AS akan segera menjatuhkan putusan konstitusi tentang mengecualikan sekolah berbasis agama dari program bantuan beasiswa. Awalnya, kasus ini berasal dari Montana, di mana Mahkamah Agung negara bagian membatalkan putusan pengadilan tingkat satu pada tahun 2015. Keputusan konstitusi itu melarang sekolah berbasis agama menerima program beasiswa. Program ini memberikan sebanyak US 3 juta dolar per tahun dari kredit  pajak perorangan dan pebisnis yang menyumbang sekitar US 150 dolar bagi program tersebut.

Pengadilan mendasarkan keputusannya pada larangan konstitusi negara bagian untuk membelanjakan dana publik bagi pendidikan agama di bawah Amandemen Blaine. Tiga puluh tujuh negara bagian memiliki Amandemen Blaine, yang melarang pengeluaran dana publik untuk pendidikan agama. “Amandemen Blaine adalah salah satu konsekuensi warisan memalukan dari fanatisme anti-Katolik yang memalukan,” ungkap Mgr. Gómez .

Ia mengatakan Kongres dan Gedung Putih tidak bisa menunggu hasil keputusan Mahkamah Agung. “Mereka harus bertindak sekarang untuk memberikan bantuan segera untuk membantu keluarga menangani biaya pendidikan mereka dan juga untuk memperluas peluang nasional bagi keluarga miskin dan kelas menengah. Sebagai satu bangsa, sekolah swasta dan negeri sama-sama layak dan membutuhkan bantuan pemerintah di masa pandemi ini,” ungkapnya.

Mgr. Gómez menjabarkan lulusan sekolah Katolik 99 persen merupakan siswa yang luar biasa. Sekitar 86 persen diantaranya melanjutkan ke perguruan tinggi. “Sekolah Katolik memberikan nilai ekonomi yang besar bagi negara kita. Biaya per murid sekolah negeri  sekitar US 12.000 dolar per tahun. Dengan hampir 2 juta siswa sekolah Katolik, itu berarti sekolah Katolik menyelamatkan para pembayar pajak negara sekitar US 24 miliar dolar setiap tahun., “ tuturnya.

Keuskupan Agung Los Angeles sendiri memiliki sistem sekolah Katolik terbesar di negara Paman Sam. Sebanyak 80 persen dari 74.000 siswa sekolah Katolik berasal dari keluarga minoritas, dan sekitar  60 persen dari sekolah itu berlokasi di lingkungan perkotaan. “Banyak anak-anak yang kami layani, 17%, bukan Katolik,” jelasnya lagi. Dijabarkan lagi bahwa sebanyak 265 sekolah Katolik melakukan transisi yang luar biasa menjadi metode pembelajaran jarak jauh. Dalam tiga hari, hampir semua mengajar siswa secara daring. Melalui dukungan dermawan dari para donor, sekolah Katolik dapat memberi siswa lebih dari 20.000 iPad untuk belajar di rumah.

Meskipun sekolah harus ditutup selama karantina wilayah, Keuskupan Agung Los Angeles masih melayani siswa miskin dan keluarga mereka, menyediakan 18.000 makanan setiap hari. Angka ini terus bertambah menjadi lebih dari 500.000 sejak pandemi melanda. Para dermawan menyumbang melalui Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Los Angeles yang didirikan pada tahun 1987.  Sejak berdirinya, keuskupan telah memberikan beasiswa senilai lebih dari US 200 juta dolar untuk 181.000 siswa berpenghasilan rendah. “Kehadiran berbagai pilihan pendidikan – sistem sekolah negeri yang berkembang bersama dengan jaringan kuat sekolah swasta, termasuk sekolah milik lembaga agama – selalu menjadi sumber vitalitas Amerika. Kita perlu bertindak sekarang untuk memastikan bahwa keragaman pendidikan selamat dari pandemi ini, ”tandas Mgr. Gomez mantap.

Felicia Permata Hanggu

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini