HIDUPKATOLIK.COM Pandemi ‘memaksa’ Unika Atma Jaya Jakarta mempercepat transformasi dan Inovasi agar menjadi lembaga pendidikan tinggi yang relevan dan berdampak.
LUSTRUM XII Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Jakarta bertepatan dengan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2020. Rektor Unika Atma Jaya Jakarta, A. Prasetyantoko mengatakan, momen lustrum ini menjadi kesempatan Atma Jaya untuk semakin relevan dan berdampak luas bagi bangsa dan negara; serta upaya mengaktualisasikan semangat para pendiri.
Apa kata kunci pengembangan Atma Jaya dalam proses transformasi manusia unggul?
Atma Jaya telah melewati berbagai tantangan dan dinamika. Sejarah pem-bentukan Atma Jaya menjadi dasar dan memberi inspirasi untuk terus melakukan perubahan dan inovasi, agar relevan dengan perkembangan zaman. Ada tiga kata kunci pengembangan Atma Jaya untuk Indonesia dalam proses transformasi ini, yaitu relevan, bermutu, dan berdampak.
Bagaimana hal itu bisa dijelaskan?
Saat ini, kemajuan teknologi telah menciptakan globalisasi, yang kemudian memunculkan kompleksitas dunia yang semakin rumit. Kampus yang relevan bergantung pada kualitas pengajar, kurikulum, dan juga fasilitas yang disediakan, agar dunia pendidikan tetap mampu menjawab tantangan zaman.
Saat ini tidak gampang, karena ke depannya, akan berhadapan dengan persaingan, kehadiran perguruan tinggi luar negeri, tuntuntan Gen-Z, dan disrupsi teknologi. Semua itu hanya bisa dilalui dengan melakukan transformasi. Atma Jaya yakin, disrupsi harus dijawab dengan transformasi. Jika gagal menghadapai transformasi, kita tak sanggup menghadapi disrupsi.
Bagaimana memastikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak meninggalkan kaum marginal?
Sebagai universitas bernafas kekato-likan, kami wajib mengikuti hukum Gereja Ex Corde Ecclesiae. Di dalamnya dise-butkan, semua Perguruan Tinggi Katolik wajib memperhatikan masyarakat yang terpinggirkan. Dengan perkembangan tek-nologi yang luar biasa cepat, Atma Jaya memiliki nafas baru untuk memperhatikan semua kelompok yang kurang. Hal ini sudah tergambar dalam ragam program Atma Jaya.
Seperti apa transformasi itu ber-langsung di tengah pandemi Covid-19 dan kaitannya dengan pendidikan agar tetap terlaksana?
Pertama, bantuan keuangan kepada mahasiswa yang terkena dampak pandemi dengan meluncurkan skema Beasiswa UAJ Peduli Covid-19. Skema ini menambah daftar mahasiswa yang sudah ada sehingga total anggaran beasiswa menjadi 16 miliar.
Kedua, mengembangkan metode pem-belajaran daring, agar layanan utama pada mahasiswa berjalan maksimal. Semester Ganjil 2020/2021, kami menyatakan siap menjalankan perkuliahan dengan metode blended learning, dengan persiapan yang lebih matang. Ke depan akan terus dilakukan pembenahan platform pembelajaran daring, yang terdiri dari berbagai aplikasi.
Ketiga, inovasi kurikulum dengan berbagai inisiatif di setiap program studi. Selain memberi tantangan pada aspek metode belajar-mengajar, pandemi ini me-nuntut perubahan substansi pengajaran. Pendekatan interdisiplin, melibatkan mitra luar melalui berbagai program sertifikasi, kerja sama industri, pertukaran mahasiswa dengan mitra di luar negeri serta berbagai inisiatif Kampus Merdeka akan terus dikembangkan.
Keempat, komitmen melakukan pe-rubahan di bidang organisasi, khususnya pengembangan karyawan, serta aspek operasional yang mumpuni, dalam konteks tranformasi organisasi terus dilakukan. Kehadiran Direktur Sumber Daya Manusia dan Direktur Operasional dalam struktur Rektorat sangat diharapkan mempercepat tranformasi organisasi tersebut.
Terkait tema Lustrum XII, apa harapan Anda sebagai rektor?
Lustrum tahun ini mengambil tema, “Dari Atma Jaya untuk Indonesia: Trans-formasi Manusia Unggul dan Peduli”. Tema ini berangkat dari keprihatinan bangsa atas pandemi global. Kendati begitu, kami bertekad menjadi relevan dan berdampak. Komitmen ini merupakan upaya meng-aktualisasikan semangat para pendiri di masa kini. Untuk mewujudkannya diperlukan kerja sama, koordinasi, dan komunikasi yang baik antarpemangku kepentingan.
Yusti H. Wuarmanuk
***
Claudia Wiwiek Dianawati Santoso, Ketua Pengurus Yayasan Atma Jaya
Adaftif Cepat Hadapi Perubahan
Perlu kolaborasi antarlini dan unit. Dunia saat ini bergerak dalam perubahan yang sangat cepat.
LUSTRUM XII Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Jakarta dirayakan juga oleh unit lain seperti Rumah Sakit Atma Jaya dan Klinik Pratama Atma Jaya. Bagaimana kolaborasi tiga unit ini? Berikut petikan wawancara dengan Ketua Pengurus Yayasan Atma Jaya, Claudia Wiwiek Dianawati Santoso.
Anda memiliki tiga kampus. Apa peran dan fungsi setiap kampus itu?
Pertama, Kampus Atma Jaya Semanggi sebagai “center for nation development”. Sebagai center for nation, Kampus Semanggi selalu besiap memajukan perekonomian dan pemerintah Indonesia dengan mengembangkan setiap program ke arah yang lebih maju. Kampus Semanggi bertujuan untuk mengembangkan bera-gam kajian yang sangat relevan dengan sinergi bisnis – pemerintah – masyarakat. Kedua, Kampus Atma Jaya Pluit sebagai “center for health development”. Kampus Pluit terlibat menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang unggul, berkualitas, dan bereputasi internasional dengan metode “experiental learning hospital” bersama RS Atma Jaya. Ketiga, Kampus Atma Jaya BSD sebagai “center for human development” yang berfokus pada pengembangan dan pembentukan karakter mahasiswa sebagai penerus bangsa sekaligus “agen of change”.
Bagaimana menerjemahkan prinsip agen of change pada situasi terkini?
Dunia saat ini bergerak dalam peru-bahan yang sangat cepat. Pandemi Covid-19 membawa gelombang ketidakpastian yang luar biasa. Kita dipaksa untuk berubah dalam sekejap. Apa yang kita anggap normal, tiba-tiba menjadi ab-normal. Termasuk dunia pen-didikan yang dipaksa menjadi “normal yang baru”.
Sangat terasa, bahwa dunia pendidikan dipaksa untuk segera berpikir dan memutuskan hal-hal yang baru. Di masa pandemi ini, seakan kampus megah tak berarti dibandingkan ruang rumah sakit yang selama ini tak dilirik. Dalam situasi ini, yang paling penting, kemampuan kita melakukan transformasi. Sebab saat ini bukan yang paling kuat dibutuhkan, tetapi yang paling mam-pu melakukan adaptasi. Itulah kenapa perlu ko-laborasi antarsemua lini, antarsemua unit di Atma Jaya agar tujuan terca-pai sesuai harapan para pendiri.
Apa yang mau di-sampaikan dalam pera-yaan Lustrum XII?
Atma Jaya adalah kita, dan kita adalah Atma Jaya. Saat ini ada tuntutan untuk adaptif dan bergerak ke de-pan. Harapannya, Atma Jaya tidak saja mampu melahirkan kaum cendekiawan, tetapi juga melahirkan pribadi-pribadi yang tangguh dalam menghidupi nilai inti Atma Jaya. Setiap orang yang terlibat dalam proses pendidikan dan pembinaan di Atma Jaya, harus menjadi manusia pembelajar dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Kristiani. Salah satunya adalah keterlibatan kepada kaum terpinggirkan.
Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP NO.24, 14 Juni 2020