Gereja Katolik di Cina Kembali Dibuka

620
Situasi pembukaan kembali salah satu Gereja Katolik di Cina| Dok. asiannews.it

HIDUPKATOLIK.COMHari Raya Tritunggal Mahakudus menjadi hari bahagia bagi Gereja Katolik di Cina. Banyak Gereja di provinsi negeri tirai bambu ini telah dibuka pada Minggu, 7/6. Kurang lebih selama empat bulan Gereja ditutup akibat Covid-19.

Provinsi Shaanxi menjadi yang pertama membuka kembali gereja saat merayakan Hari Raya Pentakosta pada tanggal 30 Mei lalu melansir asian news, 8/6. Kemudian, satu per satu provinsi ikut membuka gereja seperti di provinsi Zhejiang, Shanghai, Beijing, Shanxi, Sichuan, dan Hebei.

Sejak 2 Juni lalu, pemerintah Cina merilis dokumen izin pembukaan gereja. Pembukaan gereja pun diharapkan mengikuti peraturan pemerintah provinsi, menerapkan semua arahan sesuai dengan tiga prinsip: manajemen wilayah, kontrol tertib, dan tanggung jawab. Mengikuti perintah pemerintah, Gereja pun bersiap untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap situasi epidemi dengan membentuk kelompok kepemimpinan darurat di setiap paroki, yakni kelompok pencegahan wabah serta keamanan dan logistik.

Umat beriman diminta untuk bekerja sama mengikuti berbagai persyaratan. Protokol itu dijabarkan sebagai berikut: ketika umat datang ke gereja, mereka harus menunjukkan kode QR yang menunjukkan status kesehatan mereka dari ponsel, mengukur suhu tubuh dan memakai masker,  menjaga jarak satu meter, menerima komuni di tangan, setelah Misa langsung meninggalkan gereja, dan jangan berbisik atau berjalan-jalan di area gereja.

Umat juga dilarang mengambil gambar. Gereja pun harus menjaga gedung tetap berventilasi, membuka pintu dan jendela. Umat dengan suhu tubuh di atas 37.2 ° C dengan infeksi saluran pernapasan dilarang memasuki gereja; mereka yang baru saja kembali dari daerah epidemi atau luar negeri dapat datang setelah 14 hari inkubasi. Peraturan ketat juga diberlakukan untuk staf paroki:  jika mereka datang ke gereja, harus menghubungi pastor paroki terlebih dahulu lalu ketika tiba harus menunjukkan sertifikat sehat.

Sejak 2 Juni silam, setiap komunitas telah mengorganisir pembersihan dan sanitasi gedung paroki; jubah untuk perayaan liturgi dicuci pada siang hari dan dijemur. Pada hari Minggu, untuk mengurangi kehadiran umat secara besar-besaran, diadakan tiga Misa atau lebih. Selama seminggu ada misa setiap pagi dengan jumlah umatmaish dibatasi.

Selama karantina, umat beriman meghidupi iman tanpa Ekaristi. Beberapa dari mereka mengakui bahwa setelah sekian lama “absen”, mereka ingin menghadiri Misa. Hampir semua imam dan para religius memelihara hubungan dengan umat lewat aplikasi Wechat. Berbagai kursus katekismus atau Misa daring dilakukan. Umat beriman menghargai  tiap kesempatan ini untuk belajar dan berdoa pribadi.

Felicia Permata Hanggu

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini